45 dengan indikator air yang kotor keruh, berbau, dan memiliki rasa. Kualitas air
yang tercemar dirasakan oleh 14 responden atau sekitar 29,79, dan kualitas air yang tidak tercemar dirasakan oleh 3 responden atau sekitar 6,38. Responden
yang air tanahnya tidak tercemar adalah responden yang telah menggunakan sumur bor di tempat tinggalnya sejak awal sebelum adanya industri keramik.
Dari hasil uji laboratorium yang telah dilakukan Tabel 2, terdapat tiga parameter yang melebihi baku muku yang telah ditetapkan dalam syarat-syarat
pengawasan kualitas air minum. Hasil uji laboratorium ini menjadi bukti bahwa benar air tanah masyarakat yang dikeluhkan sebagian responden cukup tercemar
memang keaadaannya tidak layak untuk di konsumsi. Akibat adanya penurunan kualitas air tanah yang dimanfaatkan oleh
masyarakat, sebanyak 42 responden memutuskan untuk mengganti air bersihnya dengan membeli galon danatau membuat sumur bor. Perlakuan tersebut dalam
penelitian ini merupakan replacement cost yang dikeluarkan oleh masyarakat.
6.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah
Berdasarkan hasil pengamatan di RT 02 RW 05, Kelurahan Nanggewer, masyarakat adalah pihak yang merasakan kerugian ekonomi akibat pencemaran
air yang ditimbulkan dari aktivitas industri keramik. Biaya yang ditanggung masyarakat karena adanya pencemaran air tanah tersebut merupakan kerugian
ekonomi yang seharusnya ditanggung oleh pihak pencemar industri keramik. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, kerugian ekonomi yang
ditanggung masyarakat RT 02 RW 05 Kelurahan Nanggewer terdiri dari dua aspek. Kedua aspek tersebut berupa biaya yang dikeluarkan responden untuk
mengganti air bersih yang dimana biaya tersebut dalam penelitian ini disebut replacement cost dan biaya yang dikeluarkan responden untuk berobat.
Perhitungan biaya yang ditanggung masyarakat akan dinilai dengan mengetahui rataan dari tiap aspek, kemudian kedua aspek tersebut dijumlahkan. Sehingga
akan diperoleh nilai kerugian tiap rumahtangga per bulan akibat dari pencemaran air tanah.
46
6.2.1 Biaya Pengganti Air Bersih
Air tanah merupakan salah satu sumber air bersih utama yang masih digunakan oleh sebagian besar masyarakat Kelurahan Nanggewer RT 02 RW 05,
baik untuk mandi, cuci, kakus, ataupun memasak. Masyarakat menyatakan bahwa sebelum adanya industri keramik, kualitas air tanah dalam keadaan baik dan tidak
tercemar. Kondisi air tanah masih banyak digunakan untuk keperluan sehari-hari. Namun setelah adanya industri keramik di sekitar tempat tinggal mereka, kondisi
air tanah yang dimanfaatkan oleh responden mengalami penurunan kualitas, sehingga 47 responden yang awalnya memanfaatkan air tanah sepenuhnya untuk
kegiatan MCK dan konsumsi beralih penggunaannya ke dalam beberapa pola yaitu hanya untuk MCK atau untuk cuci saja. Kondisi tersebut memaksa 47
responden tersebut untuk melakukan tindakan demi mengganti air tanah mereka yang tercemar. Tindakan tersebut disebut juga sebagai replacement cost. Tindakan
masyarakat untuk mengganti air tanah mereka yang tercemar ini ada dua, yaitu dengan membuat sumur bor atau dengan membeli air galon kemasan.
Sebanyak 25 responden 53,19 memutuskan untuk beralih membuat sumur bor dan membeli air galon sebagai pengganti air bersih dan sebanyak
empat responden 8,51 hanya beralih membuat sumur bor dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi air bersih. Sebanyak tiga belas responden 27,66
mendapatkan sumber air bersihnya dari sumur gali, tetapi jika air sumur dalam keadaan kurang baik mereka akan membeli galon. Sebanyak lima orang sisanya
10,64 tetap mengandalkan sumur gali dengan alasan mereka belum sanggup untuk melakukan pemasangan sumur bor. Walaupun kondisi air sewaktu-waktu
bisa menjadi jelek karena terkontaminasi limbah, hal ini mereka siasati dengan mendiamkan atau mengendapkan air selama semalaman agar dapat dikonsumsi
keesokan harinya. Tabel 7 Sumber air bersih responden
No. Sumber Air Bersih
Jumlah Orang Persentase
1 Sumur gali
5 10,64
2 Sumur gali dan galon
13 27,66
3 Sumur bor
4 8,51
4 Sumur bor dan galon
25 53,19
Total 47
100,00