Kinerja guru ditinjau dari aspek kompetensi social

101 teknologi dapat menjadikan SDN Wonolagi menjadi sumber informasi baru dan bermanfaat bagi masyarakat desa Wonolagi. Dukungan teknologi terhadap kemampuan komunikasi guru di SDN Wonolagi dapat menciptakan guru yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Sehingga guru yang memiliki jiwa sosial yang tinggi akan mampu beradaptasi dengan mudah di daerah yang memiliki keragaman sosial budaya. Untuk aspek adaptasi, guru di SDN Wonolagi sudah memiliki cukup pengalaman untuk beradaptasi dengan Desa Wonolagi yang akses transportasi nya minim. Beberapa tahun yang lalu, untuk bisa sampai ke sekolah guru harus menyeberang sungai, karena tidak tersedianya jembatan untuk menyeberang. Perjuangan selama beradaptasi saat awal pengabdian di SDN Wonolagi dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi guru di SDN Wonolagi dalam beradaptasi di lingkungan lain yang beragam sosial budayanya. Tentunya juga didukung kemampuan berkomunikasi dan bergaul sesuai dengan aturan yang berlaku di suatu masyarakat.

4. Faktor pendukung dan penghambat kinerja guru di SDN Wonolagi

Ditemukan beberapa faktor pendukung yang mampu meningkatkan kinerja guru. Jembatan semi permanen yang menjadi sarana transportasi guru SDN Wonolagi sangat menunjang kinerja guru disana. Jembatan ini dapat meningkatkan disiplin guru, karena sebelum ada jembatan penghubung guru masih sering telat ketika berangkat ke sekolah. Adanya bantuan dari pihak swasta salah satunya mampu mendukung kegiatan 102 pembelajaran di SDN Wonolagi. Bantuan dari pihak swasta ini mampu diolah oleh guru di SDN Wonolagi untuk memperbaiki gedung sekolah secara fisik dengan tujuan meningkatkan kenyamanan peserta didik ketika mengajar sekaligus meningkatkan kinerja guru. Sebagian guru di SDN Wonolagi merasa bahwa keberadaan SDN Wonolagi memberikan banyak dampak positif terhadap masyarakat Desa Wonolagi. Masyarakat sudah memiliki harapan jika melalui sekolah, anak-anak akan mendapatkan pendidikan yang akan mengantarkan anak-anak ke dalam kesuksesan. Besar harapan dari masyarakat Desa Wonolagi terhadap SDN Wonolagi termasuk guru di dalamnya. Ikatan kuat yang terjalin antara masyarakat dengan sekolah inilah yang menjadi faktor penunjang secara moral bagi guru di SDN Wonolagi. Sehingga untuk memenuhi harapan-harapan dari masyarakat Desa Wonolagi, maka guru selalu berusaha bertugas dengan maksimal untuk dapat meningkatkan kinerja dan mencapai harapan masyarakat. Kinerja guru di SDN Wonolagi juga didukung oleh etos kerja yang dimiliki guru. Etos kerja yang baik dapat dilihat dari faktor kemauan guru untuk mengajar yang tinggi di sekolah yang berada di daerah tertinggal. Etos kerja yang baik guru di SDN Wonolagi dapat terbangun karena guru memiliki prinsip bahwa dalam mengajar terlebih dahulu didasari dengan niat ibadah dan ikhlas sebagai wujud peengabdian kepada masyarakat di Desa Wonolagi. Dapat disimpulkan jika aspek struktural seperti kompetensi guru tidak selalu menjamin kinerja guru yang maksimal. 103 Namun di SDN Wonolagi hal diluar kompetensi guru atau bisa dikatakan aspek sosiokultural yang kuat menjadi pendukung utama maksimalnya kinerja guru . Faktor klasik penghambat kinerja guru maupun sebuah sekolah adalah sarana prasarana yang tidak memadai. SDN Wonolagi juga menghadapi masalah kurang memadainya sarana dan prasarana. Baik sarana yang mendukung siswa untuk belajar seperti ketersediaan buku di perpustakaan yang memadai, perangkat komputer yang hampir tidak tersedia untuk proses pembelajaran, termasuk juga sarana koneksi internet. Kurangnya sarana prasarana ini memang tidak terlalu mengganggu proses pembelajaran, namun jika tersedia maka peserta didik akan memiliki kemampuan yang lebih untuk mampu bersaing ke jenjang sekolah berikutnya. Jika tersedia sarana internet tersedia di SDN Wonolagi maka tidak hanya siswa yang memperoleh informasi dan pengetahuan, namun masyarakat Desa Wonolagi secara luas juga akan mendapatkan dampak positif dari sarana internet. Komputer dan internet juga dapat diajarkan kepada masyarakat Desa Wonolagi jika memang tersedia, peserta didik beserta masyarakat dapat berkembang yang berdampak baik bagi majunya Desa Wonolagi. Guru di SDN Wonolagi juga terhambat oleh tidak adanya sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran seperti, alat-alat praktek temasuk juga proyektor. Namun sudah diakui oleh guru SDN Wonolagi bahwa sudah terbiasa tidak menggunakan oleh sarana teknologi 104 dengan merancang metode pembelajaran alternatif kreatif. Tugas ganda seorang guru di SDN Wonolagi sebagai guru sekaligus sebagai pegawai tata usaha TU memang menghambat kinerja guru. Tetapi dilain sisi selama ini tugas ganda ini juga mampu dilaksanakan oleh guru di SDN Wonolagi dengan baik. Jadi dapat disimpulkan guru di SDN Wonolagi memiliki kompetensi pendukung lain yaitu mengurus administrasi sekolah.

C. Keterbatasan Penelitian

Proses penelitian ini masih memiliki keterbatasan dan kekurangan, antara lain: 1. Penelitian tentang kinerja guru tidak dapat digeneralisasikan, karena hanya dibatasi hanya di lakukan di SDN Wonolagi saja. 2. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2014 s.d. Juli 2014 untuk melakukan penggalian informasi, mengamati dan memahami aktivitas yang terjadi di sekolah. Data dalam penelitian ini terjadi diantara bulan April hingga Juni 2014, sehingga sebelum dan sesudah waktu tersebut memungkinkan terjadi perubahan yang tidak terekam oleh peneliti. 3. Penelitian ini menggunakan dasar penilaian kinerja dengan 4 kompetensi dasar guru berdasarkan Permen No. 16 Tahun 2007 namun tidak menyertakan aspek kompetensi kepribadian. 4. Penelitian ini tidak mendapatkan data dari kepala sekolah SDN Wonolagi karena sedang dalam masa penyembuhan karena sakit. Sehingga sumber data hanya diambil dari guru, peserta didik dan masyarakat.