dari model perilaku rumahtangga, tetapi tidak menjadi variabel eksogen yang
mempengaruhi variabel endogen lain.
Hasil pendugaan Tabel 29 menunjukan, status gizi anggota rumahtangga dipengaruhi secara nyata oleh kecukupan energi dan dummy kualitas air musim
kemarau. Semakin tinggi kecukupan energi akan meningkatkan status gizi anggota rumahtangga. Oleh karena kecukupan energi yang tinggi menunjukkan
ketahanan pangan yang baik, maka hasil estimasi tersebut mengkonfirmasi pentingnya peran ketahanan pangan untuk mendorong status gizi anggota
rumahtangga. Sebagaimana disebutkan Simatupang 2007 bahwa ketahanan pangan menjadi syarat keharusan necessary condition untuk mencapai status gizi
yang baik, tetapi bukan sebagai syarat kecukupan sufficient condition. Artinya untuk mencapai status gizi anggota rumahtangga yang baik dibutuhkan kecukupan
energi yang memadai. Akan tetapi, kinerja status gizi yang baik tidak dapat sepenuhnya diklaim sebagai akibat kecukupan energi yang sudah baik. Ada faktor
lain yang turut berpengaruh terhadap status gizi. Terkait hal itu Soekirman 2008 berpendapat bahwa gizi burukkurang tidak selalu terjadi karena kurang
pangan kelaparantidak ada makanan. Gizi burukkurang juga bisa terjadi karena faktor kemiskinan. Tapi kemiskinan juga bisa terjadi sebagai akibat dari gizi
buruk. Tabel 29. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Status Gizi
Variabel Parameter
Standar Pr |t|
Elasti- Dugaan
Error sitas
Intersep -2.53603
0.542543 .0001
Kecukupan energi FSCUR 1.373648
0.705181 0.0264
-0.9245 T-kerja kelg wanita TKDW
-0.00004 0.009595
0.4982 Frekuensi sakit anak FDIA
-0.03281 0.103998
0.3764 Dummy
kerja buruh pert, ya=1 DBRUH -0.22136
0.174441 0.1029
Dummy air bersih MK2 DUAIR2
0.368228 0.246751
0.0686 F-hitung= 2.01; ProbF = 0.0790; R
2
= 0.04378
Variabel lain yang berpengaruh terhadap status gizi adalah penggunaan air bersih musim kemarau. Penggunaan air minum dari sumber air bersih, khususnya
pada musim kemarau, akan mendukung status gizi yang lebih baik. Seperti diketahui, air adalah salah satu media yang dapat menjadi pembawa bibit kuman
dan bakteri. Oleh sebab itu mengkonsumsi air bersih dan yang dimasak terlebih dulu akan membantu rumahtangga meningkatkan status gizi mereka. Masalah
ketersediaan air bersih biasanya menjadi terbatas pada musim kemarau. Bahkan di beberapa tempat dapat menjadi masalah serius. Oleh sebab itu penggunaan air
bersih pada musim kemarau dapat menjadi indikator pendukung status gizi dan kesehatan. Sumber air bersih dimaksud adalah: air ledeng Perusahaan Air
Minum, PAM, pompa, sumur, atau air dalam kemasan. Variabel lain dalam model selain kecukupan energi dan dummy air musim
kemarau tidak berpengaruh nyata terhadap status gizi, meski memiliki tanda parameter dugaan sesuai harapan. Pola pengasuhan anak yang baik dan intens
penting untuk membantu tumbuh kembang anak dan menjaga anak dari kemungkinan mengkonsumsi bahan pangan yang dapat menimbulkan resiko sakit.
Umumnya peran pengasuhan ini dilakukan kaum ibu. Oleh sebab itu jika kaum ibu juga ikut bekerja dalam kegiatan produktif rumahtangga, kemungkinan akan
terjadi konflik kepentingan selalu ada. Dalam sumber data yang digunakan untuk penelitian tidak tersedia variabel pengasuhan anak, sehingga untuk dapat
mengangkat isu tersebut dalam model dimasukan variabel kontra pengasuhan, yaitu variabel TKDW. Hasil dugaan parameter yang bertanda negatif artinya
semakin besar alokasi waktu untuk bekerja dalam usahatani padi TKDW akan menyebabkan intensitas pengasuhan anak berkurang dan berpotensi menurunkan
status gizi anggota rumahtangga status gizi anak. Hasil pendugaan menunjukan variabel kontra pengasuhan ini tidak berpengaruh nyata pada taraf 10 persen.
Tidak adanya pengaruh ini diduga karena intensitas keterlibatan tingkat partisipasi kaum ibu dalam kegiatan usahatani masih relatif rendah masih pada
selang yang dapat ditolelir sehingga belum atau tidak mengganggu intensitas
pengasuhan anak.
Secara umum, anak-anak yang sering mengalami sakit frekuensi sakit tinggi memiliki kinerja status gizi yang kurang baik. Oleh sebab itu tanda
parameter dugaan frekuensi sakit anak bertanda negatif. Prevalensi sakit yang tinggi pada anak-anak biasanya adalah sakit diare. Semakin sering mengalami
sakit diare berakibat status gizi anak semakin buruk. Di dalam model perilaku rumahtangga, frekuensi sakit yang dialami anak anggota rumahtangga secara
statistik tidak berpengaruh nyata terhadap status gizi anak. Hal ini diduga karena frekuensi sakit anggota rumahtangga masih terlalu rendah sehingga belum
menimbulkan efek serius terhadap status gizinya. Hasil ini berbeda dengan penelitian Munaroh 2008 di Sidoarjo. Penelitain tersebut menunjukkan bahwa
antara status gizi dengan frekuensi sakit anak terdapat hubungan keterkaitan.
Meski bekerja sebagai buruh tani di perdesaan mungkin dilakukan karena motif sosial, tetapi kebanyakan petani yang mau bekerja sebagai buruh tani adalah
karena tekanan faktor kebutuhan ekonomi faktor kemiskinan. Hal ini mengindikasikan pekerjaan sebagai buruh tani dilakukan sebagai alternatif
menambah penghasilan. Hasil pendugaan parameter menunjukan bahwa variabel dummy
buruh tani bertanda negatif dalam persamaan status gizi sehingga rumahtangga yang mencari tambahan pendapatan sebagai buruh tani memiliki
status gizi lebih rendah dibanding rumahtangga lain. Status gizi yang lebih rendah terkait dengan keterbatasan mereka dalam memenuhi kebutuhan pangan dan
kesehatan.
VII. PENGARUH PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN
RUMAHTANGGA
7.1. Hasil Validasi Model
Bagian akhir analisis ketahanan pangan rumahtangga yang ingin dipelajari dalam penelitian ini adalah melihat bagaimana perubahan faktor-faktor ekonomi
yang terjadi sebagai suatu bentuk guncangan economic shock menimbulkan perubahan terhadap perilaku rumahtangga petani dan berpengaruh terhadap status
gizi anggota rumahtangga. Penelitian ini, dengan kata lain, ingin mengetahui dampak dari perubahan faktor-faktor ekonomi terhadap kinerja ketahanan pangan
termasuk status gizi rumahtangga petani melalui simulasi terhadap model rumahtangga yang dibangun.
Sebelum membahas dampak atau pengaruh tersebut, untuk melihat keandalan robustness model dalam mengungkap fenomena yang menjadi fokus
analisis melalui prediksi terhadap nilai-nilai aktual variabel endogen, terlebih dulu dikemukakan hasil validasi model sebagai berikut. Validasi model dilakukan
untuk melihat keeratan dan keragaman nilai hasil prediksi predicted value dengan nilai aktual variabel endogen Pindyck dan Rubenfield, 1998. Model
yang baik adalah model yang dapat merepresentasikan fenomena di dunia nyata, sehingga validasi model seharusnya menghasilkan nilai-nilai prediksi yang makin
mendekati nilai aktualnya. Selisih antara nilai prediksi dengan nilai aktual menunjukan ukuran kesalahan error.
Terdapat beberapa ukuran error yang umum digunakan sebagai petunjuk mengevaluasi bagaimana kecenderungan antar variabel saling berpengaruh lihat
Pindyck dan Rubienfield, 1998. Akan tetapi pada penelitian ini kriteria yang dipilih adalah Root Mean Square Percent Error RMSPE dan statistik U-Theil.
Hasil validasi Tabel 30 dan Tabel 31 menunjukan, sebagian besar variabel endogen dalam model memiliki nilai RMSPE sangat besar 100. Hanya 5
dari 32 variabel endogen yang mempunyai RMSPE kurang dari 100 persen. Kelima variabel tersebut adalah biaya usahatani padi BIAY, pengeluaran
pangan per kapita EXFO1, pengeluaran konsumsi rumahtangga EXCO1, total pengeluaran rumahtangga EXHH1, dan kecukupan energi FSCUR. Selain itu,
terdapat dua variabel endogen dalam model yang nilai RMSPE-nya tidak teridentifikasi missing. Kedua variabel tersebut adalah YUNTA dan YUNTB.
Tanda titik . muncul karena pada salah satu atau lebih observasi terdapat nilai aktual yang terlampau kecil, atau bahkan mendekati nol, untuk menghitung
persentase kesalahan percent error. Nilai RMSPE mengindikasikan besarnya simpangan antara nilai prediksi
terhadap nilai aktual variabel. Nilai RMSPE yang besar diduga terkait dengan tingginya variasi data aktual untuk analisis. Pada studi terdahulu, perolehan nilai
RMSPE yang besar pada beberapa variabel endogen dalam model juga dialami oleh peneliti lain, seperti Winandi 2007. Meski sudah diketahui nilai RMSPE
model rumahtangga terlalu besar, akan tetapi hasil tersebut belum dapat memberi keputusan penggunaan model untuk simulasi lihat Kusnadi, 2005. Untuk itu
analisis dilanjutkan dengan mengevaluasi nilai-nilai U-Theil dan dekomposisinya. Melalui penggunaan kriteria U-Theil pada tahap validasi ini dapat diketahui
bahwa pada rumahtangga miskin 22 dari 32 persamaan 68.7 mempunyai nilai U-Theil kurang dari 0.5. Pada 10 persamaan yang lain yaitu: QSP6, PSUR,
TKDW, TKLP, TKLW, TKUN, TNUB, YPDI, YUNTB, dan NTAB nilai U-Theil relatif besar. Untuk rumahtangga tidak miskin, sebanyak 19 dari 32 persamaan
59.4 mempunyai nilai U-Theil kurang dari 0.5. Itu berarti sebanyak 13 persamaan yang lain memiliki nilai U-Theil di atas 0.5. Persamaan atau variabel
tersebut adalah QSP6, PSUR, TKDW, TKLP, TKLW, TKUN, TNUB, YPDI, YUNTB, INHE, INDU, NTAB, dan MDAL.
Hasil dekomposisi nilai U-Theil menunjukkan hampir seluruh persamaan, baik untuk rumahtangga miskin maupun tidak miskin, mempunyai nilai U
m
mendekati nol sehingga tidak terdapat indikasi terjadinya bias spesifikasi dalam model perilaku yang dibangun. Untuk rumahtangga miskin, nilai U
s
yang masih tinggi terdapat pada 10 persamaan, yaitu: SIMP, TKDP, TKDW, TNUB, YUNT,
YUNTA, YUNTB, NTAB, MDAL, dan NUTR. Adapun untuk rumahtangga tidak miskin, nilai U
s
yang masih tinggi hanya terdapat pada persamaan: TKDW, TKLW, INHE, dan NUTR. Pada persamaan sisanya di kedua kelompok
rumahtangga, nilai U
s
relatif kecil dan mendekati nol. Dari hasil nilai U
s
ini dapat dikatakan, kemampuan model melakukan replikasi keragaman variabel aktual
juga masih cukup besar. Untuk nilai U
c
yang menunjukan proporsi kesalahan tidak sistematik, nilai-nilai yang besar terdapat pada 22 dari 32 persamaan dalam
model untuk rumahtangga miskin dan pada 27 dari 32 persamaan dalam model untuk rumahtangga tidak miskin. Ini berarti, sebagian besar persamaan dalam
model sudah dapat menangkap kesalahan-kesalahan yang tidak sistematik. Tabel 30. Hasil Validasi Model Perilaku Rumahtangga Petani Miskin
Variabel RMSPE
Kesalahan U-
U
m
U
s
U
c
Theil Luas garapan ARDI
259.2 0.02
0.03 0.95
0.3914 Produksi padi QPDI
361.9 0.00
0.06 0.94
0.4297 Penggunaan benih QBEN
454.3 0.00
0.14 0.86
0.4139 Penggunaan Urea QREA
10571015 0.01
0.22 0.77
0.4746 Penggunaan SP-36 QSP6
6276699 0.00
0.41 0.59
0.5853 Pangan yg disimpan SIMP
31409605 0.00
0.60 0.40
0.3629 Surplus yg dijual PSUR
2.55E+08 0.02
0.01 0.96
0.5547 Alokasi TK kelg pria TKDP
735240 0.00
0.51 0.49
0.3948 Alokasi TK kelg wanita TKDW
1098583 0.00
0.69 0.31
0.5049 TK luar kelg pria TKLP
1207679 0.07
0.05 0.88
0.5487 TK luar kelg wanita TKLW
1319739 0.01
0.06 0.92
0.5599 Tot TK ustani padi JTKI
135.3 0.00
0.32 0.67
0.3238 Alokasi TK kelg non pertanian TKUN
7838344 0.00
0.47 0.53
0.5360 Alokasi TK kelg berburuh tani TNUB
3032245 0.01
0.70 0.29
0.5371 Ketersediaan TK keluarga TKRT
177.5 0.00
0.08 0.92
0.1840 Biaya usahatani padi BIAY
35.2496 0.00
0.22 0.77
0.0723 Penerimaan usahtani padi REVP
361.9 0.03
0.00 0.97
0.4315 Pendapatan usahtani padi YPDI
990.7 0.02
0.16 0.82
0.5495 Pendapatan pertanian YGRI
751.5 0.02
0.28 0.70
0.2505 Pendapatan tenaga kerja RT YUNT
1.55E+11 0.00
0.52 0.48
0.4290 Pendapatan kerja non pert YUNTA
. 0.00
0.56 0.44
0.4700 Pendapatan kerja buruhtani YUNTB
. 0.01
0.60 0.39
0.5327 Total pendapatan RT YRMH
156 0.01
0.17 0.82
0.2540 Pengeluaran pangankap EXFO1
47.8851 0.26
0.00 0.73
0.1566 Pengeluaran konsumsi RT EXCO1
34.68 0.18
0.08 0.74
0.1162 Investasi Kesehatan INHE
1.62E+10 0.24
0.05 0.71
0.4948 Investasi Pendidikan INDU
6.84E+10 0.12
0.13 0.75
0.4042 Total pengeluaran RT EXHH1
39.7552 0.24
0.02 0.74
0.1332 Nilai tabungan NTAB
3.21E+11 0.08
0.61 0.30
0.7919 Modal RT MDAL
1.23E+11 0.08
0.55 0.36
0.3338 Kecukupan energi FSCUR
33.1509 0.03
0.40 0.57
0.1376 Status Gizi NUTR
511.6 0.00
0.74 0.26
0.4160
Mengingat tujuan simulasi dalam penelitian ini lebih pada keinginan mengungkap fenomena empiris terkait ketahanan pangan rumahtangga petani dan data yang
digunakan adalah data sekunder kerat lintang cross section, maka hasil validasi di atas mengisyaratkan model masih cukup layak untuk digunakan.
Tabel 31. Hasil Validasi Model Perilaku Rumahtangga Petani Tidak Miskin
Variabel RMSPE
Kesalahan U-
U
m
U
s
U
c
Theil Luas garapan ARDI
416.9 0.00
0.14 0.86
0.4220 Produksi padi QPDI
384.3 0.00
0.06 0.94
0.4487 Penggunaan benih QBEN
525.4 0.00
0.16 0.84
0.4661 Penggunaan Urea QREA
6149281 0.00
0.07 0.93
0.4197 Penggunaan SP-36 QSP6
7798877 0.01
0.18 0.81
0.5318 Pangan yg disimpan SIMP
31814648 0.09
0.30 0.61
0.2914 Surplus yg dijual PSUR
1.98E+08 0.01
0.04 0.95
0.5395 Alokasi TK kelg pria TKDP
730727 0.04
0.13 0.83
0.3240 Alokasi TK kelg wanita TKDW
1193912 0.00
0.72 0.28
0.5151 TK luar kelg pria TKLP
1073907 0.02
0.55 0.43
0.5854 TK luar kelg wanita TKLW
1064024 0.00
0.59 0.41
0.6052 Tot TK ustani padi JTKI
234.4 0.00
0.35 0.65
0.3360 Alokasi TK kelg non pertanian TKUN
5960805 0.01
0.38 0.62
0.5501 Alokasi TK kelg berburuh tani TNUB
3199380 0.04
0.42 0.54
0.5066 Ketersediaan TK keluarga TKRT
169.2 0.00
0.07 0.93
0.1713 Biaya usahatani padi BIAY
22.4707 0.00
0.14 0.85
0.0485 Penerimaan usahtani padi REVP
384.3 0.02
0.00 0.98
0.4156 Pendapatan usahtani padi YPDI
2320 0.01
0.08 0.90
0.5980 Pendapatan pertanian YGRI
555.9 0.01
0.19 0.79
0.2180 Pendapatan tenaga kerja RT YUNT
1.42E+11 0.00
0.23 0.77
0.4286 Pendapatan kerja non pert YUNTA
. 0.00
0.23 0.77
0.4560 Pendapatan kerja buruhtani YUNTB
. 0.04
0.33 0.63
0.5175 Total pendapatan RT YRMH
263.4 0.01
0.20 0.79
0.2031 Pengeluaran pangankap EXFO1
28.4368 0.24
0.14 0.62
0.1808 Pengeluaran konsumsi RT EXCO1
17.5898 0.22
0.03 0.75
0.0904 Investasi kesehatan INHE
9.91E+09 0.02
0.77 0.21
0.8051 Investasi pendidikan INDU
2.95E+10 0.03
0.46 0.52
0.5097 Total pengeluaran RT EXHH1
22.0843 0.16
0.13 0.71
0.1364 Nilai tabungan NTAB
2.27E+11 0.00
0.26 0.74
0.6750 Modal RT MDAL
4.98E+10 0.00
0.11 0.89
0.5282 Kecukupan energi FSCUR
26.7077 0.07
0.41 0.51
0.1449 Status Gizi NUTR
709.1 0.01
0.66 0.33
0.3849