81
tinggi, sehingga secara alami guru juga menjunjung nilai-nilai tersebut.
3 Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dan
memperhatikan aturan yang berlaku di masyarakat
Menurut pendapat seorang tokoh masyarakat guru di SDN Wonolagi sudah mampu bergaul secara santun dan memperhatikan
aturan yang berlaku seperti dalam petikan dengan masyarakat
wawancara dengan bapak TWK berikut:
“Ya selama ini menjalankan norma yang ada disini mas, berperilaku sesuai dengan aturan. Tidak ada guru disini
yang macem-macem.” TWK, 15 Juli 2014
Untuk memperkuat hal diatas, guru di SDN Wonolagi juga aktif dalam organisasi masyarakat seperti dalam pernyataan dari
guru berikut: ‘’Kalau di masyarakat saya aktif sebagai pengurus PKK
dusun mas.MR, 14 Juli 2014 ‘’Kalau di masyarakat saya termasuk aktif, sempat
menjabat sebagai sekertaris Rukun tetangga dan pernah menjabat sebagai anggota BPD’’ BG, 26 Juni 2014
‘’Ya kalau keaktifan dalam masyarakat dulu memang saya aktif di desa, di pkk, dan di Gereja’’.IN, 24 Juni 2014
Berdasarkan hasil wawancara diatas, guru di SDN Wonolagi sudah mampu bergaul secara santun dan menaati aturan yang ada di
masyarakat Desa Wonolagi maupun masyarakat di tempat tinggal nya. Sebagian besar guru di SDN Wonolagi dipercaya untuk
mendapatkan jabatan di organisasi masyarakat, meliputi PKK,
82
Rukun Tetangga, Gereja, dan BPD.
4 Mampu beradaptasi di tempat bertugas yang memiliki
keragaman sosial budaya
Hampir semua guru di SDN Wonolagi mengalami masa adaptasi yang sangat sulit ketika awal mengajar. Guru di SDN
Wonolagi memerlukan perjuangan yang esktra untuk hanya pergi ke sekolah dengan menyeberangi sungai setiap hari. Dimulai
dengan melakukan perjalanan yang berat, apalagi sarana prasarana di sekolah yang masih terbatas. Guru di SDN Wonolagi mampu
bertahan bertugas sampai sekarang, seperti dalam kutipan wawancara dengan guru, bapak BG berikut,
‘’Saya mengabdi di wonolagi sejak 2003, itu dituntut oleh keinginan menjadikan diri saya bermanfaat bagi orang lain
dan masyarakat. Dalam mendapatkan profesi ini saya perlu berjuang selama 5 tahun menjadi guru honorer. Ada masa
dimana saya tidak mendapatkan gaji sama sekali, pulang pergi klaten wonolagi. Harus menyeberang sungai terlebih
dahulu untuk mencapai sekolahan. Adaptasi saya perlu perjuangan yang lebih berat sampai mendapatkan posisi
saat ini. Namun semua jalankan dengan ikhlas dan semangat. BG, 26 Juni 2014
Hal senada juga diungkapkan oleh guru, ibu MR dan ibu IN
dalam petikan wawancara berikut:
‘’Dulu itu belum ada listrik, sarana transportasi jalan itu belum ada mas. Ya ketika adaptasi awal itu memang berat
mas, tapi karena masih muda ya tetap merasa senang meskipun banyak hambatan.’’ MR, 14 Juli 2014
‘’Jelas adaptasi awal penempatan perlu kesabaran dan cukup lama mas, terutama transportasi yang sulit. Setiap
hari kita harus bergelantungan atau kalu tidan berbasah- basahan menyeberangi sungai karena jembatannya rusak.
83
Kalau mau lewat jalan lain masih berbatu dan sepi. Tapi syukur sekarang jembatan sudah dibangun, mempermudah
kita untuk mengajar.’’ IN, 24 Juni 2014
d. Faktor pendukung dan penghambat kinerja guru di SDN
Wonolagi
Sekolah Dasar Wonolagi memiliki penghambat dan penunjang yang mempengaruhi kinerja guru. Berdasarkan hasil
wawancara dan pengamatan di SDN Wonolagi penghambat yang masih mempengaruhi kinerja guru adalah faktor sarana dan prasarana.
Kurangnya sarana teknologi informasi dan teknologi yang meliputi proyektor, perangkat komputer, atau sarana internet salah satu yang
menghambat proses pembelajaran yang maksimal. Sarana dan prasarana yang kurang memadai menyebabkan guru mendapatkan
kesulitan untuk memperkaya materi dan bahan ajar. Tidak adanya koleksi buku yang memadai di perpustakaan juga mempengaruhi
kinerja guru dalam memperkaya materi untuk peserta didik maupun guru di SDN Wonolagi sendiri.
Tidak tersedianya tenaga Tata Usaha TU di SDN Wonolagi membuat guru memiliki tugas ganda, tugas sebagai guru dan tugas
sebagai pegawai TU. Faktor ini dirasa oleh guru SDN Wonolagi sebagai penghambat kinerja sebagai guru. Adanya wacana dari
pemerintah kabupaten untuk menutup atau regrouping sekolah juga menjadi penghambat kinerja guru di SDN Wonolagi. Wacana
regrouping ini tidak hanya mempengaruhi guru SDN Wonolagi,
84
namun juga masyarakat Desa Wonolagi karena sekolah ini menjadi satu-satunya aset yang dimiliki oleh desa.
Hasil penelitian tersebut didasarkan pada petikan wawancara dengan guru, bapak BG sebagai berikut:
“Secara umum masalah saya secara internal sudah mampu teratasi, namun saya mengamati kasihan guru yang sudah
sepuh sedikit sulit untuk mengikuti perkembangan bahan ajar. Namun menurut pengamatan saya guru-guru masih semangat
berusaha mengikuti perkembangan ini, entah meminta teman, minta bantuan anak cucu”. BG, 26 Juni 2014
“Secara eksternal sekolah membuthkan tambahan proyektor dan sarana prasarana lain. Tapi kita juga tidak terlalu
terpancang multimedia itu. Karena kita juga sudah terbiasa dengan media-media alternatif lain.” BG, 26 Juni 2014
“Secara administrasi kita juga mengalami kesulitan karena disini tidak terdapat pegawai TU. Jadi kita harus berusaha
bekerja secara combo, menjadi guru ya menjadi pegawai TU. Tapi ya kita bekerja sebisa mungkin, agar semua bisa
teratasi”. BG, 26 Juni 2014 Diperkuat oleh tokoh masyarakat bapak TWK dalam petikan
wawancara sebagai berikut: “Saya kira kendala sekarang ada wacana untuk regrouping ini
mas, apalagi sekolah ini aset berharga-harga satu-satunya di Wonolagi”. TWK, 15 Juli 2014
Kinerja guru di SDN Wonolagi juga mampu berkembang karena beberapa faktor pendukung. Faktor yang sangat berpengaruh
terhadap kinerja guru di SDN Wonolagi yaitu adanya jembatan semi permanen yang menjadi akses transportasi guru ke sekolah. Sarana
transportasi jembatan ini mampu memudahkan akses guru sekolah, sehingga mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan proses
85
pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran di SDN Wonolagi setiap harinya mendapatkan bantuan dari sebuah universitas dan
donatur luar negeri. Dukungan dari pihak swasta ini mampu membantu SDN Wonolagi dalam pemenuhan berbagai sarana
prasarana yang mendukung kinerja guru. SDN Wonolagi memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat SDN Wonolagi karena menjadi
satu-satunya aset yang dimiliki desa dan menjadi salah satu sumber informasi bagi masyarakat Desa Wonolagi. Masyarakat Desa
Wonolagi juga memiliki harapan yang besar terhadap SDN Wonolagi karena sekolah ini menjadi tempat anak-anak Desa Wonolagi untuk
belajar. Harapanya jenjang sekolah yang ditempuh anak-anak Desa Wonolagi mampu menjadi bekal kuat untuk melanjutkan ke jenjang
berikutnya. Tanggung jawab secara moral inilah yang menjadi salah satu faktor penunjang kinerja guru di SDN Wonolagi, sebagai bentuk
pengabdian terhadap masyarakat dalam wawancara dengan guru, bapak BG dan ibu MR sebagi berikut,
“Kalau eksternal jelas sekolah ini membutuhkan sarana- prasarana yang lebih baik lagi. Ya kita sampai sekarang
mendapatkan bantuan dari UGM, ada donatur dari luar negeri. Selain itu mas, menurut saya dengan adanya sekolah
ini juga mempengaruhi kemajuan masyarakat, jika memang ditutup desa yang sudah mau maju ini jadi mundur lagi.” BG,
26 Juni 2014 “Menurut saya kendala disana sudah dapat dipenuhi dengan
adanya jembatan penghubung. Masyarakat juga sudah semakin maju seiring perkembangan teknologi dan
trasnportasi.” MR, 14 Juli 2014 “Kalau dahulu masyarakat disana masih primitif, jadi
86
harapannya anaknya sekolah di SDN Wonolagi agar bisa mendapatkan pemerintah. Namun sampai sekarang harapan
masyarakat disana sudah berkembang, agar melalui SD anak nanti mampu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi mas.”
MR, 14 Juli 2014 Terdapat faktor pendukung kinerja guru di SDN Wonolagi
yang berasal dari sisi internal guru itu sendiri yaitu memiliki etos kerja yang baik. Etos kerja yang baik dapat dilihat dari niat dalam
mengajar yang sangat kuat meskipun guru di SDN Wonolagi berasal dari luar Kabupaten Gunungkidul. Setiap hari guru di SDN
Wonolagi selalu hadir untuk mengajar meskipun harus menempuh jarak yang sangat jauh untuk bisa sampai ke sekolah. Etos kerja
yang baik ini dilandaskan pada prinsip bahwa dalam melaksanakan tugas pengajaran setiap harinya dimaknai oleh guru di SDN
Wonolagi sebagai ibadah. Sehingga dalam proses pembelajaran, guru di SDN Wonolagi dilandasi rasa ikhlas sebagai sebuah bentuk
pengabdian kepada masyarakat
B. Pembahasan
Kinerja adalah hasil kerja yang berhasil dicapai karena sebuah usaha oleh seorang individu atau kelompok dalam sebuah organisasi untuk
mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Pencapaian tujuan didasarkan pada hukum yang berlaku dan sesuai norma dan etika. Kinerja harus mampu dilihat
dari segi mutu dari segi jumlah dengan perencanaan awal sebagai pembanding. Jika hasil kerja yang telah dicapai sesuai dengan kriteria,
prosedur, atau kopetensi maka dapat dikatan mencapai kinerja maksimal.