Kinerja guru ditinjau dari aspek kompetensi pedagogik

58 masyarakat, hal tersebut berpengaruh terhadap nilai sosial yang dimiliki oleh guru. Karena hubungan antar guru SDN Wonolagi dengan masyarakat begitu dekat seperti saudara. Hubungan antar guru SDN Wonolagi dengan peserta didik juga sangat dekat. Sebagian guru menganggap bahwa peserta didik di SD Wonologi sebagai anak sendiri. Pernyataan didasarkan hasil wawancara dengan ibu MR yang telah dilakukan sebagai berikut: “Kalau di daerah tertinggal itu rasa sosialnya sudah melekat mas. Saya sudah mengabdi di Wonolagi itu sekitar 23 tahun, jadi dengan warga sekitar sudah saya anggap seperti saudara, sedangkan siswa sudah saya anggap anak sendiri karena memang nilai sosial disana sangat tinggi mas.” MR, 14 Juli 2014 Kedekatan hubungan di masyarakat ini juga berpengaruh dengan komunikasi yang terjalin antara guru di SDN Wonolagi dengan peserta didik di sekolah. Komunikasi tersebut terjalin dengan dekat dan akrab, baik ketika di dalam kelas atau diluar kelas. Ketika peserta didik sudah menginjak kelas 6 maka komunikasi yang terjalin akan semakin intensif. Hal ini dilakukan sebagai cara guru di SDN Wonolagi untuk membantu mengarahkan anak dalam memilih sekolah SMP. Menurut hasil pengamatan di lapangan peneliti menemukan komunikasi yang terjalin antara guru dan peserta didik kelas 6. Dalam komunikasi tersebut guru SDN Wonolagi mencoba mengarahkan peserta didik yang akan melanjutkan ke SMP catatan lapangan: 26 Juni 2014. Terlihat komunikasi terebut terjalin di luar ruang kelas, dengan sedikit 59 bercanda guru SDN Wonolagi mencoba memberikan arahan pada peserta didik memilih sekolah lanjutan yang baik dan sesuai kemampuan. Hal tersebut diperkuat lagi oleh peserta didik EM dan AL dalam petikan wawancara berikut ini: “Ya akrab mas kalau komunikasi dengan bapak ibu guru, tapi ketika pelajaran sama diluar pelajaran berbeda. Apalagi seperti sekarang kelas enam bapak ibu guru lebih sering mengajak kita mengobrol mas.” AL, 23 Juni 2014 “Menurut saya komunikasi antara guru dengan masyarakat sudah seperti keluarga, hubungannya sangat dekat. Begitu juga di sekolah mas, kita dan guru sangat dekat”. EM, 18 Juli 2014. Berdasarkan pengamatan di lapangan, ditemukan dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat guru SDN Wonolagi yang berbicara dengan keras tinggi. Salah satu faktor penyebabnya adalah peserta didik yang tidak memperhatikan pelajaran dan tidak bisa mengerjakan soal ketika disuruh. Ini menjadi salah satu kelamahan dari komunikasi yang sudah dibangun baik oleh guru di SDN Wonolagi catatan lapangan, 16 Juli 2014. 3 Pemahaman dan pengembangan kurikulum terkait dengan bidang yang diampu Guru di SDN Wonolagi sudah menguasai kurikulum yang sedang diterapkan. Guru di SDN Wonolagi menyadari bahwa seringnya pergantian kurikulum ini sedikit membuat kebingungan. Pada dasarnya pemahaman kurikulum menjadi kewajiban bagi seorang pelaksana lapangan, seringnya pergantian kurikulum tidak 60 menjadi masalah untuk guru SDN Wonolagi. Sebagai suatu kewajiban, guru di SDN Wonolagi juga menyusun RPP. Pemahaman terhadap kurikulum inilah yang mempermudah guru di SDN Wonolagi ketika akan menyusun SPP atau silabus. Pembuatan RPP akan mendukung tersampaikannya kurikulum dari pemerintah secara runtut dan menyeluruh sesuai pernyatan guru, ibu IN dan ibu MR berikut: ‘’Kita sebagai guru SD itu berada di lapangan, jadi apa yang dianjurkan pemerintah atau yang menjadi kebijakan pemerintah ya kita ikuti saja mas. Memahami kurikulum itu, lalu dibuat silabus atau RPP agar pembelajaran bisa runtut. Karena memang seperti itu tanggung jawab sebagai pengemban di lapangan’’. MR, 14 Juli 2014 “Menurut saya semua guru secara umum mengalami kebingungan terhadap pergantian kurikulum yang terlalu sering ini. Saya pun juga mengalami kesulitan dalam memahami setiap kurikulum yang dilaksanakan oleh pemerintah. Kalau tentang pemahaman kurikulum jelas saya merasa paham dengan kurikulum ini, pokoknya mengalir saja, dijalani saja. Biasanya membuat silabus mempermudah dalam memahmi kurikulum mas. Namun pastinya ada kekurang dan kelebihan pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas’’. IN, 24 Juni 2014 Kurikulum bukan sebagai beban, namun menjadi tantangan tersendiri bagi guru SDN Wonolagi untuk meningkatkan kualitas diri. Pemahaman terhadap kurikulum juga membuat guru SDN Wonolagi semakin kreatif dan inovatif dalam mengembangkan proses pembelajaran. Jadi guru di SDN Wonolagi mampu memahami kurikulum yang dilaksanakan dengan baik, karena dengan kurikulum itu guru mampu melaksanakan kewajiban 61 sebagai guru dan berhasil mentransfer ilmu kepada peserta didik sesuai porsi yang ditentukan. Hal tersebut berdasarkan pernyataan bapak BG dalam petikan wawancara dengan guru berikut ini: “Kurikulum, kurikulum yang sering berganti-ganti sebenarnya hanyalah pergantian nama saja, jadi bagaimana kita menyikapinya saja. Kurikulum yang berganti itu sebenarnya sebagian besar kita telah melakukanya, tapi hanya konsep namanya saja yang berbeda. Apapun kurikulumnya yang terpenting adalah kita mampu mengolah pembelajaran inovatif yang menarik dan membuat nyaman siswa, jadi mau sesering apapun ganti saya tidak terlalu terpengaruh karena yang utama transfer ilmu dan nilai sudah berhasil. Kalau saya dengan barbagai kurikulum ini menanggapi dengan positif, jangan negatif dulu atau mbingungi’’. BG, 26 Juni 2014 4 Memiliki motivasi untuk mengembangkan diri yang mendidik Guru SDN Wonolagi berusaha mengembangkan kualitas diri untuk menunjang proses pembelajaran. Guru telah mampu menyelenggarakan pengembangan yang mendidik. Pengembangan menurut guru SDN Wonolagi merupakan sebuah keharusan karena di zaman yang serba instan ini arus tukar informasi sangat cepat. Guru harus mengikuti laju perkembangan tersebut agar tidak ketinggalan oleh guru yang lain dan peserta didik. Pengembangan diri yang dilakukan oleh seorang guru digunakan untuk menunjang proses pembelajaran di kelas. Guru SDN Wonolagi mengembangkan diri melalui buku, internet , atau saling berdiskusi dengan guru lain. Jadi guru di SDN Wonolagi sudah melakukan pengembangan diri yang mendidik, ada atau tidaknya tuntutan dari pemerintah sebenarnya pengembanga diri 62 merupakan sebuah keharusan bagi guru. Hal tersebut berdasarkan pernyataan guru dalam petikan wawancara dengan guru, bapak BG dan ibu IN berikut ini: ‘’Sumber ilmu tidak terbatas dari sekolah, buku saja. Sehingga dalam proses peningkatan disiplin ilmu, kita bisa mulai dari menggali potensi kita terlebih dahulu semisal belajar dari internet, kemudian diterapkan di sekolah ini, atau bisa disebut transformasi. Karena sebuah perkembangan zaman maupun teknologi semakin cepat, guru mau tidak mau harus mengikutinya. Ada atau tidaknya tuntutan dari pemerintah, guru harus mengikuti perkembagan itu, jangan selalu monoton dengan gaya mengajar nya, harus bervariasi agar anak menajdi tertarik. Jadi saya sangat setuju dengan pengembangan ilmu pengetahuan karena merupakan syarat sebuah kemajuan daru guru, siswa , maupun sekolah’’. BG, 26 Juni 2014 ‘’Kualitas seorang guru memang sangat perlu untuk ditingkatkan, karena zaman sekarang siswa itu kritis, suka bertanya hal-hal aneh, yang biasanya didapat dari televisi. Jadi seharunya sebagai guru kualitas diri, baik pengetahuan dan lain sebagai nya harus diringkatkan’’.IN, 24 Juni 2014 Diperkuat dari hasil pengamatan dilapangan, peneliti menemukan bahwa guru di SDN Wonolagi masih semangat ketika mendapatkan tugas untuk mengikuti diklat atau pelatihan dari Dinas Pendidikan. Dalam beberapa kesempatan pengambilan data di lapangan, terdapat guru di SDN Wonolagi sedang tidak menjalankan tugas mengajar karena mengikuti diklat tentang Kurikulum 2013 dan diklat yang lain catatan lapangan: 25 Juni 2014. Terdapat satu penghambat dalam proses mengembangkan diri, perpustakaan di SDN Wonolagi kurang mampu mendukung 63 pengembangan kualitas guru baik dalam mengajar atau pengayaan materi. Hal ini disebabkan dari hasil pengamtan di lapangan, kondisi ruang perpustakaan yang hampir tidak memiliki koleksi buku. SDN Wonolagi memiliki tuang perpustakaan, namun tidak dapat berfungsi. Tidak hanya guru SDN Wonolagi saja yang mengalami kesulitan, peserta didik disana juga mengalami kesulitan ketikan akan mencari referensi atau hanya sekedar membaca buku catatan lapangan: 16 Juli 2014. 5 Menguasai teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik Guru SDN Wonolagi hanya mengungkapkan tentang metode pembelajaran yang digunakan, sedangkan teori-teori belajar yang digunakan tidak dijelaskan. Sebagian besar guru SDN Wonolagi masih menggunakan metode-metode pembelajaran pada umumnya yang meliputi, ceramah, pemberian tugas, mencatat, praktek Ilmu Pengetahuan Alam IPA, dan diskusi ringan. Penggunaan metode-metode tersebut disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan jumlah didik peserta yang sedikit. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, ditemukan bahwa guru di SDN Wonolagi memang masih mengajar dengan metode ceramah dan juga sesekali memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berpendapat atau mengerjakan soal di depan kelas. Metode ini hamper selalu digunakan oleh guru di SDN 64 Wonolagi setiap harinya catatan lapangan: 19 Juni 2014. Terkadang guru di SDN Wonolagi juga memanfaatkan alam sekitar sekolah sebagai bagian dari metode mengajar. Pernyataan tersebut juga didukung berdasarkan pernyataan guru, ibu MR dan ibu IN dalam petikan wawancara berikut ini: “Untuk metode pembelajaran itu ya bermacam-macam sesuai dengan kondisi anak mas, ada ceramah, pemberian tugas, ada diskusi. Tetapi ada kendala beberapa metode yang tidak bisa digunakan karena siswanya sedikit mas” MR, 14 Juli 2014 “Metode yang biasa digunakan yang jelas ceramah paling utama, pemberian tugas, percobaan atau praktek menanam biji bijian, ada juga diskusi namun jelas cuma dengan 3 siswa. Kesempatan siswa untuk aktif juga penting, semisal anak bisa menceritakan sebuah cerita merek di depan kelas.”IN, 24 Juni 2014 Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan peserta didik AL sebagai berikut, “Ya seperti biasa mas, masih dengan ceramah dan mencatat. Tapi juga sering disuruh untuk maju ke depan kelas mengerjakan soal atau berpendapat tentang pembahasan materi. Pernah juga diajak keluar kelas untuk melihat tumbuh-tumbuhan.” AL, 23 Juni 2014 6 Mengapresiasi dan mengembangkan potensi peserta didik Guru di SDN Wonolagi telah mampu memahami dan mengapresiasi bakat yang dimiliki peserta didik. Memahami potensi peserta didik sama penting dengan memahami karakternya. Setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda-beda, dalam bidang akademik seperti matematikan, Ilmu Pengetahuan Alam IPA maupun dalam bidang non akademik seperti olahraga, bidang 65 keagamaan. Hal tersebut berdasarkan hasil petikan wawancara dengan guru, ibu IN sebagai berikut: “Segala potensi siswa itu adalah anugerah yang harus dikembangkan, sebisa mungkin ketika proses pembelajaran saya peka terhadap potensi diluar pemahaman karakter siswa sendiri”IN, 24 Juni 2014 “Potensi setiap siswa bisa dilihat ketika proses belajar, potensi nya itu menurut saya ada yang berhitung, lebih ke bahasa, atau yang lain.” IN, 24 Juni 2014 Diperkuat juga dengan pengamatan di lapangan, bahwa peneliti menemukan beberapa peralatan membatik canting, kompor, dll dan peralatan tennis meja yang sudah tidak terpakai di ruang gudang SDN Wonolagi. Adanya peralatan ini menguatkan data yang diungkapkan oleh guru bahwa SDN Wonolagi telah mencoba merangsang potensi atau bakat melalui pelajaran mulok dan olahraga misalnya. Paling tidak SDN Wonolagi sudah mencoba memfasilitasi peserta didik untuk menemukan potensi dan bakat masing-masing catatan lapangan: 14 Juni 2014. Masalah yang dihadapi adalah keterbatasan dalam hal sarana prasana membuat guru di SDN Wonolagi sulit mengembangkan dengan maksimal. Solusi ketika guru belum mampu mengembangkan potensi peserta didik karena keterbatasan sarana dan prasarana. Hal yang guru lakukan adalah mengarahkan peserta didik berpotensi untuk masuk ke sekolah SMP yang mampu mengembangkan bakatnya. Guru di SDN Wonolagi juga meyakini jika potensi yang peserta didik miliki mampu membawa 66 kesuksesan bagi peserta didik sendiri. Hal tersebut berdasarkan hasil petikan wawancara dengan guru, ibu IN dan bapak BG sebagai berikut: “Kalau semisal ada yang berbakat olahraga misalnya, kita hanya bisa mengarahkan saja ke sekolah SMP yang dirasa memiliki saran prasana lebih dari SDN Wonolagi dan mampu mengembangkan bakat anak tersebut.”IN, 24 Juni 2014 “Berkaitan potensi,setiap anak itu berbeda-beda satu dan lainya. Namun karena keterbatasan ini, bisa dibilang potensi anak berkembang secara otodidak. Meskipun begitu ada siswa yang mengikuti OOSN tingkat kecamatan, untuk mata pelajaran IPA dan Matematika sampai tingkat gugus. Meskipun berada di daerah terpencil, kami masih menjaga keinginan untuk berprestasi dalam kompetisi dengan sekolah lain” BG, 26 Juni 2014 Sebagai pembanding berikut petikan wawancara dengan peserta didik EM sebagai berikut, Setiap ada siswa yang menonjol di bidang itu diikutkan lomba, seperti saya dulu pernah diikutkan lomba MTQ mas.EM,18 Juli 2014 Salah satu hasil pengamatan di lapangan ditemukan bahwa di setiap ruang kelas SDN Wonolagi jarang ditemukan karya-karya peserta didik yang biasanya ditempel di tembok kelas. Karya seperti lukisan, puisi, madding atau hasil proses pembelajaran. Peneliti berasumsi hal ini terjadi karena memang bangunan sekolah masih baru atau guru di SDN Wonolagi jarang memberikan kesempatan siswa ber-kreativitas catatan lapangan: 20 Juni 2014. 67 7 Pemanfaatan teknologi dalam penyelenggaran proses pembelajaran Guru di SDN Wonolagi belum mampu memanfaatkan teknologi untuk menunjang proses pembelajaran secara maksimal. Teknologi, informasi, dan komunikasi yang digunakan oleh guru SDN Wonolagi masih sederhana, seperti mengajarkan anak menggunakan handphone dan menggunakan laptop. Kemudahan menggunakan internet juga masih belum digunakan secara baik, buktinya beberapa guru masih meminta bantuan kepada teman atau anak ketika akan menggunakan. Belum digunakannya teknologi, informasi, dan komunikasi dalam proses pembelajaran secara maksimal oleh guru di SDN Wonolagi dikarenakan keterbatasan sarana prasarana sesuai yang diungkapkan guru, ibu ME dan bu IN berikut: “Ketika saya mengajar kelas kecil, internet sudah ada waktu itu. Tapi yang saya lakukan hanya sebatas melatih anak menggunakan handphone saja mas, mengirim sms dan membalas sms misalnya. MR, 14 Juli 2014 “Kalau tentang TIK saya angkat tangan mas. Tapi meski begitu saya berusaha menggunakannya secara tidak langsung, maksudnya saya bisa meminta tolong pada anak, pada teman, ketika diharuskan menggunkan internet atau teknologi lain. Maklum mas sudah sepuh. ”IN, 24 Juni 2014 Pernyataan diatas diperkuat oleh pendapat dari siswa sebagai berikut, “Pernah mas pakai laptop bapak guru ketika pelajaran TIK, itupun cuma satu laptop dan harus bergantian. AL, 23 Juni 68 2014 8 Pemanfaatan hasil evaluasi belajar sebagai bentuk reflek terhadap peningkatan kualitas pembelajaran Guru di SDN Wonolagi dapat dikategorikan sudah cukup mampu memanfaatkan hasil evaluasi belajar secara maksimal. Hasil evaluasi belajar menjadi sebuah bentuk pertanggung jawaban guru kepada orang tua peserta didik. Selain itu hasil evaluasi hasil belajar digunakan guru untuk melihat tingkat keberhasilan siswa menerima materi pelajaran. Sehingga dari hasil evaluasi belajar tersebut guru dapat melakukan reflek peningkatan kualitas pembelajaran dengan melakukan pengulangan atau pengayaan materi misalnya. Hal tersebut berdasarkan hasil petikan wawancara dengan bapak BG selaku guru sebagai berikut: “Yang terutama, evaluasi guru saya pakai untuk melihat keberhasilan siswa dalam belajar. Jika ada yang belum mencapai kompetensi maka akan saya ulangi dalam mengajar, jika siswa yang sudah biasanya ada pengayaan materi.” BG, 26 Juni 2014 Untuk menambahkan pemanfaatan hasil evaluasi belajar, ditambahkan pendapat guru, ibu MR sebagai berikut, Begini mas, kalau setelah ulangan harian hasil belajar anak itu digunakan guru untuk raport mas, juga sebagai arsip sekolah. Yang terpenting orang tua harus mengetahui hasil belajar siswa itu. MR, 24 Juni 2014 69

b. Kinerja guru ditinjau dari aspek kompetensi profesional

1 Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan sejalan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar Berdasarkan hasil wawancara, sebagaian besar guru di SDN Wonolagi telah mampu menguasai materi dan kompetensi yang mampu mendukung pembelajaran sesuai dengan kelas yang diampu. Guru di SDN Wonolagi mampu menguasai dan melaksanakan kompetensi dasar dan standar kompetensi, dibuktikan hasil dari proses pembelajaran yang sudah mampu memenuhi harapan dari orang tua peserta didik. Sesuai dengan pendapat guru, bapak PM dan bapak BG dalam wawancara berikut ini: “Ya saya kira selama ini kompetensi yang saya miliki sudah mampu mewujudkan harapan-harapan itu, apalagi dengan kurikulum baru ini sikap dan juga keterampilan anak juga harus dikembangkan.” PM, 14 Juli 2014 “Ya jelas mempengaruhi mas, akan tetapi pemenuhan seluruh kompetensi itu perlu proses, tidak langsung bisa sama seperti yang diharapkan pemerintah. Tapi yang jelas saya berusaha melaksanakan kebijakan pemerintah itu mas.” BG, 16 Juli 2014 Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman dari kompetensi adalah lingkungan masyarakat dan sarana prasarana. Sebisa mungkin kompetensi yang akan diberikan kepada peserta didik sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat di Wonolagi. Sarana dan prasarana yang belum memadai juga menyebabkan guru di SDN Wonolagi belum mampu memaksimalkan 70 pembelajaran yang sesuai baik standar kompetensi dan kompetensi dasar. Menurut pernyataan seorang guru, jika dalam melaksanakan pembelajaran didasari dengan ikhlas, maka pelakasanaan pembelajaran tetap akan berjalan maksimal meskipun terdapat beberapa kekurangan. Sesuai dengan pernyataan guru, ibu MR dan ibu PT dalam petikan wawancara dengan berikut ini: “Lingkungan sangat mempengaruhi dalam mewujudkan harapan saya sebagai guru, jelas akibatnya pada kompetensi yang tidak mampu tercapai semua mas. Tetapi kita berusaha mencapai kompetensi itu mas, meskipun tidak mampu sama seperti guru-guru di sekolah yang fasilitasnya memadai” MR, 14 Juli 2014 “Yang terpenting itu menjalankan tugas dengan ikhlas mas, karena tanggung jawab kita ke Tuhan dalam bekerja ini, yang penting ikhlas dulu, kompetensi melengkapi di belakangnya.” PT 16 Juli 2014 Menurut orang tua peserta didik, anak-anak telah mendapatkan pembelajaran yang berkualitas dari guru di SDN Wonolagi. Proses pembelajaran yang diberikan oleh guru di SDN Wonolagi tidak kalah dengan guru-guru di sekolah lain. Hal ini didukung oleh informasi dari tokoh masyarakat bahwa beberapa alumni dari SDN Wonolagi yang melanjutkan ke jenjang SMP dan SMP mampu bersaing dan mendapatkan prestasi yang baik sebagai juara umum di sekolahnya. Berdassarkan petikan waancara dengan tokoh masyarakat dan orang tua wali peserta didik bapak TWK sebagi berikut: “Untuk kualitas pengajaran dari guru sudah standar seperti sekolah lainya mas yang jelas tidak tertinggal dari sekolah 71 lain, tapi untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya itu tergantung orang tua dan biaya.” TWK, 15 Juli 2014 “Tapi secara keseluruhan guru disini sudah berkualitas. Alumni SDN Wonolagi yang sekolah di SMP Patuk saya dengar juga menjadi juara umum belum lama ini mas. Ada juga yang di SMK Muhamadiyah Patuk yang menjadi juara umum dan sekarang mencoba mendaftar di UGM mas.”TWK, 15 Juli 2014 Guru di SDN Wonolagi bahwa menguasai tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar, termasuk materi, konsep, pola pikir dan keilmuan belum secara maksimal terpenuhi. Masih terdapat banyak kekurangan dari proses pemebelajaran yang telah dilakukan. Saat ini guru di SDN Wonolagi sedang dalam proses pemenuhan standar-standar dari pemerintah tersebut. 2 Mengembangkan materi pelajaran secara kreatif Dalam keadaan serba terbatas bukanlah sebuah penghambat bagi guru di SDN Wonolagi unutk mencoba mengolah pembelajaran secara kreatif. Keterbatasan mampu membuat guru di SDN Wonolagi berpikir mencari alternatif untuk mengatasi keterbatasan demi berlangsungnya pembelajaran yang bermanfaat seperti dalam kutipan wawancara dengan ibu MR berikut ini, ‘’Ya bagaimana lagi mas, kondisi yang serba terbatas ini menuntut kita berusaha mencari metode atau media pembelajaran alternatif, sesuai dengan kondisi disini. Ya mungkin media alternatif ini bisa dikatakan kreatif juga mas MR, 14 Juli 2014. Guru di SDN Wonolagi sudah mampu mengembangkan materi pelajaran secara kreatif. Dengan mencoba memaknai sebuah 72 keterbatasan media pembelajaran menjadi pemicu semangat untuk mencari media pembelajaran alternatif. Media pembelajaran alternatif memanfaatkan segala sesuatu yang tersedia di sekitar sekolah, alam, tumbuhan, dan lainya. Bisa juga memanfaatkan teknologi yang tersedia di sekolah seperti, radio, viewer, dan lainya. Pernyataan tersebut sesuai dengan petikan wawancara dengan bapak BG berikut: ‘’Dalam proses pembelajaran saya juga sering memanfaatkan alam sekitar sebagai media pembelajaran. Saya juga sering memakai multimedia, audio, atau video semisal menerangkan wudhu dan doa-doa wudhu, karena saya guru agama Islam. Dengan menggunakan media ini anak-anak akan lebih tertarik. Menjadi sebuah keharusan seorang pengajar untuk kreatif dan inovatif. Kita sebisa mungkin tidak terbatas terhadap literatur atau media pembelajaran yang terbatas di sekolah. Dengan kreatif, apa saja yang ada di sekitar kita bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang menarik’’. BG, 26 Juni 2014 Memperkuat pernyataan diatas, berdasarkan hasil pengamatan di lapangan bahwa peserta didik yang sudah kelas 6 dan tidak mendapatkan pembelajaran di kelas diperbolehkan untuk ke sekolah agar mendapatkan kegiatan positif. Salah satu kegiatan yang dilakukan peserta didik adalah melakukan kerja bakti dan merawat taman sekolah. 3 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri Salah satu guru di SDN Wonolagi berpendapat bahwa penguasaan teknologi bukan karena tuntutan pemerintah, karena