Standar Pendidik dan Tenaga Pendidik

76 Kedatangan tutor menjadi salah satu yang penting bagi setiap pembelajaran yang ada. Namun dalam hal ini terkadang tutor memiliki jam bentrok dengan pendidikan formal yang ada sehingga bisa telat. Begitupun dengan warga belajar yang ada. Seperti yang diungkapkan oleh SA: “Tepat waktu mbak mungkin satu atau dua tutor sja yng sering telat, katanya beliau juga ngajar di SMP formal, jadi biasanay waktu juga ditambah kok kalau beliau telat.” CW.4.7 Selain itu, hal yang sama juga diungkapkan SW: “Tepat waktu mbak, malah yang sering telat itu warga belajarnya kok heheheh” CW.7.7 Selain itu, hal yang sama juga diungkapkan OW: “Palah seringnya warga belajarnya yang sering telat mbak.” CW.8.7 Dengan terpenuhinya kualifikasi tutor yang mengajar di program paket B ini akan menjadikan warga belajar mendapat hak yang sama dengan yang lainya. Namun dalam paket B terjadi berbagai kendala dalam pemenuhan kualifikasi untuk tutor.

d. Standar Sarana dan Prasarana

1 Indikator Nomer 3 “Sebanyak 100 persen peserta didik memiliki modul Program Paket B.” Permendiknas Nomer 129aU2004 Media pembelajaran dan modul pembelajaran dalam sebuah sistem pembelajaran adalah barang yang sangat mutlak dan dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan. Modul pembelajaran dibutuhkan di dunia pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal, namun kebanyakan yang terjadi dipendidikan non formal masih ada keterbatasan dalam hal tersebut. Selain itu, hal yang juga diungkapkan RH: 77 “Ada mbak, biasanya dibagikan snmjaat awal pembelajaran itu lho, pas pertama kali masuk”CW.11.1 Adapun pendapat lain dari FO adalah: “Ada mbak, biasanya setiap semester kita dibagaikan modul kok”CW.6.1 Hal tersebut juga diperkuat oleh SA: “Seharusnya mendapatkan mbak, tapi kadang ada warga belajar yang tidak mau membawa modulnya.” CW.4.2. Hal tersebut juga diperkuat oleh TT: “Biasanya yang mau aja mbak yang dapat, soalnya kadang juga ada yang udah diberikan sama pengelola atau tutor, kadang palah ditinggal gitu aja dikelas, ndak dibawa pula ng” CW.17.2. Hal tersebut juga diperkuat oleh OW: “Kalau engak ambil ya enggak dapat mbak, kan biasanya pembagian cuma pas masuk pembelajaran aja”CW.8.2. Adapun pendapat lain dari SA: “Jarang mbak, paling paling cuma modul kalau enggak ya LCD itu saja biasanya kalau pertemuan yang banyak atau pelatihan saja kok mbak ,” CW.4.3. Hal tersebut juga diperkuat oleh OW: “Media pembelajaran kalau sama tutor engak ada mbak, paling kalau pas ada pelatihan itu paling aja cuma pake LCD” CW.8.3. Adapun pendapat lain dari MB: “Media pembelajaran jarang menggunakan mbak, meskipun ada, soalnya terbatas juga dengan waktu dan pemahaman dari setiap tutor juga berbeda kan mbak, beda kalau sekolah formal, waktunya kan jelas dan tertata dengan rapi. ” CW.12.8 Hal tersebut juga diperkuat oleh IN: “Kalau disini pembelajaran biasanya banyak yang mengunakan media pembelajaran mbak, paling tidak biasanya mengunakan 78 LCD atau modul pembelajaran yang ada di PKBM mbak .” CW. 2.19 Hasil wawancara yang ada dalam pendidikan non formal masih kurang media pembelajaran yang harus dilengkapi, namun biasanya terkendala dengan anggaran yang ada. Sehingga kurangnya media pembelajaran yang disediakan oleh pengelola mengakibatkan pembelajaran kurang efektif dan efisien dan yang paling sangat memprihatinkan pembelajarn menggunakan media seadanya. 2 Indikator nomer 10 “Sejumlah 90 persen pusat kegiatan belajar masyarakat memiliki sarana dan prasarana minimal sesuai dengan standar teknis pembelajaran.” Permendiknas Nomer 129aU2004 Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjung proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Untuk sarana dan prasarana yang ada di PKBM di Kota Magelang sebenarnya masih banyak yang dalam kondisi yang baik, namun karena keterbatasan sehinga banyak barang yang terbengkalai. Seperti halnya dengan masalah gedung saja masih pinjam dengan Pemerintah Kota Magelang. Hal ini diperjelas oleh HW: “Gedung kita dipinjami pemerintah kota mbak, tapi kalau untuk perizinan dan yang lain sebagainya kita berada di Dinas pendidikan kota masihan. ” CW.9.7 79 Hal ini diperjelas oleh IN: “Semua gedung yang ada di PKBM kota magelang semua milik Pamerintah Kota magelang namun berada dibawah naungan Dinas pendidikan Kota Megelang.” CW.2.7 Satiap satuan pendidikan wajib mewakili prasarana yang memiliki lahan, ruang kelas, ruang pimpinan, satuan pendidikan, ruang pendidikan, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat ibadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruangtempat lain yang diperlukan untuk menunjukan proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Sarana dan prasarana juga harus layak untuk pembelajaran, agar warga belajar juga bisa nyaman dengan pembelajaran yang ada, namun yang ada dilapangan sangat kontras sekali mengenai kelayakan sarana dan prasarana yang ada. Seperti yang diungkapkan oleh SA: “Masih baik kok mbak, layak lah untuk pembelajaran.” CW.4.10 Hal ini diperjelas oleh MB: “Sarana dan prasarana kurang lengkap ya mbak, tidak ada lab dan alat-alat pendukung praktikum. Ya maklum ya namanya juga pendidikan non formal” CW.12.6 Hal tersebut juga diperkuat oleh OW: “Kalau meja kursi masih bagus mbak, dibuat belajar juga msih nyaman kali ya mbak ”CW.8.10 Seperti yang diungkapkan oleh SH: “Dinas pernah mengadakan sarana dan prasanana di salah satu PKBM saja, yaitu PKBM Permata untuk pengadaan meja dan kursi” CW. 5.5 Indikator nomer 10 ini banyak kendala-kendala masalah sarana prasarana yang harus diselesaikan, namun semua itu tidak luput dari peran warga belajar,