Hasil Validasi Model PENGARUH PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN
Mengingat tujuan simulasi dalam penelitian ini lebih pada keinginan mengungkap fenomena empiris terkait ketahanan pangan rumahtangga petani dan data yang
digunakan adalah data sekunder kerat lintang cross section, maka hasil validasi di atas mengisyaratkan model masih cukup layak untuk digunakan.
Tabel 31. Hasil Validasi Model Perilaku Rumahtangga Petani Tidak Miskin
Variabel RMSPE
Kesalahan U-
U
m
U
s
U
c
Theil Luas garapan ARDI
416.9 0.00
0.14 0.86
0.4220 Produksi padi QPDI
384.3 0.00
0.06 0.94
0.4487 Penggunaan benih QBEN
525.4 0.00
0.16 0.84
0.4661 Penggunaan Urea QREA
6149281 0.00
0.07 0.93
0.4197 Penggunaan SP-36 QSP6
7798877 0.01
0.18 0.81
0.5318 Pangan yg disimpan SIMP
31814648 0.09
0.30 0.61
0.2914 Surplus yg dijual PSUR
1.98E+08 0.01
0.04 0.95
0.5395 Alokasi TK kelg pria TKDP
730727 0.04
0.13 0.83
0.3240 Alokasi TK kelg wanita TKDW
1193912 0.00
0.72 0.28
0.5151 TK luar kelg pria TKLP
1073907 0.02
0.55 0.43
0.5854 TK luar kelg wanita TKLW
1064024 0.00
0.59 0.41
0.6052 Tot TK ustani padi JTKI
234.4 0.00
0.35 0.65
0.3360 Alokasi TK kelg non pertanian TKUN
5960805 0.01
0.38 0.62
0.5501 Alokasi TK kelg berburuh tani TNUB
3199380 0.04
0.42 0.54
0.5066 Ketersediaan TK keluarga TKRT
169.2 0.00
0.07 0.93
0.1713 Biaya usahatani padi BIAY
22.4707 0.00
0.14 0.85
0.0485 Penerimaan usahtani padi REVP
384.3 0.02
0.00 0.98
0.4156 Pendapatan usahtani padi YPDI
2320 0.01
0.08 0.90
0.5980 Pendapatan pertanian YGRI
555.9 0.01
0.19 0.79
0.2180 Pendapatan tenaga kerja RT YUNT
1.42E+11 0.00
0.23 0.77
0.4286 Pendapatan kerja non pert YUNTA
. 0.00
0.23 0.77
0.4560 Pendapatan kerja buruhtani YUNTB
. 0.04
0.33 0.63
0.5175 Total pendapatan RT YRMH
263.4 0.01
0.20 0.79
0.2031 Pengeluaran pangankap EXFO1
28.4368 0.24
0.14 0.62
0.1808 Pengeluaran konsumsi RT EXCO1
17.5898 0.22
0.03 0.75
0.0904 Investasi kesehatan INHE
9.91E+09 0.02
0.77 0.21
0.8051 Investasi pendidikan INDU
2.95E+10 0.03
0.46 0.52
0.5097 Total pengeluaran RT EXHH1
22.0843 0.16
0.13 0.71
0.1364 Nilai tabungan NTAB
2.27E+11 0.00
0.26 0.74
0.6750 Modal RT MDAL
4.98E+10 0.00
0.11 0.89
0.5282 Kecukupan energi FSCUR
26.7077 0.07
0.41 0.51
0.1449 Status Gizi NUTR
709.1 0.01
0.66 0.33
0.3849
Tabel 32. Hasil Validasi Model Perilaku Rumahtangga Tahun 2007 Variabel
RMSPE Kesalahan
U- U
m
U
s
U
c
Theil
Luas garapan ARDI
259.9 0.00 0.02
0.98 0.4070
Produksi padi QPDI
343 0.00 0.05
0.94 0.4784
Penggunaan benih QBEN
453.5 0.00 0.07
0.93 0.4182
Penggunaan Urea QREA
10116935 0.00 0.13
0.87 0.4944
Penggunaan SP-36 QSP6
6572445 0.01 0.36
0.63 0.5870
Pangan yg disimpan SIMP
36926789 0.00 0.46
0.54 0.3530
Surplus yg dijual PSUR
2.48E+08 0.00 0.02
0.97 0.5867
Alokasi TK kelg pria TKDP
701473 0.00 0.39
0.61 0.3851
Alokasi TK kelg wanita TKDW
1106214 0.00 0.70
0.30 0.5019
TK luar kelg pria TKLP
939846 0.00 0.26
0.74 0.5932
TK luar kelg wanita TKLW
1203929 0.00 0.12
0.88 0.5488
Tot TK ustani padi JTKI
196.7 0.00 0.26
0.74 0.3266
Alokasi TK kelg non pertanian TKUN
8423618 0.00 0.64
0.36 0.5395
Alokasi TK kelg berburuh tani TNUB
3430881 0.00 0.77
0.23 0.5242
Ketersediaan TK keluarga TKRT
189.5 0.00 0.11
0.89 0.1799
Biaya usahatani padi BIAY
33.2936 0.00 0.19
0.81 0.0737
Penerimaan usahtani padi REVP
343 0.01 0.03
0.97 0.4687
Pendapatan usahtani padi YPDI
1692.3 0.02 0.25
0.74 0.6471
Pendapatan pertanian YGRI
726.3 0.02 0.08
0.91 0.2681
Pendapatan tenaga kerja RT YUNT
1.64E+11 0.00 0.60
0.40 0.4106
Pendapatan kerja non pert YUNTA
. 0.00 0.62
0.38 0.4521
Pendapatan kerja buruhtani YUNTB
. 0.00 0.53
0.47 0.5177
Total pendapatan RT YRMH
161.4 0.01 0.03
0.95 0.2527
Pengeluaran pangankap EXFO1
44.7599 0.00 0.41
0.59 0.1783
Pengeluaran konsumsi RT EXCO1
32.1537 0.00 0.15
0.85 0.1053
Investasi Kesehatan INHE
1.55E+10 0.15 0.01
0.85 0.5314
Investasi Pendidikan INDU
6.64E+10 0.00 0.00
1.00 0.4023
Total pengeluaran RT EXHH1
35.687 0.00 0.14
0.86 0.1151
Nilai tabungan NTAB
3.22E+11 0.00 0.11
0.89 0.6966
Modal RT MDAL
1.23E+11 0.00 0.01
0.99 0.5017
Kecukupan energi FSCUR
32.7378 0.00 0.61
0.39 0.1410
Status Gizi NUTR
488.2 0.01 0.71
0.28 0.4475
Seperti hasil validasi menurut kelas pengeluaran di atas, pada validasi menurut tahun Tabel 32 dan 33 juga diperoleh nilai-nilai RMSPE cukup besar. Hanya
terdapat lima variabel dengan RMSPE yang memiliki nilai kurang dari 100 persen. Hasil simulasi juga menjukkan bahwa nilai U-Theil untuk beberapa
variabel masih cukup besar 0.5. Pada rumahtangga tahun 2007 dan 2010, terdapat 12 persamaan variabel endogen yang memiliki nilai U-Theil 0.5.
Tabel 33. Hasil Validasi Model Perilaku Rumahtangga Tahun 2010
Variabel RMSPE
Kesalahan U-
U
m
U
s
U
c
Theil Luas garapan ARDI
441.1 0.01
0.36 0.62 0.4091 Produksi padi QPDI
425.8 0.14
0.12 0.74 0.3192 Penggunaan benih QBEN
540.3 0.01
0.38 0.61 0.4772 Penggunaan Urea QREA
6637122 0.03
0.32 0.65 0.3308 Penggunaan SP-36 QSP6
7521849 0.30
0.07 0.63 0.4765 Pangan yg disimpan SIMP
12843856 0.07
0.67 0.26 0.3015 Surplus yg dijual PSUR
2.04E+08 0.14
0.06 0.8 0.4389
Alokasi TK kelg pria TKDP 801438
0.01 0.41 0.58 0.3231
Alokasi TK kelg wanita TKDW 1196547
0.00 0.71 0.29 0.5245
TK luar kelg pria TKLP 1546529
0.00 0.72 0.28 0.5594
TK luar kelg wanita TKLW 1291993
0.00 0.69 0.31 0.6099
Tot TK ustani padi JTKI 127.5
0.01 0.57 0.43 0.3339
Alokasi TK kelg non pertanian TKUN 2959071
0.01 0.81 0.18 0.9285
Alokasi TK kelg berburuh tani TNUB 2149972
0.00 0.67 0.33 0.5668
Ketersediaan TK keluarga TKRT 134.7
0.00 0.02 0.98 0.1749
Biaya usahatani padi BIAY 25.6591
0.12 0.25 0.63 0.0378
Penerimaan usahtani padi REVP 425.8
0.11 0.18 0.71 0.3195
Pendapatan usahtani padi YPDI 1421
0.04 0.44 0.52 0.5857
Pendapatan pertanian YGRI 584.4
0.04 0.36 0.60 0.1999
Pendapatan tenaga kerja RT YUNT 1.13E+11
0.00 0.04 0.95 0.6635
Pendapatan kerja non pert YUNTA .
0.01 0.93 0.06 0.9587
Pendapatan kerja buruhtani YUNTB .
0.00 0.61 0.39 0.5647
Total pendapatan RT YRMH 273.3
0.04 0.34 0.62 0.1891
Pengeluaran pangankap EXFO1 34.0893
0.00 0.35 0.65 0.1623
Pengeluaran konsumsi RT EXCO1 22.5807
0.00 0.33 0.66 0.0930
Investasi Kesehatan INHE 1.06E+10
0.02 0.82 0.16 0.8040
Investasi Pendidikan INDU 2.66E+10
0.00 0.66 0.34 0.5069
Total pengeluaran RT EXHH1 30.9822
0.00 0.43 0.56 0.1467
Nilai tabungan NTAB 2.01E+11
0.06 0.10 0.84 0.5610
Modal RT MDAL 3.21E+02
0.06 0.02 0.92 0.3808
Kecukupan energi FSCUR 26.393
0.00 0.43 0.57 0.1381
Status Gizi NUTR 777.6
0.07 0.65 0.29 0.3241
Pada dekomposisi nilai U-Theil, seluruh nilai-nilai U
m
telah mendekati nol. Akan tetapi, beberapa nilai U
s
masih cukup besar 0.5. Sebaliknya untuk nilai U
c
pada beberapa variabel masih relatif kecil. Untuk tahun 2007 terdapat 8 nilai U
s
yang terlalu besar dan 8 nilai U
c
yang relatif kecil. Untuk tahun 2010 terdapat 12 nilai U
s
yang terlalu besar dan 12 nilai U
c
yang relatif kecil. Rangkuman hasil simulasi dapat disimak pada Tabel 34 dan Tabel 35. Nilai basis dan hasil simulasi
per kelompok disajikan dalam Lampiran 7 sampai Lampiran 10.
7.2. Pengaruh Perubahan Faktor-Faktor Ekonomi 7.2.1. Kenaikan Harga Pupuk dan Harga Padi
Kebijakan subsidi pupuk telah mengalami dinamika yang panjang. Pemberian subsidi pupuk pernah dihentikan karena beban anggaran terlalu berat.
Sampai kini pemberian subsidi pupuk masih menimbulkan silang pendapat karena terdapat pandangan bahwa subsidi pupuk hanya akan memperberat beban
anggaran pembangunan. Pandangan berbeda menyatakan, subsidi pupuk memang pantas dan harus diberikan karena petani menanggung beban kebutuhan produksi
nasional. Pada kondisi ekonomi rumahtangga petani yang menghadapi banyak kendala, pemberian subsidi seperti subsidi pupuk dianggap sebagai kebijakan
yang berpihak pada kelompok miskin pro-poor. Sejak reformasi peran Badan Urusan Logistik Bulog, tidak ada lagi
kewajiban pemerintah menanggung seluruh pembelian produksi padi petani untuk mencegah kejatuhan harga pasar. Saat ini pemerintah, melalui Bulog, hanya
melakukan pembelian gabah beras petani untuk memenuhi kebutuhan program raskin beras untuk orang miskin dan cadangan nasional sehingga campur tangan
terhadap harga sangat minimal. Harga padi lebih banyak ditentukan oleh dinamika pasar. Akan tetapi gangguan produksi dan distribusi yang sering terjadi karena
berbagai hal menyebabkan fluktuasi harga padi juga tidak mudah dihindari. Kenaikan harga pupuk secara tunggal menimbulkan pengaruh negatif bagi
rumahtangga petani karena mengurangi penggunaan jenis input tersebut yang berdampak pada penurunan produksi dan penerimaan usahatani. Di sisi lain,
kenaikan harga padi memberi dampak positif karena meningkatkan penerimaan usahatani dan mendorong intensifikasi dan perluasan skala usaha. Oleh karena itu
bagi petani, kenaikan harga input sebetulnya tidak menjadi masalah sepanjang kenaikan tersebut diimbangi dengan kenaikan harga padi. Hasil simulasi
menunjukkan, kenaikan harga pupuk Urea dan SP36 sebesar 30 persen yang diikuti dengan kenaikan harga padi 30 persen mengakibatkan produksi dan
ketersediaan pangan rumahtangga berkurang tetapi masih dapat meningkatkan pendapatan.
Peningkatan harga pupuk akan mengurangi permintaan penggunaan pupuk rumahtangga petani QREA dan QSP6. Di dalam model rumahtangga,
penggunaan pupuk merupakan variabel eksogen yang mempengaruhi pencapaian produksi padi, khususnya pupuk SP36. Akibat penggunaan pupuk yang lebih
rendah maka produksi padi QPDI menjadi lebih rendah. Akan tetapi, karena harga padi PPDI meningkat cukup tinggi maka penerimaan usahatani PREV
masih dapat mengimbangi besarnya biaya usahatani BIAY sehingga pendapatan usahatani padi YPDI masih meningkat. Seiring kenaikan pendapatan usahatani
maka pendapatan total rumahtangga juga terdorong meningkat. Kenaikan pendapatan meningkatkan kemampuan akses rumahtangga
terhadap pangan. Oleh karena itu seiring meningkatnya pendapatan maka kemampuan rumahtangga membeli pangan meningkat. Hal itu direfleksikan oleh
pengeluaran pangan EXFO1 yang lebih tinggi. Mengingat pengeluaran pangan merupakan titik masuk entry point tingkat kecukupan energi FSCUR, dengan
pengeluaran pangan yang makin besar maka kecukupan energi juga meningkat. Peningkatan kecukupan energi berdampak pada peningkatan derajat sehat dan
perbaikan status gizi anggota rumahtangga NUTR. Sebagaimana tampak pada Tabel 34, ketiga variabel tersebut mengalami perubahan dengan tanda positif.
Di sisi lain, penurunan produksi padi mengurangi nilai simpanan pangan dan surplus padi yang dijual. Oleh karena nilai surplus padi menjadi variabel
eksogen dari persamaan tabungan rumahtangga, penurunan surplus tersebut mengurangi kemampuan rumahtangga untuk menabung NTAB dan membentuk
modal usaha MDAL. Selanjutnya, dengan kemampuan modal yang lebih rendah maka kesempatan rumahtangga memperluas lahan garapan intensitas tanam
menjadi berkurang nilai ARDI turun. Penurunan luas garapan akhirnya mengurangi penggunaan input usahatani padi, yaitu pupuk QREA, QSP6 dan
tenaga kerja luar keluargaTKLP, TKLW yang secara bersama-sama menentukan pencapaian output usahatani.
Alokasi tenaga kerja keluarga TKDP dan TKDW justru meningkat karena dorongan insentif kenaikan harga output padi. Akibat peningkatan alokasi
tenaga kerja keluarga tersebut pengurangan penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani makin besar, terutama tenaga kerja pria. Di sisi lain peningkatan
alokasi tenaga kerja keluarga untuk usahatani mengurangi alokasi tenaga kerja untuk berburuh non pertanian TKUN karena berlakunya kendala waktu. Adanya
kendala tersebut, pengurangan alokasi tenaga kerja berburuh non pertanian selanjutnya mendorong peningkatan alokasi tenaga kerja berburuh tani TNUB.
Secara bersama alokasi waktu bekerja sebagai buruh TKUN dan TNUB mengalami pengurangan sehingga dampak yang terjadi dalam rumahtangga
adalah berkurangnya pendapatan dari hasil kerja YUNT. Meskipun pendapatan hasil kerja YUNT mengalami penurunan, akan
tetapi penurunan tersebut terlalu kecil dibandingkan peningkatan pendapatan usahatani sehingga secara neto penurunan YUNT tidak banyak berpengaruh
terhadap kinerja pendapatan total rumahtangga YRMH yang cenderung meningkat.
Kecukupan energi yang makin tinggi identik dengan derajat sehat yang makin baik tinggi. Jika derajat sehat rumahtangga makin tinggi maka kebutuhan
investasi kesehatan akan menjadi semakin kecil. Oleh sebab itu hubungan antara parameter dugaan kecukupan energi terhadap investasi kesehatan dalam model
bertanda negatif. Dalam perhitungan simulasi, pengaruh kecukupan energi terhadap investasi kesehatan tampaknya relatif kecil jika dibandingkan dengan
pengaruh pendapatan, sehingga akumulasi keduanya masih menghasilkan perubahan nilai investasi kesehatan yang cenderung meningkat. Investasi
pendidikan INDU juga cenderung meningkat dengan semakin tingginya pendapatan rumahtangga.
Hasil simulasi menunjukkan pengaruh kenaikan harga pupuk dan harga padi terhadap ketahanan pangan rumahtangga miskin dan tidak miskin tidak
menunjukkan perbedaan pola perilaku yang signifikan. Perbedaan yang tampak hanya dalam besaran perubahan, dimana pengaruh negatif kenaikan harga pupuk
dan harga padi di sisi produksi lebih besar untuk rumahtangga miskin dibandingkan rumahtangga tidak miskin. Akan tetapi untuk sisi konsumsi dan
outcome , pengaruh perubahan kenaikan harga pupuk dan harga padi cenderung
lebih besar pada rumahtangga tidak miskin. Secara tidak langsung hal ini mengindikasikan bahwa status dan tingkat pendapatan menentukan derajat
ketahanan pangan rumahtangga petani. Rumahtangga dengan tingkat penguasaan sumberdaya yang lebih besar dan pendapatan lebih tinggi cenderung lebih tahan
terhadap guncangan ekonomi dan memperoleh manfaat lebih besar dari kenaikan harga padi.
.Kecenderungan serupa juga terlihat pada pembedaan strata rumahtangga menurut waktu, tahun 2007 dengan tahun 2010 Tabel 35. Meskipun analisis
deskriptif pada bab sebelumnya dan nilai basis Lampiran 7 – Lampiran 10
menunjukan indikasi penurunan ketahanan pangan rumahtangga petani antar waktu, tetapi hasil simulasi menunjukkan perubahan penguasaan sumberdaya
lahan garapan yang cenderung meningkat pada periode tersebut juga diikuti dengan peningkatan perubahan kecukupan energi dan status gizi.
Hasil simulasi di atas menunjukkan bahwa perubahan harga input dan harga output tidak hanya berpengaruh terhadap perilaku rumahtangga di sisi produksi
saja. Perubahan harga tersebut juga berpengaruh terhadap kinerja kecukupan energi dan status gizi anggota rumahtangga. Dapat dikatakan bahwa pengaruh
perubahan harga juga turut menentukan kinerja ketahanan pangan rumahtangga petani sehingga antisipasi dampak perubahan harga input dan harga output tidak
cukup hanya menyangkut aspek penurunan produksi dan pendapatan petani, tetapi juga perlu memperhatikan aspek ketahanan pangan dan kesejahteraan
rumahtangga petani sebagai bagian yang tidak terpisahkan.