untuk mengatur konsumsi pangan biasanya dilakukan oleh isteri ibu rumahtangga. Oleh sebab itu dalam analisis perilaku variabel pendidikan isteri
termasuk variabel penting untuk dianalisis. Hasil pendugaan model menunjukan, tingkat pendidikan isteri berpengaruh nyata terhadap pengeluaran pangan pada
taraf 10 persen. Hasil ini senada dengan penelitia Hardono 2002;2003. Fakta empiris menunjukkan, pendidikan isteri umumnya hanya mencapai sekolah dasar.
Pada tingkat pendidikan yang rendah proses transformasi pengetahuan menjadi kurang efektif. Akan tetapi dengan semakin tinggi pendidikan isteri maka
efektifitas proses transformasi pengetahuan tentang pangan akan semakin
meningkat.
Nilai elastisitas pendapatan yang relatif kecil dalam persamaan pengeluaran pangan mengindikasikan bahwa dinamika dan perubahan tingkat
pendapatan tidak banyak berpengaruh terhadap perubahan pengeluaran pangan. Perubahan yang tidak elastis tersebut mengindikasikan bahwa rumahtangga
cenderung mempertahankan pola pengeluaran pangan mereka sebagaimana yang sudah berjalan selama ini. Selain merefleksikan kesederhanaan, tidak responsifnya
pengeluaran pangan terhadap perubahan pendapatan juga dapat terkait dampak keterbatasan pilihan konsumsi. Jika kondisi infrastruktur jalan, alat transportasi
dan fasilitas pasar lokal pendukung distribusi pangan kurang memadai, keragaman jenis pangan yang dijual di desa-desa penelitian cenderung rendah
karena distribusi pangan ke lokasi-lokasi tersebut mengandalkan peran pedagang
keliling, warung atau kios kecil yang terbatas kemampuan usahanya.
Elastisitas jumlah anggota rumahtangga memiliki nilai lebih besar dibandingkan elastisitas variabel lain sehingga perubahan jumlah anggota
rumahtangga akan memiliki dampak lebih besar dibanding perubahan pendapatan terhadap pengeluaran pangan rumahtangga. Sebagaimana diungkapkan
sebelumnya, karena jumlah anggota rumahtangga berperan sebagai denominator faktor pembagi dalam variabel pengeluaran pangan per kapita maka semakin
besar jumlah angota rumahtangga akan mengurangi besarnya pengeluaran pangan per kapita.
Setiap anggota rumahtangga membutuhkan pemenuhan pangan untuk hidup sehat dan beraktifitas. Semakin banyak jumlah anggota rumahtangga
semakin besar ukuran rumahtangga semakin besar pula belanja pangan yang harus dikeluarkan rumahtangga. Selama rumahtangga dapat mengusahakan
tambahan pendapatan, kenaikan jumlah anggota rumahtangga tidak akan banyak menimbulkan konsekuensi negatif terhadap kesejahteraan setiap anggota. Akan
tetapi jika alternatif tambahan pendapatan tidak tersedia maka penambahan anggota rumahtangga akan mengurangi kesejahteraan anggota secara keseluruhan.
Secara implisit itu berarti, faktor demografi juga ikut berperan dalam penentuan derajat ketahanan pangan dan kesejahteraan rumahtangga.
6.4.3. Investasi Sumberdaya Manusia
Dalam perspektif perubahan SDM pertanian, terdapat dua aspek yang dapat diamati untuk melihat bagaimana rumahtangga berusaha meningkatkan
kualitas SDM. Kedua aspek tersebut adalah investasi kesehatan dan investasi pendidikan. Kedua investasi diproksi dengan besaran nilai pengeluaran
investasi kesehatan dan pendidikan. Hasil pendugaan menunjukkan investasi kesehatan dipengaruhi oleh pendapatan usahatani padi YPDI dan frekuensi
sakit anak FDIA. Kedua variabel berpengaruh positif dan nyata pada taraf nyata 10 persen Tabel 25. Adapun untuk variabel kecukupan energi dan
pengeluaran tembakau tidak menunjukan pengaruh nyata terhadap keputusan investasi kesehatan rumahtangga petani.
Di dalam rumahtangga, belanja dan pengeluaran berbagai kebutuhan dibatasi oleh maksimum pendapatan kendala anggaran. Oleh sebab itu variabel
pendapatan dalam model analisis bertanda positif. Pada Tabel 25, tanda positif
menunjukkan investasi kesehatan akan makin besar jika pendapatan usahatani padi mengalami peningkatan. Di sisi lain, investasi kesehatan juga
memperhatikan peluang sehat. Semakin sering mengalami sakit akan membuat peluang sehat menjadi makin kecil. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka
dibutuhkan investasi kesehatan yang lebih besar. Itu sebabnya parameter frekuensi sakit anak harus bertanda positif. Hasil pendugaan menunjukkan respon
rumahtangga terhadap perubahan kedua parameter tidak elastis. Indikasi berlakunya kendala pendapatan dalam model terlihat pada
parameter dugaan variabel pengeluaran tembakau rokok yang bertanda negatif.
Meskipun tidak berpengaruh nyata, tanda parameter tersebut menunjukan bahwa semakin besar pengeluaran rokok akan menurunkan investasi kesehatan yang
dilakukan rumahtangga. Mengingat di dalam rumahtangga nilai nominal pengeluaran rokok masih kecil, variabel pengeluaran rokok tersebut tidak
berpengaruh secara nyata terhadap investasi kesehatan dalam model. Pada uraian deskripsi karakteristik di bab sebelumnya diketahui, rataan pengeluaran rokok
rumahtangga petani berkisar antara 0.3-0.5 persen dari total pengeluaran rumahtangga.
Tabel 25. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Investasi Kesehatan
Variabel Parameter
Standar Pr |t|
Elasti- Dugaan
Error sitas
Intersep 868779.2
609422.7 0.0777
Pendpt ush tani padi YPDI 0.011659
0.008354 0.0821
0.2552 Kecukupan energi FSCUR
-760554 710629.7
0.1429 Frekuensi sakit anak FDIA
161074.3 105217.8
0.0636 0.2306
Pengeluaran rokok EXTO -1.01642
1.07542 0.1728
F-hitung= 1.55; Prob F= 0.1901; R
2
= 0.02733
Faktor lain penentu investasi kesehatan SDM rumahtangga pertanian adalah tingkat kecukupan energi FSCUR. Kecukupan energi yang tinggi mendorong
kesehatan anggota rumahtangga menjadi lebih baik. Pada kondisi kesehatan yang baik prima, biaya investasi kesehatan akan cenderung makin rendah sehingga
tanda parameter kecukupan pangan dalam model bertanda negatif. Situasi ini mengindikasikan pentingnya ketahanan pangan dalam menjaga kesehatan SDM
rumahtangga. Perilaku investasi SDM rumahtangga petani dalam bidang pendidikan
INDU menunjukkan Tabel 26, kecuali variabel dummy pulau, semua parameter dugaan variabel dalam model berpengaruh nyata terhadap keputusan
investasi pendidikan pada taraf nyata 10 persen. Hasil pendugaan juga menunjukkan semua parameter memiliki tanda positif, sesuai harapan. oleh sebab
itu investasi pendidikan rumahtangga akan meningkat dengan makin banyaknya jumlah anak yang bersekolah, semakin tingginya pendapatan dan tingkat
pendidikan kepala keluarga KK. Respon investasi pendidikan terhadap jumlah anak sekolah bersifat elastis sehingga setiap penambahan jumlah anak yang
bersekolah dalam rumahtangga akan diikuti peningkatan pengeluaran investasi pendidikan dengan proporsi yang lebih besar.
Tabel 26. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Investasi Pendidikan
Variabel Parameter
Standar Pr |t|
Elasti- Dugaan
Error sitas
Intersep -1390108 489659.5 0.0025
Pendapatn RT YRMH 0.009081 0.006006 0.0660
0.1061 Pendidikan KK EDUK
119086.9 78457.46 0.0653 0.3062
Jml anak sekolah JASK 1470489 221860.9 .0001
1.0045 Dummy
pulau, Jawa=1 DUPRO 330620.4
798206 0.3396 Dummy
tahun, 2010=1 DUTHN 2180723 494700.6 .0001
F-hitung= 16.48; ProbF = 0.0001; R
2
= 0.27344
Investasi pendidikan cenderung makin besar antar waktu, sehingga investasi tahun 2010 lebih besar dari investasi tahun 2007. Selain itu, parameter dugaan
variabel dummy pulau menunjukan bahwa investasi pendidikan rumahtangga di Jawa lebih mahal dibanding di Luar Jawa. Relatif mahalnya tingkat pendidikan di
Jawa disamping karena pengaruh faktor jumlah anak sekolah pada rumahtangga petani yang lebih banyak juga dimungkinkan oleh tingkat pendidikan anggota
rumahtangga yang lebih tinggi dibandingkan di Luar Jawa. Secara umum, untuk mencapai tingkat pendidikan lebih tinggi akan dibutuhkan investasi pendidikan
yang lebih besar. Rumahtangga dengan tingkat pendidikan anggota rumahtangga yang lebih tinggi akan memiliki pengeluaran investasi pendidikan yang lebih
besar pula dibandingkan rumahtangga lain. 6.4.4. Tabungan dan Modal Usaha Rumahtangga
Unsur risiko dalam usahatani merupakan hal yang sulit dihindarkan. Munculnya risiko terkait dengan dinamika faktor eksternal maupun internal
rumahtangga. Antisipasi rumahtangga terhadap risiko salah satunya dilakukan dengan menyiapkan simpanan tabungan. Fungsi tabungan yang penting bagi
rumahtangga petani adalah untuk menstabilkan pendapatan dan pengeluaran pada masa paceklik sehingga kinerja produksi, konsumsi dan kesejahteraan petani
tidak terganggu. Pada rumahtangga petani di perdesaan menabung bukan merupakan kebiasaan baru. Petani biasa menabung yang tidak hanya dalam