Kinerja guru ditinjau dari aspek kompetensi pedagogik
58
masyarakat, hal tersebut berpengaruh terhadap nilai sosial yang dimiliki oleh guru. Karena hubungan antar guru SDN Wonolagi
dengan masyarakat begitu dekat seperti saudara. Hubungan antar guru SDN Wonolagi dengan peserta didik juga sangat dekat.
Sebagian guru menganggap bahwa peserta didik di SD Wonologi sebagai anak sendiri. Pernyataan didasarkan hasil wawancara
dengan ibu MR yang telah dilakukan sebagai berikut: “Kalau di daerah tertinggal itu rasa sosialnya sudah melekat
mas. Saya sudah mengabdi di Wonolagi itu sekitar 23 tahun, jadi dengan warga sekitar sudah saya anggap seperti
saudara, sedangkan siswa sudah saya anggap anak sendiri karena memang nilai sosial disana sangat tinggi mas.” MR,
14 Juli 2014
Kedekatan hubungan di masyarakat ini juga berpengaruh dengan komunikasi yang terjalin antara guru di SDN Wonolagi
dengan peserta didik di sekolah. Komunikasi tersebut terjalin dengan dekat dan akrab, baik ketika di dalam kelas atau diluar
kelas. Ketika peserta didik sudah menginjak kelas 6 maka komunikasi yang terjalin akan semakin intensif. Hal ini dilakukan
sebagai cara guru di SDN Wonolagi untuk membantu mengarahkan anak dalam memilih sekolah SMP. Menurut hasil pengamatan di
lapangan peneliti menemukan komunikasi yang terjalin antara guru dan peserta didik kelas 6. Dalam komunikasi tersebut guru SDN
Wonolagi mencoba mengarahkan peserta didik yang akan melanjutkan ke SMP catatan lapangan: 26 Juni 2014. Terlihat
komunikasi terebut terjalin di luar ruang kelas, dengan sedikit
59
bercanda guru SDN Wonolagi mencoba memberikan arahan pada peserta didik memilih sekolah lanjutan yang baik dan sesuai
kemampuan. Hal tersebut diperkuat lagi oleh peserta didik EM dan AL dalam petikan wawancara berikut ini:
“Ya akrab mas kalau komunikasi dengan bapak ibu guru, tapi ketika pelajaran sama diluar pelajaran berbeda. Apalagi
seperti sekarang kelas enam bapak ibu guru lebih sering mengajak kita mengobrol mas.” AL, 23 Juni 2014
“Menurut saya komunikasi antara guru dengan masyarakat sudah seperti keluarga, hubungannya sangat dekat. Begitu
juga di sekolah mas, kita dan guru sangat dekat”. EM, 18 Juli 2014.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, ditemukan dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat guru SDN Wonolagi yang
berbicara dengan keras tinggi. Salah satu faktor penyebabnya adalah peserta didik yang tidak memperhatikan pelajaran dan tidak
bisa mengerjakan soal ketika disuruh. Ini menjadi salah satu kelamahan dari komunikasi yang sudah dibangun baik oleh guru di
SDN Wonolagi catatan lapangan, 16 Juli 2014.
3 Pemahaman dan pengembangan kurikulum terkait dengan
bidang yang diampu
Guru di SDN Wonolagi sudah menguasai kurikulum yang sedang diterapkan. Guru di SDN Wonolagi menyadari bahwa
seringnya pergantian kurikulum ini sedikit membuat kebingungan. Pada dasarnya pemahaman kurikulum menjadi kewajiban bagi
seorang pelaksana lapangan, seringnya pergantian kurikulum tidak
60
menjadi masalah untuk guru SDN Wonolagi. Sebagai suatu kewajiban, guru di SDN Wonolagi juga
menyusun RPP. Pemahaman terhadap kurikulum inilah yang mempermudah guru di SDN Wonolagi ketika akan menyusun SPP
atau silabus. Pembuatan RPP akan mendukung tersampaikannya kurikulum dari pemerintah secara runtut dan menyeluruh sesuai
pernyatan guru, ibu IN dan ibu MR berikut: ‘’Kita sebagai guru SD itu berada di lapangan, jadi apa
yang dianjurkan pemerintah atau yang menjadi kebijakan pemerintah ya kita ikuti saja mas. Memahami kurikulum
itu, lalu dibuat silabus atau RPP agar pembelajaran bisa runtut. Karena memang seperti itu tanggung jawab sebagai
pengemban di lapangan’’. MR, 14 Juli 2014
“Menurut saya semua guru secara umum mengalami kebingungan terhadap pergantian kurikulum yang terlalu
sering ini. Saya pun juga mengalami kesulitan dalam memahami setiap kurikulum yang dilaksanakan oleh
pemerintah. Kalau tentang pemahaman kurikulum jelas saya merasa paham dengan kurikulum ini, pokoknya
mengalir saja, dijalani saja. Biasanya membuat silabus mempermudah dalam memahmi kurikulum mas. Namun
pastinya ada kekurang dan kelebihan pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas’’. IN, 24 Juni 2014
Kurikulum bukan sebagai beban, namun menjadi tantangan tersendiri bagi guru SDN Wonolagi untuk meningkatkan kualitas
diri. Pemahaman terhadap kurikulum juga membuat guru SDN Wonolagi semakin kreatif dan inovatif dalam mengembangkan
proses pembelajaran. Jadi guru di SDN Wonolagi mampu memahami kurikulum yang dilaksanakan dengan baik, karena
dengan kurikulum itu guru mampu melaksanakan kewajiban
61
sebagai guru dan berhasil mentransfer ilmu kepada peserta didik sesuai porsi yang ditentukan. Hal tersebut berdasarkan pernyataan
bapak BG dalam petikan wawancara dengan guru berikut ini: “Kurikulum,
kurikulum yang
sering berganti-ganti
sebenarnya hanyalah pergantian nama saja, jadi bagaimana kita menyikapinya saja. Kurikulum yang berganti itu
sebenarnya sebagian besar kita telah melakukanya, tapi hanya konsep namanya saja yang berbeda. Apapun
kurikulumnya yang terpenting adalah kita mampu mengolah pembelajaran inovatif yang menarik dan
membuat nyaman siswa, jadi mau sesering apapun ganti saya tidak terlalu terpengaruh karena yang utama transfer
ilmu dan nilai sudah berhasil. Kalau saya dengan barbagai kurikulum ini menanggapi dengan positif, jangan negatif
dulu atau mbingungi’’. BG, 26 Juni 2014
4 Memiliki motivasi untuk mengembangkan diri yang mendidik
Guru SDN Wonolagi berusaha mengembangkan kualitas diri untuk menunjang proses pembelajaran. Guru telah mampu
menyelenggarakan pengembangan yang mendidik. Pengembangan menurut guru SDN Wonolagi merupakan sebuah keharusan karena
di zaman yang serba instan ini arus tukar informasi sangat cepat. Guru harus mengikuti laju perkembangan tersebut agar tidak
ketinggalan oleh guru yang lain dan peserta didik. Pengembangan diri yang dilakukan oleh seorang guru
digunakan untuk menunjang proses pembelajaran di kelas. Guru SDN Wonolagi mengembangkan diri melalui buku, internet , atau
saling berdiskusi dengan guru lain. Jadi guru di SDN Wonolagi sudah melakukan pengembangan diri yang mendidik, ada atau
tidaknya tuntutan dari pemerintah sebenarnya pengembanga diri
62
merupakan sebuah keharusan bagi guru. Hal tersebut berdasarkan pernyataan guru dalam petikan wawancara dengan guru, bapak BG
dan ibu IN berikut ini: ‘’Sumber ilmu tidak terbatas dari sekolah, buku saja.
Sehingga dalam proses peningkatan disiplin ilmu, kita bisa mulai dari menggali potensi kita terlebih dahulu semisal
belajar dari internet, kemudian diterapkan di sekolah ini, atau
bisa disebut
transformasi. Karena
sebuah perkembangan zaman maupun teknologi semakin cepat,
guru mau tidak mau harus mengikutinya. Ada atau tidaknya tuntutan
dari pemerintah,
guru harus
mengikuti perkembagan itu, jangan selalu monoton dengan gaya
mengajar nya, harus bervariasi agar anak menajdi tertarik. Jadi saya sangat setuju dengan pengembangan ilmu
pengetahuan karena merupakan syarat sebuah kemajuan daru guru, siswa , maupun sekolah’’. BG, 26 Juni 2014
‘’Kualitas seorang guru memang sangat perlu untuk ditingkatkan, karena zaman sekarang siswa itu kritis, suka
bertanya hal-hal aneh, yang biasanya didapat dari televisi. Jadi seharunya sebagai guru kualitas diri, baik pengetahuan
dan lain sebagai nya harus diringkatkan’’.IN, 24 Juni 2014
Diperkuat dari hasil pengamatan dilapangan, peneliti menemukan bahwa guru di SDN Wonolagi masih semangat ketika
mendapatkan tugas untuk mengikuti diklat atau pelatihan dari Dinas Pendidikan. Dalam beberapa kesempatan pengambilan data
di lapangan, terdapat guru di SDN Wonolagi sedang tidak menjalankan tugas mengajar karena mengikuti diklat tentang
Kurikulum 2013 dan diklat yang lain catatan lapangan: 25 Juni 2014.
Terdapat satu penghambat dalam proses mengembangkan diri, perpustakaan di SDN Wonolagi kurang mampu mendukung
63
pengembangan kualitas guru baik dalam mengajar atau pengayaan materi. Hal ini disebabkan dari hasil pengamtan di lapangan,
kondisi ruang perpustakaan yang hampir tidak memiliki koleksi buku. SDN Wonolagi memiliki tuang perpustakaan, namun tidak
dapat berfungsi. Tidak hanya guru SDN Wonolagi saja yang mengalami kesulitan, peserta didik disana juga mengalami
kesulitan ketikan akan mencari referensi atau hanya sekedar membaca buku catatan lapangan: 16 Juli 2014.
5 Menguasai teori belajar dan prinsip pembelajaran yang
mendidik
Guru SDN Wonolagi hanya mengungkapkan tentang metode pembelajaran yang digunakan, sedangkan teori-teori belajar
yang digunakan tidak dijelaskan. Sebagian besar guru SDN Wonolagi masih menggunakan metode-metode pembelajaran pada
umumnya yang meliputi, ceramah, pemberian tugas, mencatat, praktek Ilmu Pengetahuan Alam IPA, dan diskusi ringan.
Penggunaan metode-metode tersebut disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan jumlah didik peserta yang sedikit.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, ditemukan bahwa guru di SDN Wonolagi memang masih mengajar dengan
metode ceramah dan juga sesekali memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berpendapat atau mengerjakan soal di depan
kelas. Metode ini hamper selalu digunakan oleh guru di SDN
64
Wonolagi setiap harinya catatan lapangan: 19 Juni 2014. Terkadang guru di SDN Wonolagi juga memanfaatkan alam
sekitar sekolah sebagai bagian dari metode mengajar. Pernyataan tersebut juga didukung berdasarkan pernyataan guru, ibu MR dan
ibu IN dalam petikan wawancara berikut ini: “Untuk metode pembelajaran itu ya bermacam-macam
sesuai dengan kondisi anak mas, ada ceramah, pemberian tugas, ada diskusi. Tetapi ada kendala beberapa metode
yang tidak bisa digunakan karena siswanya sedikit mas” MR, 14 Juli 2014
“Metode yang biasa digunakan yang jelas ceramah paling utama, pemberian tugas, percobaan atau praktek menanam
biji bijian, ada juga diskusi namun jelas cuma dengan 3 siswa. Kesempatan siswa untuk aktif juga penting, semisal
anak bisa menceritakan sebuah cerita merek di depan kelas.”IN, 24 Juni 2014
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan peserta didik AL sebagai berikut,
“Ya seperti biasa mas, masih dengan ceramah dan mencatat. Tapi juga sering disuruh untuk maju ke depan kelas
mengerjakan soal atau berpendapat tentang pembahasan materi. Pernah juga diajak keluar kelas untuk melihat
tumbuh-tumbuhan.” AL, 23 Juni 2014
6 Mengapresiasi dan mengembangkan potensi peserta didik
Guru di SDN Wonolagi telah mampu memahami dan mengapresiasi bakat yang dimiliki peserta didik. Memahami
potensi peserta didik sama penting dengan memahami karakternya. Setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda-beda, dalam
bidang akademik seperti matematikan, Ilmu Pengetahuan Alam IPA maupun dalam bidang non akademik seperti olahraga, bidang
65
keagamaan. Hal tersebut berdasarkan hasil petikan wawancara dengan guru, ibu IN sebagai berikut:
“Segala potensi siswa itu adalah anugerah yang harus dikembangkan, sebisa mungkin ketika proses pembelajaran
saya peka terhadap potensi diluar pemahaman karakter siswa sendiri”IN, 24 Juni 2014
“Potensi setiap siswa bisa dilihat ketika proses belajar, potensi nya itu menurut saya ada yang berhitung, lebih ke
bahasa, atau yang lain.” IN, 24 Juni 2014
Diperkuat juga dengan pengamatan di lapangan, bahwa peneliti menemukan beberapa peralatan membatik canting,
kompor, dll dan peralatan tennis meja yang sudah tidak terpakai di ruang gudang SDN Wonolagi. Adanya peralatan ini menguatkan
data yang diungkapkan oleh guru bahwa SDN Wonolagi telah mencoba merangsang potensi atau bakat melalui pelajaran mulok
dan olahraga misalnya. Paling tidak SDN Wonolagi sudah mencoba memfasilitasi peserta didik untuk menemukan potensi dan bakat
masing-masing catatan lapangan: 14 Juni 2014. Masalah yang dihadapi adalah keterbatasan dalam hal
sarana prasana membuat guru di SDN Wonolagi sulit mengembangkan dengan maksimal. Solusi ketika guru belum
mampu mengembangkan potensi peserta didik karena keterbatasan sarana dan prasarana. Hal yang guru lakukan adalah mengarahkan
peserta didik berpotensi untuk masuk ke sekolah SMP yang mampu mengembangkan bakatnya. Guru di SDN Wonolagi juga
meyakini jika potensi yang peserta didik miliki mampu membawa
66
kesuksesan bagi peserta didik sendiri. Hal tersebut berdasarkan hasil petikan wawancara dengan guru, ibu IN dan bapak BG
sebagai berikut: “Kalau semisal ada yang berbakat olahraga misalnya, kita
hanya bisa mengarahkan saja ke sekolah SMP yang dirasa memiliki saran prasana lebih dari SDN Wonolagi dan
mampu mengembangkan bakat anak tersebut.”IN, 24 Juni 2014
“Berkaitan potensi,setiap anak itu berbeda-beda satu dan lainya. Namun karena keterbatasan ini, bisa dibilang
potensi anak berkembang secara otodidak. Meskipun begitu ada siswa yang mengikuti OOSN tingkat kecamatan, untuk
mata pelajaran IPA dan Matematika sampai tingkat gugus. Meskipun berada di daerah terpencil, kami masih menjaga
keinginan untuk berprestasi dalam kompetisi dengan sekolah lain” BG, 26 Juni 2014
Sebagai pembanding berikut petikan wawancara dengan peserta didik EM sebagai berikut,
Setiap ada siswa yang menonjol di bidang itu diikutkan lomba, seperti saya dulu pernah diikutkan lomba MTQ
mas.EM,18 Juli 2014
Salah satu hasil pengamatan di lapangan ditemukan bahwa di setiap ruang kelas SDN Wonolagi jarang ditemukan karya-karya
peserta didik yang biasanya ditempel di tembok kelas. Karya seperti lukisan, puisi, madding atau hasil proses pembelajaran.
Peneliti berasumsi hal ini terjadi karena memang bangunan sekolah masih baru atau guru di SDN Wonolagi jarang memberikan
kesempatan siswa ber-kreativitas catatan lapangan: 20 Juni 2014.
67
7 Pemanfaatan
teknologi dalam
penyelenggaran proses
pembelajaran
Guru di SDN Wonolagi belum mampu memanfaatkan teknologi untuk menunjang proses pembelajaran secara maksimal.
Teknologi, informasi, dan komunikasi yang digunakan oleh guru SDN Wonolagi masih sederhana, seperti mengajarkan anak
menggunakan handphone dan menggunakan laptop. Kemudahan menggunakan internet juga masih belum digunakan secara baik,
buktinya beberapa guru masih meminta bantuan kepada teman atau anak ketika akan menggunakan. Belum digunakannya teknologi,
informasi, dan komunikasi dalam proses pembelajaran secara maksimal oleh guru di SDN Wonolagi dikarenakan keterbatasan
sarana prasarana sesuai yang diungkapkan guru, ibu ME dan bu IN berikut:
“Ketika saya mengajar kelas kecil, internet sudah ada waktu itu. Tapi yang saya lakukan hanya sebatas melatih
anak menggunakan handphone saja mas, mengirim sms dan membalas sms misalnya. MR, 14 Juli 2014
“Kalau tentang TIK saya angkat tangan mas. Tapi meski begitu saya berusaha menggunakannya secara tidak
langsung, maksudnya saya bisa meminta tolong pada anak, pada teman, ketika diharuskan menggunkan internet atau
teknologi lain. Maklum mas sudah sepuh. ”IN, 24 Juni 2014
Pernyataan diatas diperkuat oleh pendapat dari siswa sebagai berikut,
“Pernah mas pakai laptop bapak guru ketika pelajaran TIK, itupun cuma satu laptop dan harus bergantian. AL, 23 Juni
68
2014
8 Pemanfaatan hasil evaluasi belajar sebagai bentuk reflek
terhadap peningkatan kualitas pembelajaran
Guru di SDN Wonolagi dapat dikategorikan sudah cukup mampu memanfaatkan hasil evaluasi belajar secara maksimal.
Hasil evaluasi belajar menjadi sebuah bentuk pertanggung jawaban guru kepada orang tua peserta didik. Selain itu hasil evaluasi hasil
belajar digunakan guru untuk melihat tingkat keberhasilan siswa menerima materi pelajaran. Sehingga dari hasil evaluasi belajar
tersebut guru dapat melakukan reflek peningkatan kualitas pembelajaran dengan melakukan pengulangan atau pengayaan
materi misalnya. Hal tersebut berdasarkan hasil petikan wawancara dengan bapak BG selaku guru sebagai berikut:
“Yang terutama, evaluasi guru saya pakai untuk melihat keberhasilan siswa dalam belajar. Jika ada yang belum
mencapai kompetensi maka akan saya ulangi dalam mengajar, jika siswa yang sudah biasanya ada pengayaan
materi.” BG, 26 Juni 2014
Untuk menambahkan pemanfaatan hasil evaluasi belajar, ditambahkan pendapat guru, ibu MR sebagai berikut,
Begini mas, kalau setelah ulangan harian hasil belajar anak itu digunakan guru untuk raport mas, juga sebagai arsip
sekolah. Yang terpenting orang tua harus mengetahui hasil belajar siswa itu. MR, 24 Juni 2014
69