2. Menganalisis
faktor-faktor yang
mempengaruhi ketahanan
panganrumahtangga petani 3.
Menganalisis pengaruh perubahan beberapa faktor ekonomi terhadapkinerja ketahanan pangan rumahtangga petani
4. Merumuskan alternatif kebijakan peningkatan ketahanan pangan rumahtangga
petani. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan bagi
para pengambil kebijakan di bidang pangan dan pertanian. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan memberi motivasi kepada peneliti lain untuk mengkaji lebih
dalam implikasi perilaku rumahtangga pertanian bagi perumusan kebijakan pangan dan pertanian agar implementasi kebijakan tersebut dapat lebih efektif
membantu meningkatkan taraf kehidupan dan kesejahteraan petani, khususnya terkait isu kecukupan pangan rumahtangga.
1.4. Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Studi tentang ketahanan pangan ini dirancang dengan mengambil rumahtangga sebagai unit analisis. Ketahanan pangan rumahtangga dipandang
sebagai simpul kritis dan penting untuk dipantau dinamikanya karena pemantauan terhadap indikatormakro, seperti pencapaian produksi pangan,tidak menunjukan
korelasi linear dengan pengurangan kasus-kasus rawan pangan dan gizi buruk di tingkat mikro. Secara khusus rumahtangga petani diangkat sebagai fokus
penelitian untuk mengapresiasi peran penting sektor pertanian dalam perekonomian nasional yang masih strategis.
Fokus studi pada rumahtangga petani ini juga dimaksudkan untuk melihat sisi lain kemiskinan di sektor pertanian.Situasi dan ciri kemiskinan masih melekat
pada rumahtangga petani, terlebih petani tanaman pangan. Sangat disadari bahwa ketahanan pangan memiliki dimensi masalah yang kompleks dengan banyak
sumber distorsi. Salah satu sumber distorsi adalah faktor kemiskinan yang diyakini sebagai penghambat upaya peningkatan ketahanan pangan rumahtangga
petani. Rumahtangga petani yang menjadi fokus analisis adalah rumahtanggga
petani di perdesaan yang mengusahakan tanaman padi, baik sebagai usahatani dan sumber pendapatan andalan rumahtangga atau hanya sebagai pelengkap usahatani
sampingan saja. Tanpa membedakan status pengelolaan usahatani padi diharapkan akan membukapeluang terpilihnya rumahtangga petani yang selain
mengusahakan tanaman padi juga memilikiatau mengelola usahatani komoditas lain.
Pengusahaan tanaman padi dipilih sebagai kriteria utama mengingat secara nasional padi masih menjadi pangan pokok penduduk, termasuk para petani di
perdesaan, sehingga dalam konteks ketahanan pangan peran padi sangat kritikal. Disamping untuk memperoleh pendapatan motif komersial,dalam berusahatani
petani padi umumnya juga memiliki motifsubsisten. Motif subsisten dalam hal ini dapat dianggap sebagai adalah upaya rumahtangga memenuhi kebutuhan pangan
dari hasil usahataninya sendiri. Keterbatasan utama dari penelitian ini adalah penggunaan data sekunder
hasil penelitian lain sebagai dasar analisis. Data tersebut berasal dari salah satu kegiatan penelitian di Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,
Kementerian Pertanian.Konsekuensinya, pembentukan dan keandalan variabel analisis dibatasi oleh ketersediaan informasi dan keakuratan sumber data.
Beberapa penyederhanaan dan penyesuaian harus dilakukan agar data sekunder tersebut dapat maksimal membantu menjawab tujuan penelitian.Format daftar
isian kuesioner yang digunakan relatif rumit dan tidak sepenuhnya konsisten antar tahap pengumpulan data. Variasi format tidak hanya pada jenis variabel
tetapi juga unit satuan variabel sehingga penyusunan pembentukan variabel untuk penelitian tidak dapat dilakukan dengan sederhana. Kompleksitas masalah
seperti itu mengakibatkan proses validasi membutuhkan waktu cukup lama. Keterbatasan lain adalah terkait pemilihan responden dan agregasi musim.
Faktor kesesuaian pemilihan responden dengan substansi permasalahan yang ingin dijawab tidak dapat maksimal sehinggakemungkinan terdapat bias contoh
dalam analisis menjadi tidakterhindarkan. Ketahanan pangan dalam penelitian ini diproksi dengan indikator utama kecukupan energi dan status gizi. Variabel
kecukupan energi dibangun dari data konsumsi pangan rumahtangga yang digali melalui wawancara terstruktur. Akan tetapi, data konsumsi yang diolah tidak
mencakup makanan jadi karena kendala standarisasi konversi. Di sisi lain, analisis status
gizi juga
tidak dapatdiberlakukan
untuk seluruh
anggota
rumahtangga.Analisis status gizi hanya untuk mereka yang berumur tidak lebih dari 12 tahun.
Faktor pengaruh perbedaan musim terhadap ketahanan pangan tidak dapat ditangkap sepenuhnya dalam penelitian ini karena keterbatasan informasi. Dalam
rancangan kuesioner aslinya, perbedaan musim hanya digunakan untuk untuk menggali informasi produksi. Pada sisi konsumsi pembedaan musim tidak
dilakukan.Periode waktu yang menjadi acuan penggalian data adalah satu minggu, satu bulan atau satu tahun, tergantung jenis konsumsi rumahtangga.
1.5. Kebaruan dalam Penelitian