Demografi dan Garapan Usahatani

anggota rumahtangga tidak miskin yang berada pada usia sekolah cukup banyak hingga dalam kurun waktu 2007-2010 peningkatan partisipasi sekolah mereka lebih tinggi dibanding rumahtangga miskin. Rataan jumlah anak sekolah rumahtangga miskin relatif lebih kecil dari rataan jumlah anak sekolah pada rumahtangga tidak miskin. Hal ini bisa jadi terkait dengan kondisi anak pada rumahtangga petani miskin yang mulai beranjak besar. Masih umum dijumpai di perdesaan bahwa anak-anak hanya bersekolah hanya sampai sekolah dasar, karena keterbatasan faktor ekonomi kemiskinan dan sarana pendidikan. Setelah tamat dari sekolah dasar, hanya sedikit anak-anak petani di perdesaan yang melanjutkan sekolah. Sebagaimana telah diungkapkan bahwa salah satu kriteria pemilihan rumahtangga contoh adalah adanya penguasaan usahatani padi. Dalam usahatani padi, faktor lahan garapan memegang peran strategis karena menjadi basis usahatani. Tabel 3 menunjukkan, secara akumulatif selama kurun 2007-2010 terjadi peningkatan rataan luas garapan antara 30-40 persen. Namun peningkatan tersebut hanya berasal dari kelompok rumahtangga tidak miskin. Pada rumahtangga miskin, rataan luas garapan justru cenderung menurun. Tabel 3. Luas Garapan dan Frekuensi Tanam Padi Uraian Miskin Tidak miskin Total 2007 2010 2007 2010 2007 2010 Luas garapan ha 0.97 0.86 1.29 1.64 1.04 1.38 indeks pertanaman 1.45 1.48 1.58 1.51 1.48 1.5 Luasmusim ha 0.64 0.62 0.75 1.02 0.66 0.89 Luas garapan dalam hal ini bukanlah luas baku lahan, tetapi luas usahatani selama setahun yang dihitung dari hasil kali luas persil yang ditanami padi dengan frekuensi tanam musim tanam selama setahun. Jika luas garapan dibagi dengan jumlah musim, akan diperoleh rataan luas garapan per musim. Rataan luas garapan per musim ini menunjukan rataan penguasaan lahan per rumahtangga. Dari Tabel 3 terlihat bahwa tingkat penguasaan lahan rumahtangga tidak miskin 15-70 persen lebih tinggi dari tingkat penguasaan lahan rumahtangga miskin. Rataan penguasaan lahan petani miskin antara 0.62-0.64 ha, sedangkan rataan penguasaan lahan petani tidak miskin antara 0.75-1.02 ha. Meskipun ada petani yang dapat menanam padi hingga tiga kali dalam setahun, tetapi di beberapa tempat masih banyak yang hanya dapat tanam sekali setahun. Kondisi tersebut berkaitan dengan pola ketersediaan air irigasi di wilayah setempat. Pada kasus padi rawa, seperti di daerah Kalimantan Selatan, frekuensi tanam yang hanya dapat dilakukan sekali setahun disebabkan umur padi yang ditanam cukup panjang mencapai 6 bulan. Kisaran angka indeks pertanaman menunjukan petani umumnya hanya menanam padi antara 1-2 kali dalam setahun. Mengingat padi masih menjadi pangan pokok dominan bagi penduduk di seluruh lokasi penelitian, upaya peningkatan indeks pertanaman padi masih perlu dilakukan.

5.2. Alokasi Tenaga Kerja

Pada rumahtangga pertanian, tenaga kerja merupakan sumberdaya utama yang dimiliki. Dalam rumahtangga, alokasi sumberdaya tenaga kerja diprioritaskan untuk usahatani yang dikelola. Namun demikian, umum dijumpai di perdesaan rumahtangga petani juga melakukan kegiatan produktif lain atau mengalokasikan sebagian waktu untuk kegiatan lain di luar usahatani utama. Tabel 4 menyajikan alokasi tenaga kerja rumahtangga. Alokasi waktu tenaga kerja rumahtangga petani contoh masih terfokus pada kegiatan pertanian. Secara implisit hal itu menunjukan bahwa pertanian masih menjadi sumber penghidupan rumahtangga di daerah penelitian. Disamping usahatani padi, sebagian rumahtangga juga memiliki usahatani lain non padi. Bahkan sebagian mereka juga masih melakukan pekerjaan lain seperti sebagai penjual jasa tenaga kerja sebagai buruh tani. Kegiatan non pertanian relatif hanya dilakukan pada tahun 2007, sedangkan untuk tahun 2010 intensitas kerja di luar pertanian sangat rendah. Penurunan alokasi tenaga kerja juga terjadi pada kegiatan lain selama tahun 2010. Kecenderungan penurunan alokasi tenaga kerja itu terkesan sistematik karena tidak hanya terjadi pada salah satu jenis alokasi saja tetapi mencakup keseluruhan alokasi tenaga kerja. Pola seperti itu diduga terkait perbedaan format daftar pertanyaan kuesioner antara kedua tahun yang tidak sepadan. Meskipun terkesan hanya sebagai komplemen, partisipasi tenaga kerja wanita dalam kegiatan produktif rumahtangga dominan pada kegiatan pertanian. Tenaga kerja wanita terlibat pada setiap kegiatan produktif yang membutuhkan curahan atau alokasi tenaga kerja sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4. Terdapat alokasi tenaga kerja wanita baik pada usahatani padi, non padi, buruh tani, maupun non pertanian. Pada rumahtangga miskin, keterlibatan tenaga kerja wanita dalam kegiatan berburuh tani cukup besar dan cenderung meningkat selama periode 2007-2010. Pada rumahtangga tidak miskin keterlibatan tenaga kerja wanita juga cenderung meningkat, tetapi dengan tingkat partisipasi tidak terlalu besar. Tabel 4. Alokasi Tenaga Kerja Keluarga Pada Berbagai Kegiatan Uraian