Prosedur Penelitian METODE PENELITIAN

82 2. Siklus II a. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan pada siklus II ini secara garis besar hampir sama dengan siklus I. Hanya saja pada perencanaan siklus II ini terdapat beberapa perbaikan yang diperlukan berdasarkan hasil penelitian pada siklus I. Pembuatan RPP, pre test, dan post test sesuai dengan materi lanjutan siklus I yaitu utang hipotik. b. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan sama dengan pelaksanaan kegiatan pada siklus I. Guru model melaksanakan desain pembelajaran sesuai RPP. Materi pokok yang disampaikan yaitu utang hipotik. c. Pengamatan Tahap pengamatan pada siklus II sama dengan tahap pengamatan pada siklus I. Pengamatan dilakukan selama kegiatan untuk mengamati proses pembelajaran dengan mengimplementasikan model pembelajaran Team Acceleraed Instruction TAI. d. Tahap Refleksi Tahap refleksi pada siklus II dilakukan segera setelah proses pembelajaran selesai dengan diskusi antara guru model dan peneliti untuk membahas pembelajaran yang telah dilakukan. Selain itu, tahap refleksi juga dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dari kegiatan pembelajaran yang 83 dilakukan pada siklus I dan II. Hal ini berguna untuk menentukan langkah selanjutnya yaitu keputusan akan menambah siklus atau tidak.

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Deskriptif Kuantitatif a. Analisis Kualitas Tes Analisis kualitas tes ini dapat dilihat dari validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. 1 Validitas Menurut Scravia B. Anderson, dkk dalam Suharsimi Arikunto, 2012:80. Sebuah tes dikatakan valid apabila mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, instrumen tes diukur dengan menggunakan validitas butir soal atau validitas item. Rumus untuk menghitung validitas butir soal bentuk objektif yaitu: γ pbi = � − � � √ Keterangan γ pbi = koefisien korelasi biserial M p = rerata skor pada tes dari peserta tes yang memiliki jawaban benar M t = rerata skor total S t = standar deviasi skor total p = proporsi siswa yang jawabannya benar pada soal q = proporsi siswa yang jawabannya salah q=1-p Suharsimi Arikunto, 2012: 93 84 Rumus untuk menghitung validitas butir soal bentuk uraian yaitu rumus korelasi Product Moment dengan angka kasar: r = ∑ − ∑ ∑ √{ ∑ 2 − ∑ 2 }{ ∑ 2 − ∑ 2 } Keterangan: r = koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y X = skor item Y = skor total Zainal Arifin, 2012: 254 Besarnya koefisien korelasi r yang dihitung kemudian diinterpretasikan sebagai berikut: a Antara 0,81 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi b Antara 0,61 sampai dengan 0,80 : tinggi c Antara 0,41 sampai dengan 0,60 : cukup d Antara 0,21 sampai dengan 0,40 : rendah e Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah Zainal Arifin, 2012: 257 2 Reliabilitas Reliabilitas merupakan tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen Zainal Arifin, 2012: 258. Dalam penelitian ini, reliabilitas instrumen tes bentuk objektif dapat diukur dengan menggunakan rumus KR20: ₁₁ = − − ∑ Keterangan: ₁₁ = reliabilitas tes secara keseluruhan = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ∑ = jumlah hasil perkalian antara p dan q = banyaknya item = standar deviasi dari item Suharsimi Arikunto, 2012: 115 85 Besarnya koefisien korelasi r yang dihitung kemudian diinterpretasikan sebagai berikut: a Antara 0,81 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi b Antara 0,61 sampai dengan 0,80 : tinggi c Antara 0,41 sampai dengan 0,60 : cukup d Antara 0,21 sampai dengan 0,40 : rendah e Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah Zainal Arifin, 2012: 257 Reliabilitas tes uraian diukur menggunakan rumus Alpha yaitu: � = � � − − ∑� � Keterangan: � = koefisien reliabilitas tes � = jumlah butir soal � � = varian butir skor � = varian skor total Zainal Arifin, 2012: 264 Besarnya koefisien korelasi r yang dihitung kemudian diinterpretasikan sebagai berikut: a Antara 0,81 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi b Antara 0,61 sampai dengan 0,80 : tinggi c Antara 0,41 sampai dengan 0,60 : cukup d Antara 0,21 sampai dengan 0,40 : rendah e Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah Zainal Arifin, 2012: 257 3 Tingkat Kesukaran Menurut Zainal Arifin 2012: 266, perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal dimana jika suatu soal memiliki tingkat 86 kesukaran seimbang maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Berikut ini rumus yang digunakan dalam mengukur tingkat kesukaran pada tes objektif pilihan ganda. p = ∑� Keterangan: p = tingkat kesukaran ∑B = jumlah peserta didik yang menjawab dengan benar N = jumlah peserta didik Untuk menafsirkan tingkat kesukaran, dapat digunakan kriteria sebagai berikut: P 0,70 = mudah 0,30 ≤p ≤ 0,70 = sedang p 0,30 = sukar Zainal Arifin, 2012: 272 Tingkat kesukaran soal bentuk uraian dapat dihitung menggunakan rumus: � = � � � � ℎ ℎ x 100 Penafsiran tingkat kesukaran soalnya dapat digunakan kriteria sebagai berikut: - Jika jumlah peserta didik yang gagal mencapai 27 termasuk mudah - Jika jumlah peserta didik yang gagal antara 28 sampai dengan 72 termasuk sedang - Jika jumlah peserta didik yang gagal 72 ke atas termasuk sukar. Zainal Arifin, 2012: 273 87 4 Daya Pembeda Perhitungan daya pembeda merupakan pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum atau kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu Zainal Arifin, 2012: 273. Daya pembeda untuk bentuk tes objektif dapat dihitung dengan rumus: � = � � � - � � � = � − � Keterangan: J = jumlah peserta tes J A = banyaknya peserta kelompok atas J B = banyaknya peserta kelompok bawah B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar B B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar P A = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P B = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Suharsimi Arikunto, 2012: 228-229 Hasil D yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dengan klasifikasi daya pembeda berikut ini:  D = 0,00-0,20 : jelek poor  D = 0,21-0,40 : cukup satisfactory  D = 0,41-0,70 : baik good  D = 0,71-1,00 : baik sekali excellent Suharsimi Arikunto, 2012: 232 Daya pembeda untuk bentuk tes uraian dapat dihitung dengan menggunakan rumus: