Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

20

3.1.3 Willingness to Accept WTA

WTA yaitu nilai yang bersedia diterima oleh masyarakat sebagai kompensasiganti rugi atas penurunan kualitas sumberdaya alam yang diakibatkan oleh pihak lain. WTA merupakan bagian dari metode CVM yang akan digunakan dalam penelitian ini. Metode Contingent Valuation Method CVM sendiri merupakan cara mengestimasi nilai ekonomi untuk berbagai macam ekosistem dan jasa lingkungan yang tidak memiliki harga pasar, misal jasa keindahan. Penggunaan metode ini melalui pendekatan kesediaan untuk membayar atau menerima ganti rugi agar sumberdaya alam tersebut tersebut kembali ke kondisi semula. Metode ini merupakan teknik untuk menyatakan preferensi karena tergantung dari penilaiaan orang-orang yang diwawancara. Dhewanti et al. 2007.

A. Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept WTA Masyarakat

Asumsi-asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pengumpulan nilai Willingness to Accept WTA dari setiap responden adalah: 1. Responden merupakan warga sekitar Kelurahan Nanggewer yang merasakan kerugian dari dampak pencemaran limbah industri dan bersedia menerima dana kompensasi 2. Industri bersedia memberikan dana kompensasi atas penurunan kualitas air tanah 3. Responden dipilih secara keseluruhan dari masyarakat yang terkena dampak penurunan kualitas air tanah

B. Metode Mempertanyakan Nilai Willingness to Accept Elicitation Method

Metode yang dapat digunakan untuk memperoleh besarnya penawaran nilai WTAWTP responden Hanley and Spash 1993 adalah : 1. Bidding Game Metode tawar-menawar Metode yang digunakan dengan mempertanyakan kepada responden tentang sejumlah nilai tertentu yang diajukan sebagai titik awal dan selanjutnya semakin meningkat sampai titik maksimum yang disepakati. 2. Open-ended Question Metode pertanyaan terbuka Menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah maksimum uang yang ingin dibayarkan atau jumlah minimum uang yang ingin diterima akibat perubahan kualitas lingkungan. Metode ini memiliki kelebihan yaitu responden 21 tidak perlu diberi petunjuk yang bisa mempengaruhi nilai awal yang ditawarkan sehingga tidak akan menimbulkan bias titik awal. Kelemahan metode ini terletak pada kurangnya akurasi nilai serta terlalu besar variasinya selain itu seringkali ditemukan responden. 3. Closed-ended Question Metode pertanyaan tertutup Metode pertanyaan tidak jauh berbeda dengan Open-ended Question hanya saja bentuk pertanyaannya tertutup. Responden diberikan beberapa nilai WTAWTP yang disarankan kepada mereka untuk dipilih, sehingga responden tinggal memberi jawaban sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka. 4. Payment Card Metode kartu pembayaran Metode ini menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk membayar atau kesediaan menerima, sehingga responden dapat memilih nilai maksimalminimal sesuai dengan preferensinya. Metode ini dikembangkan untuk membatasi bias titik awal dari metode tawar- menawar. Keunggulan metode ini adalah memberikan stimulan untuk membantu responden berpikir lebih leluasa tentang nilai maksimum atau minimum yang akan diberikan tanpa harus terintimidasi dengan nilai tertentu, seperti pada metode tawar menawar.

C. Langkah-langkah untuk Mengetahui Nilai Willingness to Accept WTA

Masyarakat Besarnya nilai WTA masyarakat dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan CVM. Pendekatan tersebut memiliki enam tahapan Hanley and Spash 1993, yaitu : 1. Membangun Pasar Hipotetis Pasar hipotetik adalah membangun suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya menerima dana kompensasi dari dipergunakannya jasa lingkungan oleh pihak lain dimana terdapat nilai dalam mata uang berapa harga barangjasa lingkungan tersebut. Pada pasar hipotetik harus terdapat penjelasan mendetail, nyata, dan informatif mengenai barangjasa lingkungan yang akan dinilai.

2. Memperoleh Nilai Penawaran

Tahapan yang dilakukan setelah membuat instrumen survei adalah administrasi survei. Tahapan ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap 22 muka, surat atau perantara telepon mengenai besarnya minimum WTA yang bersedia diterima. 3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTA Estimating Mean WTA Nilai WTA telah terkumpul, selanjutnya dilakukan adalah perhitungan nilai tengah dan rata-rata dari WTA. Nilai tengah dilakukan apabila terjadi rentang nilai penawaran yang terlalu jauh.

4. Memperkirakan Kurva WTA

Kurva penawaran dapat diperkirakann dari nilai WTA sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independennya. Kurva penawaran berfungsi untuk memperkirakan perubahan nilai WTA karena perubahan sejumlah variable independen, dan untuk menguji sensitivitas jumlah WTA terhadap variasi perubahan mutu lingkungan. 5. Menjumlahkan Data Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksudkan. 6. Mengevaluasi Penggunaan CVM Evaluasi penggunaaan CVM berfungsi untuk menilai sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan. Penilaian dilakukan dengan cara melihat tingkat keandalan reability fungsi WTA dengan nilai R-squares R² dari model regresi berganda WTA.

3.1.4 Model Regresi Linier Berganda

Analisis regresi adalah hubungan yang dinyatakan dalam persamaan matematik yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel tak bebas dan satu atau lebih variabel bebas. Menurut Gujarati 2006, tujuan analisis regresi adalah; untuk menaksir nilai rata-rata tak bebas berdasarkan nilai-nilai variabel yang ada, untuk menguji hipotesis tentang sifat ketergantungan antar variabel, dan untuk memprediksi nilai rata-rata tak bebas berdasarkan nilai variabel bebas yang berada diluar rentang sampel. Metode analisis berganda merupakan metode analisis yang didasarkan pada metode Ordinary Least Square OLS. Sifat-sifat OLS adalah; penaksiran OLS tidak bias, penaksiran OLS mempunyai varian minimum, konsisten, efisien, 23 dan linier. Asumsi-asumsi yang dapat digunakan untuk model regresi linier berganda dengan OLS adalah: 1. E u i = 0, untuk setiap i, dimana i = 1,2,....,n, artinya rata-rata galat adalah nol, dengan nilai yang diharapkan bersyarat dari u i tergantung pada variabel bebas tertentu adalah nol. 2. Cov u i ,u j = 0, i ≠ j. artinya covarian u i ,u j = 0, dengan kata lain tidak ada autokorelasi antara galat yang satu dengan yang lain. 3. Var u i = 2 , untuk setiap i, dimana i = 1,2,....,n. Artinya setiap galat memiliki varian yang sama asumsi homoskedastisitas. 4. Cov ui, X 1i = cov ui, X 2i = 0. Artinya kovarian setiap galat memiliki varian yang sama. Setiap variabel bebas tercakup dalam persamaan linier berganda. 5. Tidak ada multikolinearitas, yang berarti tidak terdapat hubungan linier yang pasti antara variabel yang menjelaskan. Secara umum, fungsi regresi berganda dituliskan sebagai berikut Juanda 2009 : Y = β1 X 1i + β2 X 2i + β3 X 3i + ... + βk Xki + i .......................................1 Jika semua pengamatan X1i bernilai 1, maka model diatas menjadi Y = β 1 + β2 X 2i + β3 X 3i + ... + βk Xki + i...............................................2 Keterangan : Y = Peubah tak bebas i = Nomor pengamatan dari 1 sampai N populasi n sample X ki = Pengamatan ke-i untuk peubah bebas Xk β1 = Intersep β 2,3 ,..n = Parameter penduga X i i = Pengaruh sisa error term

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Joseph Schuper mengisyaratkan tentang pentingnya inovasi dalam pembangunan ekonomi di suatu Negara. Pesatnya hasil penemuan menjadi salah satu tolak ukur kemajuan pembangunan ekonomi suatu bangsa. Industri sebagai indikator peningkatan inovasi memberi dampak negatif yang mencemari lingkungan. Pencemaran sungai dan air tanah terutama dari kegiatan domestik, industri, dan pertanian. Limbah air industri menghasilkan BOD, COD, zat organik, dan berbagai pencemar beracun Kristanto 2004. 24 Kelurahan Nanggewer merupakan salah satu tempat yang mengalami pencemaran yaitu berupa pencemaran air tanah. Pencemaran ini yang akan diteliti hubungannya dengan lingkungan sekitar dan penentuan estimasi nilai kerugian yang diterima masyarakat. Kerusakan yang terjadi di sumur-sumur warga Kelurahan Nanggewer diakibatkan karena besarnya beban pencemaran yang masuk ke saluran air. Untuk mendapatkan kualitas air tanah yang baik diperlukan proses pengolahan yang benar dan pengaturan debit limbah yang akan dibuang sesuai dengan baku mutu air limbah. Proses pembuangan sisa hasil pengolahan dan limbah industri ke saluran air warga tidak boleh melebihi baku mutu yang ditentukan, harus diproses terlebih dahulu melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL hingga layak untuk dilepas langsung. Namun industri keramik yang membuang limbahnya ke saluran air tidak memperhatikan baku mutu yang layak sehingga mencemari sumur warga. Berdasarkan masalah tersebut dilakukan penelitian untuk mengetahui eksternalitas negatif yang diterima masyarakat, besarnya nilai kerugian yang diterima masyarakat, nilai kompensasi yang bersedia di terima masyarakat, dan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTA yang bersedia di terima masyarakat akibat adanya penemaran air tanah di Kelurahan Nanggewer. Analisis mengenai eksternalitas negatif yang diterima masyarakat yang terkena dampak akibat pencemaran air tanah akan dibahas menggunakan analisis deskirptif kualitatif. Analisis mengenai estimasi nilai kerugian yang diterima masyarakat menggunakan metode Averting Behaviour Methods ABM dan Cost of Illness, nilai komnpensasi yang bersedia diterima masyarakat menggunakan metode CVM, dan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTA yang bersedia di terima masyarakat di analisis menggunakan regresi linier berganda. Setelah mendapat nilai total kerugian total masyarakat akibat pencemaran air tanah yang terjadi di Kelurahan Nanggewer, nilai ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pihak industri untuk memberikan kompensasi kepada masyarakat yang telah dirugikan akibat dari pencemaran air tanah yang terjadi. Untuk lebih jelasnya, alur penelitian dapat dilihat pada diagram alur kerangka berpikir yang dapat dilihat dalam Gambar 2.