makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman bowel discomfort
, jantung berdebar, otot tengkuk dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur kadang-kadang diare, otot semakin tegang, emosional, insomnia,
mudah terjaga dan sulit tidur kembali middle insomnia, bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali late insomnia, koordinasi tubuh terganggu, dan mau
jatuh pingsan. d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu
bekerja sepanjang hari loyo, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola
tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental physical and psychological exhaustion, ketidakmampuan
menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung, dan panik.
f. Stres tahap keenam paling berat, yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda,
seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat, loyo, serta pingsan atau collaps Sunaryo,2004
2.1.4 Jenis-jenis Stres
Quick dan Quick dalam Waluyo 2009 mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif bersifat membangun. Hal tersebut termasuk kesejahteraan
individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhannya, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif bersifat merusak. Hal tersebut termasuk konsekuensi
individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran absenteisme yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan
sakit, penurunan, dan kematian.
2.1.5 Tingkatan Stres
Gangguan stres bisanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan mulainya dan seringkali kita tidak menyadari. Situasi stres ringan biasanya tidak
mengakibatkan kerusakan fisiolois krisnis, tetapi stress sedang dan berat dapat menimbulkan resiko penyakit medis atau memburuknya peyakit kronis Leidy et
al. dalam Martina 2012.
2.1.5.1 Stres Ringan
Adalah stessor yang dihadapi setiap orang secara teratur, seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas, keritikan dari atasan,. Situasi ini biasanya
hanya berlangsung beberapa menit atau jam.
2.1.5.2 Stres Sedang
Berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya, perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak yang
sakit, atau ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.3 Stres Berat
Adalah situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai bebrapa tahun, seperti perselisihan perkawinan terus-menerus, kesulitan finansial
yang berkepanjangan, dan penyakit fisik jangka panjang. Makin sering dan makin lama situasi stress, makin tinggi resiko kesehatan yang ditimbulkan.
2.1.6 Gejala Stres
Menurut Rice dalam Safaria 2009 reaksi dari stres bagi individu dapat digolongkan menjadi beberapa gejala, yaitu sebagai berikut :
a. Gejala fisiologis, berupa keluhan seperti sakit kepala, sembelit, diare, sakit pinggang, urat tegang pada tengkuk, tekanan darah tinggi, kelelahan, sakit
perut, maag, berubah selera makan, susah tidur, dan kehilangan semangat.
b. Gejala emosional, berupa keluhan seperti gelisah, cemas, mudah marah,
gugup, takut, mudah tersinggung, sedih, dan depresi.
c. Gejala kognitif, berupa keluhan seperti susah berkonsentrasi, sulit membuat
keputusan, mudah lupa, melamun secara berlebihan, dan pikiran kacau.
d. Gejala interpersonal, berupa sikap acuh tak acuh pada lingkungan, apatis, agresif, minder, kehilangan kepercayaan pada orang lain, dan mudah
mempersalahkan orang lain.
e. Gejala organisasional, berupa meningkatnya keabsenan dalam kerja kuliah, menurunnya produktivitas, ketegangan dengan rekan kerja, ketidakpuasan
kerja dan menurunnya dorongan untuk berprestasi.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Stres Kerja
2.2.1 Definisi Stres Kerja
Menurut Waluyo 2009 stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis,
psikologis, dan perilaku. Lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stressor kerja. Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan
sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja. Stres kerja dapat disimpulkan sebagai suatu kondisi dari hasil penghayatan
subjektif individu yang dapat berupa interaksi antara individu dan lingkungan kerja yang dapat mengancam dan memberi tekanan secara psikologis, fisiologis,
dan sikap individu Wijono, 2010. Menurut Mandelson dalam Tarwaka 2004 stres kerja adalah ketidakmampuan pekerja untuk menghasilkan tugas dengan
akibat suatu ketidaknyamanan kerja. Stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan Mangkunegara, 2013.
2.2.2 Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja
Menurut Cartwright, et.al dalam Tarwaka 2004 menyebutkan bahwa penyebab stres akibat kerja menjadi 6 kelompok penyebab, yaitu:
1. Faktor intrinsik pekerjaan
Ada beberapa faktor instrinsik dalam pekerjaan yang potensial menjadi penyebab terjadinya stres dan mengakibatkan keadaan yang buruk pada mental.
Faktor intrinsik kerja meliputi:
Universitas Sumatera Utara