Jam kerja Beban kerja

a. Jam kerja

Jam kerja adalah waktu yang ditentukan untuk melakukan pekerjaan. Menurut Robbins dalam Perangin-angin 2013, jam kerja merupakan bagian dari empat faktor organisasi yang merupakan sumber potensial dari stres para karyawan di tempat kerja. Sedangkan menurut Davis dan Newstrom dalam Perangin-angin 2013 menyatakan adanya beberapa karakteristik pekerjaan dan lingkungan kerja yang mengandung stres kerja yang salah satunya adalah terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan. Menurut standar HIPERKES, rata-rata jam kerja adalah 8 jam per hari. Sehingga penambahan jam kerja diluar standar dapat meningkatkan ekskresi kathokolamin yaitu hormon adrenalin dan non-adrenalin Munandar, 2006. Pada penelitian yang dilakukan oleh Novi, Aras, dan Dedy pada pekerja industrial bengkel las di Pekanbaru menunjukkan hasil bahwa, dari 48 tenaga kerja yang jam kerjanya 8 jam, 33 tenaga kerja 68,8 mengalami stres kerja. Menurut penelitian Airmayanti 2009 diketahui bahwa responden yang bekerja 8 jam sebagian besar 55,8 mengalami stres kerja berat. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara jam kerja dengan stres kerja.

b. Beban kerja

Dalam Munandar 2008 beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit stres. Beban kerja workload merupakan stressor hubungan peran atau tugas lain yang terjadi karena para pegawai merasa bebannya terlalu banyak. Hal ini dapat disebabkan karena perusahaan mengurangi tenaga Universitas Sumatera Utara kerjanya dan melakukan restrukturisasi pekerjaan, meninggalkan sisa pegawai dengan lebih banyak tugas dan sedikit waktu serta sumberdaya untuk menyelesaikannya Sophia, 2008. Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam janga waktu tertentu. Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektifitas kerja suatu unit organisaasi teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen lainnya Utomo, 2008. Lebih lanjut dalam Munandar 2008, beban kerja dapat dibedakan lebih lanjut ke dalam beban kerja berlebihterlalu sedikit „kuantitatif‟, yang timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak sedikit diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu, dan beban kerja berlebihterlalu sedikit „kualitatif‟, yaitu jika orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tugas, atau tugas tidak menggunakan keterampilan dan atau potensi dari tenaga kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan Sofiana 2013, menyatakan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja di PT Chanindo Pratama Piyungan Yogyakarta yang berarti secara biologi responden yang berpersepsi buruk terhadap beban kerja mempunyai faktor resiko 8.037 kali mengalami stres kerja. Konz dalam Tarwaka 2004 mengemukakan bahwa denyut jantung adalah suatu alat estimasi laju metabolisme yang baik, kecuali dalam keadaan emosi dan Universitas Sumatera Utara vasodilatasi. Kategori berat ringannya beban kerja didasarkan pada metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung menurut Christensen dalam Tarwaka 2004 dapat dilihat pada tabel berikut 2.1 Kategori beban kerja Konsumsi oksigen l min Ventilasi paru l min Suhu rektal o C Denyut jantung denyut min Ringan 0,5-1,0 11-20 37,5 75-100 Sedang 1,1-1,5 21-31 37,6-38,0 100-125 Berat 1,6-2,0 32-43 38,1-38,5 125-150 Sangat berat 2,0-2,5 43-56 38,5-39,0 150-175 Sangat berat sekali 2,5-4,0 60-100 39 175 Tabel 2.1 beban kerja berdasarkan metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung menurut Christensen dalam Tarwaka 2004 Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yang didefinisikan oleh Grandjean dalam Tarwaka 2004 : 1. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai. 2. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja. 3. Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja.

c. Rutinitas