83 “Sarana dan prasaran itu mah, berkaitan dengan anggaran mbak,
sedangkan dinas tidak pernah ada anggaran.” CW.5.19 Sementara itu, ZU juga menyampaikan bahwa :
“Ya jelas to mbak, kalau lengkap kan warga beajar juga semangat, tutor pun juga semanga
t.” CW.18.25 Hal ini sesuai dengan penuturan MH sebagai berikut:
“Manajement tentang sarana dan prasarana dikaji kembali, dan kalaupun ada anggaran yang lebih bisa dialihkan disarana dan
prasarana yang kura ng.” CW.10.19
Sedangkan NN menyampaikan bahwa: “Salah satunya iya, sarana dan prasana kan juga masih minjam dan
inventaris disini juga.” CW.1.25 Dalam proses pembelajaran pendidik dan tenaga pendidik menjadi hal
yang sanagt penting, namun bisa juga menjadi kenadalam apabila tutor tidak datang tepat waktu. Hal ini didasarkan pada penuturan SA sebagai berikut:
“Tekadang iya mbak, kalau tutornya pas dapat yang galak, kadang ada juga tutornya yang
judesnya minta ampun,” CW.4.13 Sementara itu, TT juga menyampaikan sebagai berikut :
“Engak mbak, disini tutor sama pengelola pada baik-baik kok” CW.17.13
Hal ini sesuai dengan penuturan SW sebagai berikut : “Tidak ada, disini tutor-tutornya enak-anak kok mbak, semuanya
b isa diajak bercanda.” CW.7.13
Berbagai kendala yang sudah dipaparkan diatas banyak bersangkutan dengan dana dan sarana dan prasarana mengenai pembelajaran. Untuk
menunjang pembelajaran memang tidak terlepas dengan masalah dana.
84
3. Solusi Pencapaian SPM
Solusi yang dapat dilakukan yaitu PKBM harus mampu menyusun skala prioritas, meningkatkan kompetensi tutor dan pengelola agar dicapai
manajement PKBM yang efektif dan efisien, sehingga SPM dapat terpenuhi. Pengimplementasian adalah tahap penyelenggraan kebijakan segera setelah
ditetapkan menjadi Undang-Undang. Dalam pandangan luas implementasi diartikan sebagai pengadministrasian Undang-Undang kedalam berbagai aktor,
organisasi, prosedur dan teknik-teknik yang bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan dan dampak yang ingin diupayakan oleh kebijakan
tersebut.Hal ini juga disampaikan oleh IN: “Dalam hal ini banyak yang harus dibenahi dari anggaran,
kualifikasi tutor dan pengelolaan PKBM itu sendiri ya mbak .”
CW.2.28 MB juga menambahkan:
“Kendala saat pengimplementasian biasanya karena keterbatasan anggaran mbak untuk PKBM
itu jadi kurang optimal.” CW.12.11 Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh IK sebagai berikut:
“Banyak mbak, yang paling krusial ya anggaran to mbak. La mau gimana lagi anggaran yang menjalankan e mbak
” CW.16.11 Hal ini didukung dengan pernyataan HW:
“Perlu adanya pelatihan yang lebih serius dan mendalam tentang SPM itu sendiri.” CW.9.28
Karena kendala dalam kualifikasi tutor yang sangat menganggu dengan proses pembelajaran maka pengurus berusaha lebih baik dengan menyetarakan
setiap kualifikasi tertentu yang sama dengan kualifikasi nasional dengan cara mengikutkan tutor dan warga belajar mengikuti pelatihan maupun pendidikan
85 untuk menunjang setiap kinerja dan memperbaiki proses dan metode
pembelajaranya. Dari hasil penelitian tidak terlalu terasa dengan cepat namun mampu memberikan sebuah pembelajaran bagi tutor dan tenaga pendidik.
Seperti penuturan dari MB: “Tidak terlalu signifikan mbak, soalnya yang penting tutor mampu
mengajar dengan baik dan warga belajar juga suka dengan tutor tersebut.” CW.12.12
IK juga menambahkan: “Dibilang tidak juga sebenarnya memberatkan juga mbak, tapi juga
dari dinas juga tidak ada kejelasan kok mbak, ya kami sebagai tutor juga santai saja to. Yang penting tugas mengajar kita terpenuhi gitu
aja.” CW.16.12 Hal ini didukung dengan pernyataan JK:
“Kalau dalam pembelajaran tidak mbak, kualifikasi tutor biasanaya kendala sama gaji mbak. Padahal gaji disini juga enggak
seberapa.” CW.13.12 Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh ND sebagai berikut:
“Proses pembelajaran ngak ada hubunganya sama kualifikasi tutor biasanya mbak. Kualifikasi tutor kan biasanya hanya administrasi
aja kok.” CW.14.12 Untuk masalah sarana dan prasarana banyak solusi yang bisa diberikan,
namun semua itu tidak lepas dari peran pemerintah dan anggaran untuk pengadaan sarana dan prasana untuk menunjang pembelajaran yang ada.
Seperti penuturan dari SH: “Manajement tentang sarana dan prasarana dikaji kembali, dan
kalaupun ada anggaran yang lebih bisa dialihkan disarana dan prasarana yang kurang.” CW.5.19
Hal ini didukung dengan pernyataan MB: “Ya bagaimana ya, pasti iya lah, kalau alat-alat yang tidak lengkap
kan juga menyusahkan para tutor juga mbak pas pembelajaran.”
CW.12.13
86 IK juga menambahkan:
“Kendala sih tidak terlalu ya mbak, toh kalau disini pemblajaranya juga tidak terlalu sering dan waktu
nya juga fleksibel.” CW.16.13 Dalam pembelajaran harus ada keharmonisan anatar warga belajar
dengan tutor maupun yang lainya. Sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Dalam hal ini keharmonisan dijaga dengan baik. Hal ini sama
seperti yang diungkapkan oleh SW sebagai berikut: “Saya sih diam aja mbak, yang penting saya mengikuti pelajaran
yang tutor berikan gitu aja.”CW.7.16 OW juga menambahkan:
“Jangan bikin mood tutor sebel aja sama kitanya, pasti juga tutor
nya enak kok”CW.8.16 Seperti penuturan dari TT:
“Nurut aja sama perintah-perintah tutor gt aja pasti ngak ada masalah kok mbak
”CW.17.16 Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa
pengaruh pemerintah masih kurang dalam mendukung program pengimplementasian Standar Pelayanan Minimal ini dengan baik.
Sehingga perlu adanya berbagai tindakan tindakan taktis yang man bisa mengurangi permasalahan mengnai Standar Pelayanan Minimal ini agar
bisa berjalan dengan baik dan beriringan dengan pendidikan formal.
87
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Ketercapaian SPM Pendidikan Non Formal Data Dasar
a. Data Dasar
1 Indikator Nomer 1 “Sebanyak 90 persen dari jumlah penduduk usia
sekolah yang belum bersekolah di SMPMTs menjadi peserta didik Pro
gram Paket B.” Permendiknas Nomer 129aU2004
Anak Sekolah menurut definisi WHO World Health Organization yaitu golongan anak yang berusia anatar 7-15 tahun, sedangkan di
Indonesia lazimnya usia 13-15 Tahun masuk pada usia sekolah menengah pertama
.
Dengan berbagai masalah yang ada tak sedikit juga anak usia sekolah harus kehilangan waktunya karena berbagai hal. Salah satunya
adalah masalah ekonomi masalah akses pendidikan hingga masalah yang lainya. Sehingga angka putus sekolah di Indonesia cukup tinggi, menurut
dara badan pusat statistika Tahun 2015 pada usia 13-15 tahun mencapai 2,21 persen atau 209.976 anak
.
Dari data angka putus sekolah di Kota Magelang sangat sedikit, namun dilihat dari data warga belajar yang ada di 3 lembaga sangat
banyak sekali, biasanya berasal dari daerah lainnya. Peserta didik adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan. Tanpa adanya peserta
didik proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar. Menurut Dwi Siswoyo,
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Sosok
peserta didik pada umumnya merupakan sosok anak yang