Faktor pendukung dan penghambat kinerja guru di SDN

86 harapannya anaknya sekolah di SDN Wonolagi agar bisa mendapatkan pemerintah. Namun sampai sekarang harapan masyarakat disana sudah berkembang, agar melalui SD anak nanti mampu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi mas.” MR, 14 Juli 2014 Terdapat faktor pendukung kinerja guru di SDN Wonolagi yang berasal dari sisi internal guru itu sendiri yaitu memiliki etos kerja yang baik. Etos kerja yang baik dapat dilihat dari niat dalam mengajar yang sangat kuat meskipun guru di SDN Wonolagi berasal dari luar Kabupaten Gunungkidul. Setiap hari guru di SDN Wonolagi selalu hadir untuk mengajar meskipun harus menempuh jarak yang sangat jauh untuk bisa sampai ke sekolah. Etos kerja yang baik ini dilandaskan pada prinsip bahwa dalam melaksanakan tugas pengajaran setiap harinya dimaknai oleh guru di SDN Wonolagi sebagai ibadah. Sehingga dalam proses pembelajaran, guru di SDN Wonolagi dilandasi rasa ikhlas sebagai sebuah bentuk pengabdian kepada masyarakat

B. Pembahasan

Kinerja adalah hasil kerja yang berhasil dicapai karena sebuah usaha oleh seorang individu atau kelompok dalam sebuah organisasi untuk mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Pencapaian tujuan didasarkan pada hukum yang berlaku dan sesuai norma dan etika. Kinerja harus mampu dilihat dari segi mutu dari segi jumlah dengan perencanaan awal sebagai pembanding. Jika hasil kerja yang telah dicapai sesuai dengan kriteria, prosedur, atau kopetensi maka dapat dikatan mencapai kinerja maksimal. 87 Dalam lingkup sekolah, kinerja berhubungan dengan jabatan guru sebagai bagian terpenting dalam proses pendidikan. Kinerja guru dalam tugasnya tercermin dalam peran dan fungsinya sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih dalam proses pembelajaran di kelas maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Seorang guru bertugas sesuai dengan standar, kompetensi, dan tidak melanggar norma dan etika. Tugas guru tidak hanya sebatas bekerja ketika berhadapan dengan peserta didik di dalam kelas. Pencapaian tujuan pendidikan menuntut tenaga pendidik atau guru harus memiliki kinerja yang maksimal. Faktor-faktor untuk mencapai kinerja guru yang baik bisa berasal dari dalam guru sendiri atau faktor internal. Faktor internal meliputi disiplin waktu, rasa tanggung jawab tinggi, komitmen terhadap pekerjaan, kreatifias, percaya diri, dan lain sebagainya. Ada pula faktor yang berasal dari luar diri guru atau faktor eksternal yang meliputi gaya kepemimpinan, kesempatan untuk mengembangkan diri, sistem kerja yang digunakan, jaminan sosial, atau kesejahteraan. Pencapaian tujuan pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah, guru harus mencapai beberapa kompetensi untuk mendapatkan predikat sebagai guru profesional. Kompetensi tersebut terangkum dalam Permendiknas Republik Indonesia No. 16 2007, yang menjadi salah satu alat untuk menilai kinerja seorang guru. Begitu pula dengan guru yang mengabdikan diri di SDN Wonolagi yang notabene menjadi salah satu sekolah layanan khusus di daerah Kecamatan Playen. SDN Wonolagi khusus memberikan layanan pendidikan di Desa Wonolagi karena desa ini menjadi salah satu desa 88 tertinggal di Gunungkidul. Meskipun sebagai sekolah layanan khusus dengan berbagai keterbatasan sarana prasarana, guru di SDN Wonolagi tetap harus bekerja sesuai dengan kompetensi guru di sekolah pada umumnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikumpulkan maka dapat dipaparkan kinerja guru SDN Wonolagi berdasarkan kompetensi.

1. Kinerja guru ditinjau dari aspek kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik menekankan pada tugas keseharian guru dalam proses pembelajaran di kelas dengan peserta didik. Dalam proses pembelajaran tersebut guru terlebih dahulu harus memahami karakter siswa, kurikulum, potensi siswa, proses evaluasi hasil belajar dan lainya. Guru di SDN Wonolagi pada dasarnya telah dapat memahami isi dari kompetensi pedagogik dan melaksanakan proses pembelajaran sesuai ketentuan. Kedekatan hubungan antar guru dan peserta didik di SDN Wonolagi menjadi salah satu pendukung proses pembelajaran disana. Kedekatan yang berhasil diciptakan antara guru dan peserta didik terwujud karena guru berhasil mengenal karakter peserta didik secara mendalam. Pada umumnya seorang guru Sekolah Dasar memang harus memiliki kepekaan lebih ketika mengenal karakter seorang anak. Kepekaan dalam mengenal karakter peserta didik ini juga dimiliki oleh guru SDN Wonolagi. Apalagi ada faktor yang memudahkan seorang guru dapat mengenal secara mendalam dengan peserta didik adalah karena faktor jumlah. Karena SDN Wonolagi khusus memberikan layanan kepada masyarakat Desa Wonolagi maka peserta didik hanya berasal dari daerah 89 tersebut saja. Jumlah peserta didik yang sedikit menjadi kemudahan bagi guru di SDN Wonolagi untuk mengenal peserta didik secara mendalam. Guru di SDN Wonolagi sudah paham betul dengan sifat, karakter dan intelegensi sampai pada kondisi keluarganya. Sehingga guru sudah mampu meramu solusi untuk menangani permasalahan dalam belajar setiap anak di SDN Wonolagi. Pemahaman yang mendalam terhadap diri peserta didik membuat guru di SDN Wonolagi mampu mengikuti perkembangan setiap peserta didik dan permasalahan yang dihadapi dalam belajar. Guru di SDN Wonolagi menemukan permasalahan dalam tripusat pendidikan, salah satunya di keluarga tidak berjalan baik. Masalah ini menyebabkan iklim kompetisi di kelas tidak berjalan dengan baik. Iklim kompetisi yang kurang terjalin mempengaruhi semangat peserta didik untuk belajar. Proses pemahaman karakter peserta didik meliputi fisik, moral, sosial, kultural, emosional, maupun intelektual dapat terlaksana dengan penuh ketika guru juga mampu berkomunikasi dengan baik. Hal tersebut juga sudah dilakukan oleh guru di SDN Wonolagi. Kemampuan komunikasi guru SDN Wonolagi yang santun ini kuat dipengaruhi oleh nilai sosial yang tertanam di masyarakat Desa Wonolagi. Hubungan yang harmonis antara guru SDN Wonolagi dengan masyarakat Desa Wonolagi, menciptakan komunikasi yang efektif dan empatik di sekolah. Guru di SDN Wonolagi mampu menciptakan iklim komunikasi yang dekat dan akrab dengan peserta didik. Komunikasi yang terjalin juga berbeda ketika di dalam kelas dan di luar kelas. Salah satu bentuk komunikasi yang