Penilaian Kinerja Guru Kajian Teori

26 kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengakomodasi seluruh potensi yang dimiliknya. b. Kompetensi Kepribadian Salah satu tugas guru profesional saat ini adalah untuk membentuk karakter atau kepribadian peserta didik. Maka dari itu kepribadian yang dimiliki seorang guru harus terlebih dulu mantap dan kuat, sehingga mampu memberikan teladan pada peserta didiknya. Menurut Mulyasa 2011: 117 kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian seorang guru yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, mampu menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Sementara itu menurut Permendiknas No. 16 Tahun 2007 menjelaskan bahwa Kompetensi Kepribadian meliputi: 1 Bertindak sesuai dengan norma Agama yang dianut, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia mencakup; a menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku , adat istiadat, daerah asal dan gender; b bersikap sesuai dengan norma agam yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat , dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam. 2 Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mencakup; a 27 berperilaku jujur, tegas dan manusiawi; b berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia; dan c berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat sekitarnya. 3 Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, mencakup; a menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil; dan b menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa. 4 Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, mencakup; a menunjukkan etos kerja, dan tanggung jawab yang tinggi; b bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri; dan c bekerja mandiri secara profesional. 5 Menjunjung tinggi kode etik profesi guru, mencakup; a memahami kode etik profesi guru; b menerapkan kode etik profesi guru; dan c berperilaku sesuai kode etik guru. Kompetensi kepribadian berperan menjadikan guru sebagai pembimbing, teladan, dan contoh yang pantas bagi peserta didik. Kompetensi kepribadian harus dimiliki oleh guru karena dengan kompetensi ini guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar saja bagi peserta didik. Guru juga menjadi tempat bagi peserta didik dan masyarakat untuk mencari teladan. 28 Kompetensi kepribadian tidak hanya berguna bagi guru itu sendiri, namun juga besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Begitu juga bagi masyarakat, sosok seorang guru masih menjadi panutan yang luar biasa. Rasa percaya masyarakat terhdap sosok guru begitu besar sehingga kompetensi kepribadian ini sangat penting. Dengan penguasaan mutlak terhadap kompetensi kepribadian guru berperan penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia SDM, yang dapat diterima di masyarakat dan mampu mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa Indonesia pada umumnya. Guru tidak hanya berjuang dalam membuat seorang anak itu mampu menguasai bidang akademik saja, namun melalui kompetensi kepribadian ini moral, karakter, dan sifat seorang peserta didik harus dibentuk dengan makasimal. Percuma cerdas, pintar, dan memliki potensi jika masih tidak memiliki sopan santun ketika berkomunikasi dengan orang lain. c. Kompetensi Sosial Dalam Standar Nasional Pendidikan, dikemukakan bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan seorang guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya Penjelasan pasal 28 ayat 3 butir d. Menurut Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar 29 Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, kompetensi sosial terdiri dari: 1 bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak bertindak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi; 2 berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat; 3 beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya dan; 4 berkomunikasi dengan profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan bentuk lain. Sebagai makhluk sosial, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama dalam kaitanya dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada proses pembelajaran di sekolah juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat Mulyasa, 2011: 173. Menurut Permen No. 74 Tahun 2008 guru harus memiliki kompetensi sosial mencakup: 1 berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, dan isyarat; 2 menggunakan teknologi informasi dan teknologi; 3 bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua wali peserta didik dan masyarakat; 4 bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dan memperhatikan aturan yang berlaku dalam masyarakat; dan 5 menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan. Kompetensi sosial berkaitan erat dengan dengan kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat sekitar dan masyarakat tempat 30 tinggal seorang guru. Sehingga peranan dan cara guru dalam berkomunikasi diharapkan memiliki karakteristik yang lain dengan orang berprofesi lain. Berdasarkan uraian diatas maka kompetensi sosial sangat perlu dikuasai dan dikembangkan oleh seorang guru. Karena kecerdasan sosial akan sangat membantu guru dalam melaksankan proses pembelajaran. d. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional merupakan kompetensi yang hanya bisa diperoleh dengan pendidikan profesi. Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 3 butir c dijelaskan bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan. Kompetensi ini berhubungan dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan dan kinerja guru yang ditampilkan. Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi guru Permendiknas No.16 Tahun 2007, kompetensi profesional guru meliputi; 1 menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, 2 menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar, 3 mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif, 4 mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, dan 5 31 memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. Soedarto dalam Uno 2007: 64 menjelaskan untuk memenuhi kompetensi profesional seorang guru harus memiliki; 1 disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber pembelajaran, 2 bahan ajar yang diajarkan, 3 pengetahuan tentang karakteristik siswa, 4 pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan, 5 pengetahuan serta metode dan model mengajar, 6 penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran, dan 7 pengetahuan terhadap penilaian dan mampu merencanakan serta memimpin guna kelancaran proses pendidikan. Kompetensi profesional guru dapat berpengaruh pada proses pengelolaan pendidikan sehingga mampu menciptakan produk pendidikan yang berkualitas. Hal ini dapat disimpulkan karen kompetensi profesional berkaitan dengan kemampuan dasar guru dalam pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, bidang studi yang dibinanya, sikap yang tepat tentang lingkungan proses pembelajaran dan menguasai keterampilan teknik mengajar. Guru diharuskan selalu untuk meningkatkan kemampuan ilmunya melalui berbagai cara, dengan keteramplan dan keahlian yang terus berkembang seorang guru mampu membawa proses pembelajaran yang lancar, efektif, dan efisien. Kompetensi seorang guru yang telah dipaparkan diatas dapat didukung oleh model instrumen yang nanti akan dipakai. Terdapat dua 32 model instrumen yang paling sesuai dan dapat digunakan sebagai instrumen utama, yaitu skala penilaian dan lembar observasi atau penilaian. Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain melalui pernyataan perilaku dalam suatu kategori yang memiliki makna atau nilai. Observasi merupakan cara mengumpulkan data yang biasa digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi alami sebenarnya maupun buatan. Tingkah laku guru dalam mengajar, merupakan hal yang paling cocok dinilai dengan observasi. Melakukan penilaian terhadap kinerja guru bisa disebut menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pokok mengajar dengan menggunakan standar-standar tertentu. Manfaat penilaian kinerja bagi seorang guru adalah sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan, dan potensinya. Sedangkan bagi sekolah akan membantu sekolah menentukan kebijakan ke depanya.

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hanif 2012 tentang pengaruh kompetensi profesional guru, motivasi kerja, dan disiplin kerja terhadap kinerja guru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari ketiga faktor diatas terhadap kinerja guru otomotif se- Kabupaten Sleman. Penelitian ini memberikan hasil bahwa kinerja guru tidak dapat dipengaruhi oleh faktor kompetensi profesional saja, namun ketiga 33 kompetensi yang lain juga berpengaruh sangat kuat. Selain itu motivasi kerja dan disiplin kerja juga tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja guru. Jadi aspek kinerja guru sangat dipengaruhi oleh aspek yang begitu kompleks. Penelitian yang dilakukan oleh Suradi 2012 dengan judul “Pengaruh Kompetensi, Supervisi Pendidikan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri Se-Kecamatan Kalimanah, Perbalingga”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa diantara kompetensi, supervisi, dan motivasi yang berpengaruh terhadap kinerja guru. Penelitian ini menghasilkan bahwa baik kompetensi pendidikan, supervisi pendidikan, maupun motivasi kerja semuanya berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Dari ketiga faktor tersebut yang paling berpengaruh kuat terhadap kinerja guru adalah supervisi pendidikan. Riesty Wulandari 2013 yang berjudul “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kinerja Pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Se-Gugus Kecamatan Seyegan. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan mengetahui upaya guru dalam meningkatkan kinerja pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Se-Gugus Kecamatan Seyegan. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan dalam lima hal upaya guru dalam meningkatkan kinerja yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, npembimbing, tugas tambahan, dan evaluasi hasil belajar. Berdasarkan beberapa penelitian yang relevan yang telah dibahas sebelumnya dapat diketahui bahwa semua penelitian diatas kesemuanya membahas masalah upaya dalam meningkatkan kinerja guru, atau bisa 34 dikatakan faktor yang dapat berpengaruh atau mempengaruhi kinerja seorang guru. Namun belum ada penelitian yang mencoba mendapatkan data tentang kinerja guru secara mendasar, realita atau keadaan seorang guru dalam proses pembelajaran di daerah tertinggal, terkhusus Sekolah Dasar Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Maka dari itu penelitian ini ingin mengetahui kinerja guru di Sekolah Dasar Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul yang notabene masih serba kekurangan dalam berbagai hal.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan judul dari penelitian ini “Analisa Kinerja Guru Daerah Tertinggal di Sekolah Dasar Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul”, maka cakupan utama dari penelitian ini terdiri dari konsep utama, yaitu: kinerja guru di Sekolah Dasar Wonolagi sebagai salah satu daerah yang tertinggal. Paradigma dari penelitian ini berusaha untuk menemukan realita atau kondisi guru yang berada di daerah tertinggal melaksanakan tugas pembelajaran sekaligus melihat kinerja guru yang mengajar di daerah tertinggal dengan segala sesuatu yang serba terbatas. Melihat kondisi Indonesia saat ini maka sebagian besar orang akan berpendapat bahwa Indonesia sudah mengalami perkembangan. Terjadi banyak pembangunan disana-sini, Indonesia semakin maju. Namun kenyataanya perkembangan Indonesia masih jauh tertinggal dari perkembangan dunia global yang bergerak semakin cepat dan menuntut. Agar dapat mengikuti perkembangan zaman secara bijaksana diperlukan sumber 35 daya manusia yang berkualitas. Akan tetapi mengingat kondisi pendidikan Indonesia yang sedang terpuruk ini, berat rasanya jika berharap menghasilkan manusia yang berkualitas dari lembaga yang biasa disebut sekolah. Sekolah akan kesulitan untuk mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas selama guru yang mengajar tidak berkualitas. Dalam UU Republik Indonesia No, 14 Tahun 2005 yang menuntut seorang guru yang professional. Guru adalah garda depan dalam dunia pendidikan, yang tidak hanya memberikan ilmu namun juga nilai. Kualitas guru dapat dilihat dari prestasi kerja atau kinerja mereka. Sudah lazim jika guru yang tercukupi sarana prasarana, kesejahteraan dan segala hak nya untuk memiliki kinerja yang baik pula. Namun akan berbeda untuk guru yang berkorban mengajar di daerah tertinggal dengan segala kekurangannya. Kinerja adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh seseorang berdasarkan hasil akhir dari aktivitas kerja yang diperlihatkan seseorang terhadap apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi itu. Kinerja sangat erat dengan kualitas hasil kerja yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur kerja yang sesuai dan terarah tanpa melanggar moral dan etika. Mewujudkan pendidikan yang berkualitas, diperlukan aspek-aspek yang mendukung terwujudnya pendidikan juga harus berkualitas. Guru menjadi salah satu aspek utama dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Guru yang berkualitas adalah guru yang memiliki kinerja yang baik. Namun guru sendiri mengalami masalah dalam pemerataan