Tenaga kerja wanita terlibat pada setiap kegiatan produktif yang membutuhkan curahan atau alokasi tenaga kerja sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.
Terdapat alokasi tenaga kerja wanita baik pada usahatani padi, non padi, buruh tani, maupun non pertanian. Pada rumahtangga miskin, keterlibatan tenaga kerja
wanita dalam kegiatan berburuh tani cukup besar dan cenderung meningkat selama periode 2007-2010. Pada rumahtangga tidak miskin keterlibatan tenaga
kerja wanita juga cenderung meningkat, tetapi dengan tingkat partisipasi tidak terlalu besar.
Tabel 4. Alokasi Tenaga Kerja Keluarga Pada Berbagai Kegiatan Uraian
Miskin Tidak miskin
Total 2007
2010 2007
2010 2007
2010 Pria hok:
Padi 70,81
50.90 60.74
49.29 68.35
49.83 Nonpertanian
65.57 0.00
121.97 0.64
79.31 0.43
Buruh tani 43.96
7.57 32.74
4.67 41.22
5.65 Non padi
133.56 12.04
196.45 46.55
148.88 34.88
Wanita hok: Padi
20.60 15.26
18.47 20.78
20.08 18.91
Nonpertanian 32.19
0.07 20.26
1.34 29.28
0.91 Buruh tani
18.57 38.61
12.05 15.64
16.98 23.41
Non padi 22.50
5.87 38.82
16.62 26.47
12.99
5.3. Struktur Pendapatan, Pengeluaran dan Tabungan Rumahtangga
Tingkat pendapatan rumahtangga petani di daerah penelitian memiliki kisaran cukup lebar. Secara agregat, pendapatan rumahtangga petani meningkat
dari Rp 1.2 jutabulan menjadi Rp 3.3 jutabulan selama periode 2007-2010 Tabel 5. Peningkatan rataan pendapatan tersebut dipicu kenaikan pendapatan
rumahtangga tidak miskin dari Rp 1.9 jutabulan menjadi Rp 4.4 jutabulan. Sementara pendapatan petani miskin hanya meningkat dari Rp 963 ribubulan
menjadi Rp 1.3 jutabulan. Besaran angka pendapatan tersebut mengesankan senjang kesejahteraan antara kelompok rumahtangga petani miskin dengan tidak
miskin makin lebar di daerah penelitian. Struktur pendapatan rumahtangga petani menunjukan bahwa sumber
pendapatan utama rumahtangga petani berasal dari pengusahaan komoditas pertanian. Di luar aktifitas berburuh, kegiatan usahatani memberikan kontribusi
antara 65- 70 persen terhadap total pendapatan rumahtangga secara agregat Tabel 6. Selain itu, struktur pendapatan tersebut juga menunjukan bahwa usahatani padi
masih berperan penting bagi rumahtangga petani, khususnya petani miskin, karena pangsa pendapatan dari sumber tersebut cukup besar lebih dari 40 dan
cenderung meningkat pada periode 2007-2010. Untuk rumahtangga petani tidak miskin, nominal pendapatan dari usahatani padi meningkat dari Rp 8.4 jutatahun
menjadi Rp 10.3 jutatahun dalam periode yang sama. Akan tetapi, secara relatif pangsa pendapatan dari usahatani padi mengalami penurunan dari sekitar 37
persen menjadi sekitar 20 persen. Penurunan tersebut terjadi seiring peningkatan pendapatan secara total.
Tabel 5. Pendapatan Rumahtangga Menurut Sumber Rp
Sumber Miskin
Tidak miskin Total
Pendapatan 2007
2010 2007
2010 2007
2010 Padi
5069088 7219733
8342560 10435527 5866472
9347832 Pangan non padi
544874 1211552
389211 7003414
506956 5044401
Peternakan 112458
3060046 5758906
85064 4846056
Perkebunan 2262524
7050852 10445667 3428912
6912574 Perikanan
109746 147778
83013 97794
Buruhtani 1381197
1095870 1069842
913422 1305354
975132 Non pertanian
1337564 813657
3065658 13796756 1758510
9405413 Pendpt bukan kerja
429596 1300763
803121 3471648
520583 2737378
Pendpt Kiriman 310568
681304 2024474
910556 728058
833015 Total setahun
11557615 15382925 22745718 52883674 14282922 40199595 Rataanbulan
963134 1281910
1895476 4406973
1190243 3349966
Diversifikasi pendapatan adalah salah satu faktor pendukung penting ketahanan pangan. Dari struktur pendapatan Tabel 5 dan Tabel 6 dapat diketahui
bahwa diversifikasi pendapatan cenderung lebih baik pada rumahtangga tidak miskin. Pada periode 2007-2010, keragaman sumber pendapatan petani miskin
cenderung berkurang dari 9 menjadi 7 sumber pendapatan dengan tidak adanya lagi pendapatan dari usaha perkebunan dan perikanan. Sebaliknya pada
rumahtangga tidak miskin keragaman sumber pendapatan justru meningkat dari 7 menjadi 9 sumber pendapatan dengan tambahan pendapatan dari usaha
peternakan dan perikanan. Di sisi lain, sumber pendapatan yang memberikan pangsa pendapatan cukup berarti lebih dari 15 pada rumahtangga miskin