Status Ketahanan Pangan dan Gizi
penurunan konsumsi dan kecukupan energi yang lebih besar pada rumahtangga miskin terkait dengan jumlah anggota ukuran rumahtangga miskin yang lebih
besar dibanding rumahtangga tidak miskin, khususnya pada tahun 2010.
Tabel 9. Konsumsi, Tingkat Kecukupan dan Proporsi Rawan Pangan Uraian
Miskin Tidak miskin
Total 2007 2010 2007 2010
2007 2010
Konsumsi energi KkalAEUhr
1978 1356
2332 1815
2064 1659
Kecukupan Energi
0.84 0.58
0.99 0.77
0.88 0.71
Rawan pangan
31.36 91.3 18.42
44.44 28.21 60.29
Tingkat konsumsi yang rendah dan kecenderungannya yang menurun mengakibatkan prevalensi rumahtangga rawan pangan mengalami kenaikan pada
periode yang sama. Sebagaimana terlihat pada Tabel 9, secara agregat sekitar 28 persen rumahtangga petani mengalami rawan pangan pada tahun 2007. Jumlah
tersebut meningkat menjadi 60 persen pada tahun 2010. Secara parsial, rumahtangga miskin mengalami peningkatan rawan pangan yang sangat tinggi
hampir 300, yaitu dari sekitar 31 persen menjadi 91persen selama periode 2007-2010. Adapun rawan pangan pada rumahtangga tidak miskin meningkat dari
sekitar 18 persen menjadi 44 persen dalam periode yang sama. Hasil analisis status gizi data antropometri indikator BBU pada Tabel 10
menunjukkan prevalensi rawan gizi gizi kurang dan gizi buruk meningkat sekitar 12 persen selama kurun waktu 2007-2010, yaitu dari 23 persen menjadi 35
persen. Lonjakan prevalensi rawan gizi terutama terjadi pada kelompok rumahtangga petani tidak miskin yang hampir mencapai 100 persen pada periode
tersebut. Adapun pada rumahtangga petani miskin lonjakan prevalensi kurang dari 50 persen untuk periode yang sama.
Indikator tinggi badan per umur TBU dan berat badan per tinggi badan BBTB secara agregat menunjukan adanya peningkatan status gizi menjadi
lebih baik selama periode 2007-2010. Prevalensi anggota rumahtangga petani yang memiliki tinggi badan tidak normal pendek, stunting turun dari 48 persen
menjadi 42 persen. Di sisi lain, prevalensi anggota rumahtangga yang kurus wasting berkurang dari 12 persen menjadi 10 persen. Khusus pada rumahtangga
miskin, prevalensi stunting pada periode tersebut sebetulnya masih meningkat yaitu dari 49 menjadi 52. Menurut Cogill 2003, stunting menggambarkan
kegagalan pertumbuhan di masa lalu past growth failure. Stunting terkait dengan sejumlah faktor jangka panjang seperti kekurangan asupan energi dan protein
kronis, infeksi, cara pemberian makan yang tidak tepat, dan faktor kemiskinan. Adapun wasting mengindikasikan kondisi kurang gizi akut sehingga berat badan
anak tidak mencapai berat ideal yang sesuai umurnya. Tabel 10. Status Gizi Anggota Rumahtangga
Uraian Miskin
Tidak miskin Total
2007 2010
2007 2010
2007 2010
BBU : Gizi kurang+buruk
24.58 34.78
18.42 35.56
23.08 35.29
Gizi baik 75.42
65.22 81.58
64.44 76.92
64.71 TBU :
Pendek 49.15
52.17 44.74
33.33 48.15
41.70 Normal
50.85 47.83
55.26 66.67
51.99 61.62
BBTB : Kurus
11.02 8.7
15.79 11.11
12.53 10.42
Normal 88.98
91.3 84.21
88.89 87.87
89.72