ANALISIS KINERJA GURU DI WILAYAH DESA TERTINGGAL: SDN WONOLAGI, KECAMATAN PLAYEN, KABUPATEN GUNUNGKIDUL.

(1)

ANALISIS KINERJA GURU DI WILAYAH DESA TERTINGGAL: SDN WONOLAGI, KECAMATAN PLAYEN, KABUPATEN GUNUNGKIDUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Chrisna Wiskhak Nugroho NIM 10110244026

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

People who have the highest freedom are people who can change their dream freely, they may be losers, but they are free.

(Gurit Ginrahita)

A day without drawing is a day lost (Bett Norris)

Who are depends on our own self, because we can choose good or bad one (Peter Parker)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan anugerah-Nya, karya ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku, Christianto Bowo Nugroho dan Ibu Cindra Margiati Nugroho yang selalu memberikan dukungan, doa, moral, spiritual maupun material sehingga penulis berhasil menyusun karya tulis ini.


(7)

vii

ANALISIS KINERJA GURU DI WILAYAH DESA TERTINGGAL: SDN WONOLAGI, KECAMATAN PLAYEN, KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Oleh

Chrisna Wiskhak Nugroho NIM 10110244026

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kinerja guru di SDN Wonolagi, dan faktor-faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi kinerja guru di SDN Wonolagi, Playen, Gunungkidul.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Subjek penelitian ini adalah guru yang mengajar di SDN Wonolagi. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti dengan menggunakan lembar observasi dan pedoman wawancara. Analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan trianggulasi teknik dan sumber berdasarkan data wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Dari segi kompetensi pedagogik, profesional, dan sosial guru di SDN Wonolagi sudah mampu mencapai beberapa aspek dengan baik, dilihat dari kemampuan mereka melaksanakan proses pembelajaran sesuai kompetensi dan dapat diterima masyarakat. Komunikasi harmonis yang terjalin antara guru dengan masyarakat Desa Wonolagi berpengaruh baik pada kinerja guru. Namun juga ada beberapa aspek yang masih kurang maksimal dalam melaksanakannya seperti dalam mengolah metode, materi, dan wawasan pembelajaran yang variatif, pengembangan potensi siswa, atau wawasan guru yang masih kurang. (2) Faktor pendukung kinerja guru di SDN Wonolagi adalah dukungan dan harapan masyarakat Desa Wonolagi terhadap pendidikan anak mereka dan etos kerja baik yang dimiliki guru 3) penghambat dari kinerja guru di SDN Wonolagi adalah faktor kelengkapan sarana dan prasarana baik media mengajar dan teknologi, informasi dan komunikasi.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan karunia-Nya yang sangat melimpah, sehingga penulis masih diberikan kesempatan, kekuatan, kesabaran, dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Guru Di Daerah Desa Tertinggal: SDN Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul” ini dengan baik dan lancar. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat terwujud tanpa dukungan dan bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, atas segala kebijakan dan kebijaksanaannya memberikan kemudahan dalam kegiatan belajar di kampus. 2. Dekan Fakultas Pendidikan, yang telah memberikan kemudahan dalam

penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiolog Pendidikan, Program Studi Kebijakan Pendidikan, yang telah member kelancaran dalam pembuatan skripsi ini. 4. Bapak L. Hendrowibowo, M.Pd. selaku dosen pembimbing I dan Ibu

Rukiyati, M.Hum selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga,dan pikiran untuk membimbing dan member pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Prof. Dr. Farida Hanum selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan akademik dari awal sampai akhir proses studi.


(9)

ix

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang mau berbagi dan mengajarkan ilmu pengetahuannya.

7. Bapak Kepala SDN Wonolagi, Guru,dan Siswa yang telah memberikan kemudahan selama proses penelitian.

8. Bapak Christianto Bowo Nugroho dan Ibu Cindra Margiati Nugroho yang telah memberikan cinta kasih sayang dan pengalaman hidup.

9. Kakek Samidi HS. dan Nenek Maryatin yang telah mencukupi berbagai kebutuhan selama menjalani studi di perkuliahan dan teladan ketaatan.

10. Seluruh kawan-kawan di Kukomikan, Persekutuan Gandasari, Keluarga Quartoz, Ekamas 46, Huru-Hara, Toempang Tindih, Wonosarinan dan semua kawan yang selama ini telah memberikan inspirasi, ilmu, dan pengalaman. 11. Keluarga Besar Program Studi Kebijakan Pendidikan secara umum, Program

Studi Kebijakan Pendidikan B angkatan 2010 secara spesial, angkatan 2009 dan 2011 secara khusus, yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam kekeluargaan yang membahagiakan selama ini.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 5 September 2014 Penulis


(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah. ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9

1. Pengertian Kinerja ... 9

2. Kinerja Guru ... 10

3. Faktor-faktor Kinerja Guru ... 13

4. Indikator Kinerja Guru ... 19

5. Penilaian Kinerja Guru ... 23 hal.


(11)

xi

B. Penelitian yang Relevan ... 32

C. Kerangka Pikir ... 34

D. Pertanyaan Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 39

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 40

C. Subjek Penelitian ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Metode Analisis Data ... 46

G. Metode Keabsahan Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

1. Gambaran Umum Sekolah ... 49

2. Sarana dan Prasarana SDN Wonolagi ... 51

3. Kurikulum SDN Wonolagi ... 52

4. Keadaan Akademik ... 54

5. Program Sekolah ... 54

6. Kinerja Guru Profesional SDN Wonolagi ... 55

a. Kinerja guru ditinjau dari aspek kompetensi pedagogik ... 55

b. Kinerja guru ditinjau dari aspek kompetensi profesional ... 69

c. Kinerja guru ditinjau dari aspek kompetensi sosial ... 78

d. Faktor pendukung dan penghambat kinerja guru ... 83

B. Pembahasan ... 86

1. Kinerja guru ditinjau dari aspek kompetensi pedagogik ... 88


(12)

xii

3. Kinerja guru ditinjau dari aspek kompetensi sosial ... 98

4. Faktor pendukung dan penghambat kinerja guru ... 101

C. Keterbatasan Penelitian ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Siswa SDN Wonolagi ... 50 Tabel 2. Struktur Kurikulum SDN Wonolagi ... 53 Tabel 3. Data Nilai Ujian Nasional SDN Wonolagi ... 54 hal.


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 1 Kerangka Berpikir ... 37 hal.


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran. 1 Pedoman Observasi ... 112

Lampiran. 2 Pedoman Dokumentasi ... 113

Lampiran. 3 Pedoman Wawancara ... 114

Lampiran. 4 Hasil Wawancara Belum Direduksi ... 118

Lampiran. 5 Hasil Wawancara Sudah Direduksi ... 125

Lampiran. 6 Analisa Data ... 130

Lampiran. 7 Catatan Lapangan ... 140

Lampiran. 8 Dokumentasi Foto... 145

Lampiran. 9 Surat-surat Perizinan ... 147 hal.


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mencapai tujuan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mewujudkan hal tesebut maka pendidikan harus benar-benar dirancang dengan sungguh-sungguh dan total. Menurut Isjoni (2007: vii) pendidikan menjadi sebuah investasi masa depan di dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Realitas dalam dunia pendidikan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan bersama dengan masyarakat yang berbudaya dalam pengembangan bangsa. Pendidikan merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri, sehingga proses pendidikan harus berjalan seiring dengan tuntutan yang ada di masyarakat. Karena pada akhirnya produk dari pendidikan adalah masyarakat itu sendiri.

Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah. Sekolah menjadi tempat untuk memanusiakan manusia, di dalamnya terjadi transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan yang tujuannya menghasilkan manusia yang cerdas, berkualitas, terampil, berbudi luhur, serta menjunjung tinggi ajaran agama. Meskipun pendidikan yang termasuk sekolah merupakan salah satu sektor yang penting bagi bangsa ini. Namun selama ini pendidikan di Indonesia belum


(17)

2

menunjukkan hasil yang memuaskan. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan Indonesia.

Salah satu faktor penting dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan adalah guru. Bangsa dan masyarakat Indonesia sangat membutuhkan sosok guru untuk mengembalikan pendidikan Indonesia yang bermutu dan berkualitas. Sejak dahulu guru dipandang sebagai sosok yang memiliki rekam jejak baik dalam melahirkan para generasi penerus bangsa. Berawal dari tangan dingin seorang guru lahir para pemimpin bangsa Indonesia dari dahulu sampai sekarang. Seorang guru bukan hanya sebuah profesi yang bertugas memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya. Namun guru merupakan orang tua dari peserta didik ketika di sekolah, yang wajib memberikan teladan bagi mereka. Peserta didik beranggapan jika seorang guru merupakan sosok yang sempurna dan paling pantas untuk digugu dan ditiru selain orang tua kandung mereka sendiri.

Menurut Gorton dalam Jasmani (2013:154) dikemukakan bahwa perangkat sekolah yang meliputi kepala sekolah, dewan guru, siswa, dan karyawan harus saling mendukung untuk dapat bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dalam mewujudkan tujuan sekolah diperlukan pemimpin yang profesional dan perwujudan iklim kerjasama agar dapat mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Disamping harus memiliki pemimpin yang profesional, setiap lembaga pendidikan termasuk sekolah juga harus memiliki tenaga


(18)

3

kependidikan yang kompeten dan profesional. Hal ini dikarenakan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada kualitas tenaga pendidik, dalam hal ini adalah sosok guru. Sosok guru memegang peran sentral dalam proses belajar mengajar, dimana guru harus berinteraksi dengan peserta didik

Namun guru tidak terlepas dari berbagai masalah yang berkaitan dengan berbagai hal. Anies Baswedan mengatakan ada tiga masalah utama yang dihadapi oleh guru di Indonesia yaitu distribusi penempatan guru yang tidak merata, kualitas guru yang juga tidak merata, dan kesejahteraan guru yang tidak memadai. (http://beritasatu.com/pendidikan/155912-guru-kunci-utama-masalah-pendidikan-di-indonesia.html)

Berbicara tentang kinerja, Jasmani (2013:160) menyatakan bahwa kinerja adalah kuantitas dan kualitas pekerjaan yang diselesaikan oleh individu. Kualitas guru berkaitan erat dengan kinerja guru. Jadi guru yang memiliki kualitas yang baik juga harus memiliki kinerja yang baik pula. Kinerja guru adalah hasil kerja guru yang dicapai sesorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhannya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru, Hasibuan (2005) dalam Jasmani (2013:160) mengemukakan bahwa kinerja guru erat dipengaruhi oleh sikap mental, pendidikan, keterampilan, manajemen kepemimpinan, iklim kerja, sarana prasarana, tingkat gaji dan lain sebagainya. Jadi faktor yang mempengaruhi guru bisa berasal dari internal


(19)

4

seperti motivasi, keterampilan dan lain sebagainya. Ada juga faktor eksternal salah satunya adalah iklim kerja, tingkat gaji, dan sarana prasarana. Kinerja guru akan meningkat apabila komponen-komponen di atas bisa terpenuhi. Akan tetapi kinerja akan menurun apabila komponen-komponen tersebut tidak dapat terpenuhi.

Kinerja guru yang berkualitas diduga tidak mampu dicapai jika guru mengajar di daerah tertinggal dengan sarana prasarana yang tidak memadai. Adapun kriteria (variabel) dalam menentukan desa tertinggal menurut BPS meliputi: ketersediaan jalan utama, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas komunikasi, tingkat perekonomian, dan lain sebagainya. Terdapat sekitar 27 variabel yang dipakai menentukan dasa tertinggal. Namun seiring berjalannnya waktu faktor tersebut bersifat fleksibel tergantung posisi geografis daerah yang memiliki karakter masing-masing. (http://28oktober.net/inpres-desa-tertinggal-kilas-balik-masalah-kemiskinan/)

Dari beberapa faktor desa tertinggal diatas dapat disimpulkan bahwa desa tertinggal merupakan desa yang secara geografis berada di daerah terpencil, angka kemiskinan yang tinggi, jauh dari hiruk pikuk perkotaan, sarana prasarana yang tidak memadai dan terutama adalah fasilitas pendidikan yang kurang. Fasilitas pendidikan yang kurang ini menarik jika dihubungkan dengan kinerja guru. Karena kinerja guru salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan sarana prasarana. Padahal jika suatu sekolah berada di wilayah desa tertinggal pasti fasilitas pendidikan juga tidak memadai. Sehingga kinerja guru patut untuk dipertanyakan, apakah kinerja


(20)

5

guru baik atau malah sangat memprihatinkan. Kembali lagi jika kualitas pendidikan atau produk sumber daya manusia salah satunya dipengaruhi kinerja guru.

Menurut data rekapitulasi desa tertinggal Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 dari Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, dan Keluarga Berencana terdapat 54 desa di Gunungkidul yang masuk kriteria desa tertinggal. Padahal jumlah seluruh desa dari 18 kecamatan di Gunungkidul adalah 144. Jadi hampir setengah desa-desa di Gunungkidul masuk ke dalam kategori desa tertinggal.

Berdasarkan observasi awal diperoleh informasi bahwa salah satu desa tertinggal yang berada di Kecamatan Playen adalah Desa, disana terdapat satu sekolah yang secara geografis terisolir, yaitu Sekolah Dasar Negeri Wonolagi. SDN Wonolagi berada di bantaran Sungai Oya dengan akses jalan yang masih sulit untuk dilalui. Ketika musim penghujan akses jalan menuju sekolah tersebut hampir tidak bisa dilalui. Ada wacana jika sekolah tersebut akan ditutup, namun mengingat bahwa sekolah tersebut adalah satu-satunya sekolah di Wonolagi. Jika ditutup, maka otomatis anak-anak daerah Wonolagi tidak dapat bersekolah, karena akses menuju sekolah di desa lain terlalu sulit untuk dilalui.

Menurut rekapitulasi Data Sekolah Dasar Tahun Pelajaran 2012/2013 Se-Kabupaten Gunungkidul. SDN Wonolagi hanya memiliki guru sebanyak 7 orang dan 1 penjaga. Sedangkan jumlah keseluruhan siswa adalah 15 orang


(21)

6

(Kelas I: 3 orang; Kelas II: 2 orang, Kelas III: 2 orang, Kelas IV: 0 orang, Kelas V: 4 Orang, dan Kelas VI: 4 orang) dan 5 ruang kelas.

Hal diatas menunjukkan fakta bahwa di sekolah tersebut terdapat permasalahan dalam berbagai aspek. Salah satu aspek adalah ketersediaan sarana prasarana yang kurang memadai dan akses jalan menuju sekolah. Untuk menunjang kualitas dari pendidikan di sekolah tersebut, perlu adanya kinerja guru yang baik. Namun ketika sarana prasarana tidak mendukung, agaknya guru-guru di sekolah diragukan mampu mencapai nilai profesional dalam menjalankan tugasnya. Dengan kondisi yang seperti itu guru memiliki pilihan untuk tetap berjuang memberikan pembelajaran yang berkualitas sehingga masih menjaga kinerja nya. Atau guru memberikan pembelajaran seadanya saja, tanpa mempedulikan kinerja yang terpenting sudah menjalankan tugasnya. Jika kinerja guru yang buruk dimungkinkan berakibat pada melemahnya kualitas peserta didik Indonesia

Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kinerja guru di daerah yang tertinggal. Melihat betapa pentingnya sosok guru dalam pendidikan termasuk guru-guru di wilayah desa tertinggal seperti di SDN Wonolagi sehingga penulis tertarik untuk meneliti dan menyusun skripsi ini dengan judul : “Analisa Kinerja Guru di Wilayah Desa Tertinggal: SDN Wonolagi, Playen, Gunungkidul”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka muncul berbagai permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:


(22)

7

1. Terdapat beberapa desa di Gunungkidul masuk ke dalam kategori wilayah desa tertinggal.

2. Terbatasnya jumlah pendidk, peserta didik dan sarana prasarana di sekolah masuk dalam kriteria daerah tertinggal.

3. Sekolah di daerah tertinggal memiliki masalah dalam akses transportasi menuju sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi pembahasan pada kajian analisa kinerja guru di desa tertinggal: SDN Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Pembatasan dilakukan agar peneliti lebih fokus untuk membahas permasalahan tentang kinerja guru dan pendukung sekaligus penghambat kinerja guru di SDN Wonolagi. Penulis membatasi analisa kinerja guru dikarenakan guru memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran di sekolah.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja guru di SDN Wonolagi, Playen, Gunungkidul?

2. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat kinerja guru di SDN Wonolagi, Playen, Gunungkidul?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:


(23)

8

1. Mengetahui kinerja guru di SDN Wonolagi, Playen, Gunungkidul.

2. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat kinerja guru di SDN Wonolagi, Playen, Gunungkidul.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian sebelumnya maka manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Keilmuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kompetensi guru yang mengajar di wilayah desa tertinggal. Khususnya mengenai kondisi kinerja guru di SDN Wonolagi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Prodi Kebijakan Pendidikan, penelitian ini sebagai bahan masukan untuk mengetahui kinerja guru di SDN Wonolagi yang termasuk dalam wilayah desa tertinggal.

b. Manfaat bagi penulis, penelitian ini akan menjadi bentuk pengabdian, penerapan dari ilmu yang telah didapat, serta memberi pengalaman baru tentang bidang kinerja guru.

c. Manfaat bagi akademisi, penelitian ini akan menjadi sebuah referensi baru tentang kinerja guru di daerah tertinggal.

d. Manfaat bagi pembaca, penelitian ini akan memberikan tambahan informasi yang berbeda tentang kondisi guru di daerah tertinggal.


(24)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Kinerja

Kerja merupakan sebuah aktivitas berwujud gerakan-gerakan yang dilakukan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bekerja adalah aktivitas manusia baik yang dilakukan secara fisik maupun mental yang dasarnya adalah bawaan dan mempunyai tujuan terencana yaitu mendapatkan kepuasan. Namun tidak semua aktivitas bisa disebut bekerja, hal ini dipengaruhi oleh dasar motivasi manusia melakukan aktivitas tersebut.

Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam kurun waktu tertentu. Konsep dari kinerja bersifat universal yaitu efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditentukan. Kinerja lebih merujuk kepada hasil yang diperoleh dari setiap individu dalam organisasi dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan kriteria dan tujuan organisasi. Kinerja merupakan sebuah bagian yang vital dalam melaksanakan bekerja. (Wirawan, 2008: 5)

“Kinerja” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai prestasi yang diperhatikan, kemampuan kerja (Depdikbud, 1991). Konseptual kinerja sering diterjemahkan sebagai prestasi kerja,


(25)

10

penampilan kerja, ketepatan kerja dan produktivitas kerja. Dessler (1997: 513) menyatakan bahwa kinerja ialah perbandingan antara hasil kerja aktual dengan standar kerja yang ditetapkan. Bahwa pokok dari pengertian ini bahwa kinerja fokus pada hasil kerja.

Kinerja merupakan usaha yang dilakukan sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi. Pencapaian harus didasarkan pada wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan dengan legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. (Prawirosentomo dalam Usman, 2011: 488)

Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan sarat waktu. (Hassibuan, 2007: 94) Kinerja harus mampu dilihat dari segi mutu juga dari segi jumlah yang akan diraih dapat sesuai dengan yang direncanakan, sehingga kinerja diharapkan memiliki atau menghasilkan mutu yang baik dan tetap melihat jumlah yang akan dicapai. Tentunya dalam pencapaian mutu dan jumlah ketercapaian tadi juga harus memperhatikan aspek moral dan etika.

2. Kinerja Guru

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab 1 Pasal 1 menjelaskan bahwa seorang guru profesional memiliki tanggung jawab untuk mendidik, membimbing,


(26)

11

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik mulai dari jenjang pendidikan dini hingga pendidikan menengah, dengan melakukan segala tanggung jawab tersebut berbekal keahlian, kemahiran dan kecakapan, juga pendidikan profesi yang sudah memenuhi standar tertentu. (Depdiknas 2006)

Kinerja guru ialah sebuah proses pendekatan dalam mengelola dan mengembangkan manusia dengan suatu cara untuk dapat mencapai sebuah sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, baik dalam jangka waktu yang panjang maupun pendek. (Dharma, 2009: 25) Keterangan lain menjelaskan dalam UU Republik Indonesia No. 20 2003 tentang Sisidiknas pasal 39 ayat 2, menyatakan bahwa seorang guru atau pendidik memiliki tugas utama sebagai seorang profesional. Tugas seorang pendidik meliputi merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. (Depdiknas 2003)

Pasal 7 Undang-Undang No. 14 tahun 2005, profesi guru dan profesi dosen menjadi sebuah bidang pekerjaan khusus yang dijalankan berdasar prinsip sebagai berikut:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia


(27)

12

c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas

d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas e. Memiliki tanggung atas pelaksanaan tugas keprofesionalan

f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai prestasi kerja g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dan melaksanakan tugas keprofesionalan dan,

i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru

Tugas keprofesionalan berdasarkan UU Republik Indonesia No. 14 tahun 2005, guru berkewajiban:

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan

kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

c. Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.


(28)

13

d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik guru serta nilai-nilai agama dan etika

e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa

Seorang guru melaksanakan tugas dan bekerja sesuai dengan standar, kompetensi, dan tempat seperti yang terdapat dalam Undang-undang diatas maka disebut kinerja. Tugas seorang guru tidak dapat dilihat secara sederhana, hanya melakukan proses belajar mengajar setiap harinya. Namun sebuah proses belajar mengajar tersebut memiliki rangkaian proses yang detail. Pelaksanakan pembelajaran oleh guru harus dimulai dengan proses perencanaan atau persiapan yang baik agar tujuan dapat tercapai. Dilanjutkan dengan pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Hingga pada tahap akhir rangkaian proses yaitu evaluasi dan perbaikan.

3. Faktor-Faktor Kinerja Guru

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja sesorang. Untuk mengetahui faktor dari kinerja seorang perlu adanya pemahaman terhadap teori kinerja. Selain faktor fisik dan non fisik yang erat mempengaruhi kinerja, masih ada faktor lingkungan fisik yang mampu mempengaruhi faktor fisik dan non fisik.

Menurut Mangkunegara (2004: 67) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru, antara lain faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation)


(29)

14 a. Faktor kemampuan

Kemampuan guru secara psikologis terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge dan skill). Sehingga seorang guru yang memiliki latar belakang tinggi dan sesuai dengan bidangnya serta terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka kinerjanya akan mudah tercapai sesuai target. Maka seorang pegawai harus mendapatkan bagian pekerjaan yang benar-benar sesuai dengan keahliannya. Sebagai contoh guru yang ditempatkan sesuai dengan bidangnya akan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien.

b. Faktor motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap seorang guru dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan seseorang yang terarah untuk mencapai tujuan pendidikan. Mangkunegara (2004: 27), terdapat berbagai faktor yang mendukung kinerja, dapat digolongkan menjadi dua faktor pendukung yaitu faktor internal dan faktor eksternal:

1) Faktor Internal (dari dalam diri individu) a) Kecerdasan

Kecerdasan memegang peranan penting dalam pelaksanaan sebuah tugas. Kecerdasan mempengaruhi seseorang dalam mengerjakan tugas baik yang mudah maupun susah.


(30)

15 b) Keterampilan dan kecakapan

Keterampilan dan kecakapan sesorang sangat dipengaruhi oleh pengalaman, pendidikan dan latihan.

c) Bakat

Bakat merupakan suatu hal yang bersifat alamiah, sebagai penentu kesesuaian keahlian seseorang dalam bekerja .

d) Kemampuan dan minat

Kemampuan seseorang kuat mempengaruhi seseorang dalam mendapatkan ketenangan kerja. Apalagi jika kemampuan ditunjang dengan minat akan menunjang pekerjaan yang menjadi tugasnya.

e) Motif

Motif yang dimiliki dapat mendorong meningkatnya kerja sesorang.

f) Kesehatan

Kesehatan mempengaruhi proses bekerja seseorang, jika kesehatan terganggu maka berakibat pada pekerjaan.

g) Kepribadian

Kepribadian yang kuat akan mempermudah seseorang dalam menyesuaikan dengan lingkungan kerja dan mudah dalam berinteraksi dengan rekan kerja yang mampu meningkatkan kinerja.


(31)

16 2) Faktor eksternal (dari luar individu)

a) Keluarga

Kondisi keluarga dapat mempengaruhi kinerja seseorang, terutama dalam gairah kerja seseorang.

b) Lingkungan

Lingkungan kerja dalam artian situasi kerja yang baik akan mampu mendorong seseorang bekerja secara optimal. Situasi kerja meliputi rasa aman, gaji yang cukup, situasi mengembangkan karier, dan rekan kerja.

c) Sarana dan Prasarana

Sarana prasarana yang memadai akan membantu individu dalam meningkatkan kinerjanya.

Faktor eksternal khususnya untuk seorang guru antara lain: komunikasi dengan kepala sekolah, kegiatan guru di kelas, kegiatan guru di sekolah, merencanakan program supervisi, dan merencanakan kebijakan-kebijakan kepegawaian. Yamin (2010: 43) berpendapat bahwa terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi kinerja yaitu: 1) Faktor personal atau individual, mencakup unsur kemampuan,

pengetahuan, keterampilan, motivasi, kepercayaan diri dan komitmen yang dimiliki oleh tiap individu guru.

2) Faktor kepemimpinan, mamiliki aspek kualitas manajer dan team leader dalam memberikan golongan, arahan, semangat, motivasi, dan dukungan kerja kepada guru.


(32)

17

3) Faktor tim meliputi dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kerpercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.

4) Faktor sistem, meliputi sistem kerja fasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan sekolah, proses organisasi (sekolah) dan kultur kerja dalam organisasi (sekolah)

5) Faktor kontekstual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal (sertifikasi guru) dan internal (motivasi kerja guru)

Menurut Prawirosentomo (1999:29-32) faktor yang mempengaruhi kinerja meliputi:

1) Efektivitas dan efisiensi, efektivitas ialah suatu keluaran atau hasil yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan yang ditentukan. Sedangkan efisiensi berkaitan dengan jumlah yang terpakai untuk mencapai sebuah tujuan.

2) Otoritas atau tanggung jawab adalah sebuah unjuk kerja oleh seorang pelaksana dalam organisasi sesuai dengan perintah atau hasil komunikasi dari organisasi formal dalam mencapai sebuah tujuan.

3) Displin, meliputi disiplin waktu dan disiplin kerja.

4) Inisiatif dan kreativitas. Inisiatif ialah sebuah hasrat untuk melakukan unjuk kerja dalam menyelesaikan pekerjaan kantor.


(33)

18

Sedangkan kreatif adalah kemampuan mengolah daya pikir untuk mewujudkan tujuan organisasi.

Berdasarkan penjelasan tentang faktor yang memperngaruhi kinerja seorang individu diatas, hal utama yang di garis bawahi bahwa dalam meningkatkan kinerja individu (tenaga kependidikan) perlu adanya niat dan usaha tenaga kependidikan itu sendiri. Disiplin terhadap waktu, rasa tanggung jawab tinggi, komitmen terhadap pekerjaan, kreativitas, kepercayaan diri (mental) menjadi beberapa faktor yang berasal dari intern tenaga kependidikan. Faktor yang berasal dari internal seorang tenaga kependidikan harus terpenuhi terlebih dahulu. Namun jika faktor eksternal tidak mampu mendukung maka kinerja seorang tenaga kependidikan tidak akan produktif. Faktor eksternal yang mampu mendukung faktor internal tenaga kependidikan seperti gaya kepemimpinan, kesempatan untuk mengembangkan diri (berprestasi), sistem kerja yang digunakan, jaminan sosial, atau kesejahteraan tingkat penghasilan.

Lepas dari faktor internal maupun eksternal kinerja seorang individu, sosok tenaga kependidikan (guru) penting juga menjaga komunikasi dengan rekan kerja. Komunikasi intensif antar guru dapat meningkatkan kerja sama diantara mereka. Jelas karena seorang guru tidak dapat bekerja sendiri, perlu diantara mereka untuk menciptakan suasana kerja dan lingkungan kerja yang harmonis.


(34)

19 4. Indikator Kinerja Guru

Indikator kinerja merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk menilai hasil dari suatu aktivitas kerja yang telah dilaksanakan. Indikator kinerja bisa juga disebut sebagai kriteria kerja atau kriteria keberhasilan dari aktivitas kerja. Indikator kinerja guru merupakan perubahan yang dialami oleh tenaga kependidikan yaitu guru. Baik mengalami perubahan yang positif dengan asumsi telah mencapai memenuhi standar dan tujuan yang telah ditetapkan, atau perubahan yang negatif dengan asumsi gagal mencapai tujuan.

Berdasarkan Depdiknas (2008) penilaian terhadap guru adalah suatu yang penting. Berdasarkan pengembangan tentang Teacher Performance Assessmen Instrument dari Georgia Departement of Education yang telah dikembangakan oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kinerja Guru (APKG). Alat Penilaian Kinerja Guru terdiri dari; Rencana Pembelajaran (teaching plans and materials), Prosedur Pembelajaran (classroom procedure), Hubungan Antar Pribadi (interpersonal skill).

a. Perencanaan Pembelajaran

Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Unsur-unsur atau komponen yang ada dalam silabus terdiri dari: 1)


(35)

20

identitas silabus, 2) standar kompetensi, 3) kompetensi dasar (KD), 4) materi pembelajaran, 5) kegiatan pembelajaran, 6) indikator, 7) alokasi waktu, 8) sumber pembelajaran

Program pembelajaran jangka panjang waktu singkat (RPP), yang merupakan penjabaran lebih rinci dan spesifik dari silabus ditandai oleh adanya komponen-komponen, yaitu; 1) identitas RPP, 2) standar kompetensi (SK), 3) kompetensi dasar (KD), 4) indikator, 5) tujuan pembelajaran, 6) materi pembelajaran, 7) metode pembelajaran, 8) langkah-langkah kegiatan, 9) sumber pembelajaran, 10) penilaian. b. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran di kelas merupakan bagian terpenting dari penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media, sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran. Semua tugas tersebut merupakan tugas serta tanggung jawab guru yang secara optimal dalam pelaksanaannya menuntut kemampuan guru. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran meliputi.

1) Pengelolaan kelas

Pengelolaan kelas bagi seorang guru merupakan kemampuan mewujudkan proses pembelajaran di kelas yang kondusif dan menyenangkan, seperti pelaksanaan piket kebersihan kelas, ketepatan waktu masuk dan keluar kelas, melakukan absensi setiap


(36)

21

akan memulai proses pembelajaran dan melakukan pengaturan tempat duduk siswa.

2) Penggunaan media dan sumber belajar

Penggunaan media dan sumber belajar adalah kemampuan guru yang lebih ditekankan pada penggunaan objek nyata yang ada di sekitar sekolahnya, seperti memanfaatkan media yang sudah ada. Termasuk juga menggunakan media cetak, media visual, atau media audio.

3) Penggunaan metode pembelajaran

Kemampuan guru dalam memilih dan menyesuaikan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Karena siswa memiliki daya tarik yang sangat heterogen, idealnya seorang guru harus menggunakan metode pembelajaran di dalam kelas seperti metode ceramah dipadukan dengan tanya jawab, metode diskusi dipadukan dengan penugasan dan sebagainya.

c. Evaluasi atau penilaian pembelajaran

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini, seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusun alat-alat evaluasi, pengelolaan dan penggunaan hasil evaluasi.


(37)

22

Mitchell dalam Depdiknas (2008) mengatakan ukuran kinerja dapat dilihat dari empat aspek sebagai berikut:

1) Quality of work – kualitas hasil kerja

2) Promptness – ketepatan waktu menyelesaikan kerja 3) Initiative – prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan 4) Capability – kemampuan mneyelesaikan pekerjaan

5) Comunication – kemampuan membina kerjasama dengan pihak lain

Berdasarkan pengertian yang telah dijabarkan diatas maka dapat digunakan untuk membuat dasar sebagai indikator kinerja. Sasaran dari indikator kinerja ini adalah kinerja seorang tenaga kependidikan. Tenaga kependidikan terkhusus seorang guru merupakan seorang yang dominan dalam pendidikan, karena guru memegang peran sentral dalam proses pembelajaran di sekolah. Karena proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan.

Guru merupakan sebuah profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Tidak sembarang orang dapat melakukan kegiatan atau bekerja sebagai guru kecuali memiliki keahlian atau lulusan sebagai guru. Guru memiliki kompetensi khusus sebagai guru yang harus dikuasai. Jadi salah satu kriteria alat ukur kinerja seorang guru dapat menggunakan kompetensi yang mampu menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seorang guru, baik kualitatif maupun kuantitatif.


(38)

23 5. Penilaian Kinerja Guru

Belows dalam Ruky (2001: 12) penilaian kinerja merupakan sebuah sistem penilaian yang dijalankan secara periodik yang dijalankan oleh sebuah organisasi untuk menilai pegawainya untuk menentukan prestasi kerja. Nawawi (2001:144) penilaian kinerja sebagai proses untuk menentukan seorang berhasil atau gagal seorang dalam melaksanakan tugas dengan berdasar dari umpan balik (feed back) dari hasil proses sebelumnya yaitu mengukur dan menilai pelaksanaan pekerjaan.

Penilaian kinerja guru adalah sebuah proses mengetahui, memahami, dan komparasi tingkat kinerja guru dengan standar dan tujuan yang telah diciptakan. Hasibuan (2000: 87) berpendapat bahwa penilaian kinerja guru adalah penilaian atau pengukuran prestasi yang berhasil dicapai oleh guru. Prestasi yang dimaksud adalah keberhasilan seorang guru memenuhi standar atau kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil dari penilaian prestasi ini dapat digunakan untuk menghasilkan kebijakan selanjutnya terkait guru.

Penilaian kinerja guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karier kepangkatan dan jabatanya. Proses penilaian kinerja guru dilakukan setiap tahun guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah atau pengawas yang khusus menilai kepala sekolah. Penilaian kinerja guru dilakukan 2 kali dalam setahun, secara formatif dan sumatif menggunakan instrumen sebagai berikut: a. 14 kompetensi bagi guru kelas dan guru mata pelajaran


(39)

24

b. 17 kompetensi bagi guru BK atau konselor

c. Pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah atau madrasah; kepala sekolah, wakil kepala sekolah.

Instrumen penilaian kinerja tugas guru (pembelajaran, pembimbingan, dan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah atau madrasah yang terdiri dari:

a. Lembar cara menilai, pernyataan kompetensi, dan indikator b. Format laporan dan evaluasi per kompetensi

c. Format rekap hasil penilaian kinerja guru

d. Format penghitungan angka kredit penilaian kinerja guru

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja guru merupakan proses yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami tingkat kerja guru satu dan lainya dengan standar dan komepetensi pada sistem periodik. Maka indikator penilaian kinerja guru dapat dilihat dari empat kompetensi Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, dijelaskan bahwa standar kompetensi yang harus dimiliki guru antara lain kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Penjabaran dari kompetensi tersebut sebagai berikut:


(40)

25 a. Kompetensi Pedagogik

Menurut permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi guru, kompetensi pedagogik terdiri dari:

1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajran yang mendidik

3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu

4) Menyelenggarakan pengembangan yang mendidik

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan

6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki

7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik

8) Memanfaatkan hasil penelitian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran

9) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Menurut Mulyasa (2011:75) berdasarkan Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi pedagogik adalah


(41)

26

kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengakomodasi seluruh potensi yang dimiliknya.

b. Kompetensi Kepribadian

Salah satu tugas guru profesional saat ini adalah untuk membentuk karakter atau kepribadian peserta didik. Maka dari itu kepribadian yang dimiliki seorang guru harus terlebih dulu mantap dan kuat, sehingga mampu memberikan teladan pada peserta didiknya. Menurut Mulyasa (2011: 117) kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian seorang guru yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, mampu menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Sementara itu menurut Permendiknas No. 16 Tahun 2007 menjelaskan bahwa Kompetensi Kepribadian meliputi:

1) Bertindak sesuai dengan norma Agama yang dianut, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia mencakup; a) menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku , adat istiadat, daerah asal dan gender; b) bersikap sesuai dengan norma agam yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat , dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam. 2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan


(42)

27

berperilaku jujur, tegas dan manusiawi; b) berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia; dan c) berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat sekitarnya.

3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, mencakup; a) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil; dan b) menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.

4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, mencakup; a) menunjukkan etos kerja, dan tanggung jawab yang tinggi; b) bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri; dan c) bekerja mandiri secara profesional.

5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru, mencakup; a) memahami kode etik profesi guru; b) menerapkan kode etik profesi guru; dan c) berperilaku sesuai kode etik guru.

Kompetensi kepribadian berperan menjadikan guru sebagai pembimbing, teladan, dan contoh yang pantas bagi peserta didik. Kompetensi kepribadian harus dimiliki oleh guru karena dengan kompetensi ini guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar saja bagi peserta didik. Guru juga menjadi tempat bagi peserta didik dan masyarakat untuk mencari teladan.


(43)

28

Kompetensi kepribadian tidak hanya berguna bagi guru itu sendiri, namun juga besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Begitu juga bagi masyarakat, sosok seorang guru masih menjadi panutan yang luar biasa. Rasa percaya masyarakat terhdap sosok guru begitu besar sehingga kompetensi kepribadian ini sangat penting. Dengan penguasaan mutlak terhadap kompetensi kepribadian guru berperan penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM), yang dapat diterima di masyarakat dan mampu mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa Indonesia pada umumnya. Guru tidak hanya berjuang dalam membuat seorang anak itu mampu menguasai bidang akademik saja, namun melalui kompetensi kepribadian ini moral, karakter, dan sifat seorang peserta didik harus dibentuk dengan makasimal. Percuma cerdas, pintar, dan memliki potensi jika masih tidak memiliki sopan santun ketika berkomunikasi dengan orang lain.

c. Kompetensi Sosial

Dalam Standar Nasional Pendidikan, dikemukakan bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan seorang guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya (Penjelasan pasal 28 ayat 3 butir d). Menurut Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar


(44)

29

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, kompetensi sosial terdiri dari: 1) bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak bertindak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi; 2) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat; 3) beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya dan; 4) berkomunikasi dengan profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan bentuk lain.

Sebagai makhluk sosial, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama dalam kaitanya dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada proses pembelajaran di sekolah juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat (Mulyasa, 2011: 173). Menurut Permen No. 74 Tahun 2008 guru harus memiliki kompetensi sosial mencakup: 1) berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, dan isyarat; 2) menggunakan teknologi informasi dan teknologi; 3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik dan masyarakat; 4) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dan memperhatikan aturan yang berlaku dalam masyarakat; dan 5) menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

Kompetensi sosial berkaitan erat dengan dengan kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat sekitar dan masyarakat tempat


(45)

30

tinggal seorang guru. Sehingga peranan dan cara guru dalam berkomunikasi diharapkan memiliki karakteristik yang lain dengan orang berprofesi lain. Berdasarkan uraian diatas maka kompetensi sosial sangat perlu dikuasai dan dikembangkan oleh seorang guru. Karena kecerdasan sosial akan sangat membantu guru dalam melaksankan proses pembelajaran.

d. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan kompetensi yang hanya bisa diperoleh dengan pendidikan profesi. Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 3 butir c dijelaskan bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan. Kompetensi ini berhubungan dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan dan kinerja guru yang ditampilkan.

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi guru Permendiknas No.16 Tahun 2007, kompetensi profesional guru meliputi; 1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, 2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar, 3) mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif, 4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, dan 5)


(46)

31

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.

Soedarto dalam Uno (2007: 64) menjelaskan untuk memenuhi kompetensi profesional seorang guru harus memiliki; 1) disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber pembelajaran, 2) bahan ajar yang diajarkan, 3) pengetahuan tentang karakteristik siswa, 4) pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan, 5) pengetahuan serta metode dan model mengajar, 6) penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran, dan 7) pengetahuan terhadap penilaian dan mampu merencanakan serta memimpin guna kelancaran proses pendidikan.

Kompetensi profesional guru dapat berpengaruh pada proses pengelolaan pendidikan sehingga mampu menciptakan produk pendidikan yang berkualitas. Hal ini dapat disimpulkan karen kompetensi profesional berkaitan dengan kemampuan dasar guru dalam pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, bidang studi yang dibinanya, sikap yang tepat tentang lingkungan proses pembelajaran dan menguasai keterampilan teknik mengajar. Guru diharuskan selalu untuk meningkatkan kemampuan ilmunya melalui berbagai cara, dengan keteramplan dan keahlian yang terus berkembang seorang guru mampu membawa proses pembelajaran yang lancar, efektif, dan efisien.

Kompetensi seorang guru yang telah dipaparkan diatas dapat didukung oleh model instrumen yang nanti akan dipakai. Terdapat dua


(47)

32

model instrumen yang paling sesuai dan dapat digunakan sebagai instrumen utama, yaitu skala penilaian dan lembar observasi atau penilaian. Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain melalui pernyataan perilaku dalam suatu kategori yang memiliki makna atau nilai. Observasi merupakan cara mengumpulkan data yang biasa digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi alami sebenarnya maupun buatan. Tingkah laku guru dalam mengajar, merupakan hal yang paling cocok dinilai dengan observasi.

Melakukan penilaian terhadap kinerja guru bisa disebut menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pokok mengajar dengan menggunakan standar-standar tertentu. Manfaat penilaian kinerja bagi seorang guru adalah sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan, dan potensinya. Sedangkan bagi sekolah akan membantu sekolah menentukan kebijakan ke depanya.

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hanif (2012) tentang pengaruh kompetensi profesional guru, motivasi kerja, dan disiplin kerja terhadap kinerja guru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari ketiga faktor diatas terhadap kinerja guru otomotif se-Kabupaten Sleman. Penelitian ini memberikan hasil bahwa kinerja guru tidak dapat dipengaruhi oleh faktor kompetensi profesional saja, namun ketiga


(48)

33

kompetensi yang lain juga berpengaruh sangat kuat. Selain itu motivasi kerja dan disiplin kerja juga tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja guru. Jadi aspek kinerja guru sangat dipengaruhi oleh aspek yang begitu kompleks.

Penelitian yang dilakukan oleh Suradi (2012) dengan judul “Pengaruh Kompetensi, Supervisi Pendidikan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri Se-Kecamatan Kalimanah, Perbalingga”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa diantara kompetensi, supervisi, dan motivasi yang berpengaruh terhadap kinerja guru. Penelitian ini menghasilkan bahwa baik kompetensi pendidikan, supervisi pendidikan, maupun motivasi kerja semuanya berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Dari ketiga faktor tersebut yang paling berpengaruh kuat terhadap kinerja guru adalah supervisi pendidikan.

Riesty Wulandari (2013) yang berjudul “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kinerja Pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Se-Gugus Kecamatan Seyegan. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan mengetahui upaya guru dalam meningkatkan kinerja pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Se-Gugus Kecamatan Seyegan. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan dalam lima hal upaya guru dalam meningkatkan kinerja yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, npembimbing, tugas tambahan, dan evaluasi hasil belajar.

Berdasarkan beberapa penelitian yang relevan yang telah dibahas sebelumnya dapat diketahui bahwa semua penelitian diatas kesemuanya membahas masalah upaya dalam meningkatkan kinerja guru, atau bisa


(49)

34

dikatakan faktor yang dapat berpengaruh atau mempengaruhi kinerja seorang guru. Namun belum ada penelitian yang mencoba mendapatkan data tentang kinerja guru secara mendasar, realita atau keadaan seorang guru dalam proses pembelajaran di daerah tertinggal, terkhusus Sekolah Dasar Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Maka dari itu penelitian ini ingin mengetahui kinerja guru di Sekolah Dasar Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul yang notabene masih serba kekurangan dalam berbagai hal.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan judul dari penelitian ini “Analisa Kinerja Guru Daerah Tertinggal di Sekolah Dasar Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul”, maka cakupan utama dari penelitian ini terdiri dari konsep utama, yaitu: kinerja guru di Sekolah Dasar Wonolagi sebagai salah satu daerah yang tertinggal. Paradigma dari penelitian ini berusaha untuk menemukan realita atau kondisi guru yang berada di daerah tertinggal melaksanakan tugas pembelajaran sekaligus melihat kinerja guru yang mengajar di daerah tertinggal dengan segala sesuatu yang serba terbatas.

Melihat kondisi Indonesia saat ini maka sebagian besar orang akan berpendapat bahwa Indonesia sudah mengalami perkembangan. Terjadi banyak pembangunan disana-sini, Indonesia semakin maju. Namun kenyataanya perkembangan Indonesia masih jauh tertinggal dari perkembangan dunia global yang bergerak semakin cepat dan menuntut. Agar dapat mengikuti perkembangan zaman secara bijaksana diperlukan sumber


(50)

35

daya manusia yang berkualitas. Akan tetapi mengingat kondisi pendidikan Indonesia yang sedang terpuruk ini, berat rasanya jika berharap menghasilkan manusia yang berkualitas dari lembaga yang biasa disebut sekolah.

Sekolah akan kesulitan untuk mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas selama guru yang mengajar tidak berkualitas. Dalam UU Republik Indonesia No, 14 Tahun 2005 yang menuntut seorang guru yang professional. Guru adalah garda depan dalam dunia pendidikan, yang tidak hanya memberikan ilmu namun juga nilai. Kualitas guru dapat dilihat dari prestasi kerja atau kinerja mereka. Sudah lazim jika guru yang tercukupi sarana prasarana, kesejahteraan dan segala hak nya untuk memiliki kinerja yang baik pula. Namun akan berbeda untuk guru yang berkorban mengajar di daerah tertinggal dengan segala kekurangannya.

Kinerja adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh seseorang berdasarkan hasil akhir dari aktivitas kerja yang diperlihatkan seseorang terhadap apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi itu. Kinerja sangat erat dengan kualitas hasil kerja yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur kerja yang sesuai dan terarah tanpa melanggar moral dan etika.

Mewujudkan pendidikan yang berkualitas, diperlukan aspek-aspek yang mendukung terwujudnya pendidikan juga harus berkualitas. Guru menjadi salah satu aspek utama dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Guru yang berkualitas adalah guru yang memiliki kinerja yang baik. Namun guru sendiri mengalami masalah dalam pemerataan


(51)

36

penempatan, kualitas yang tidak merata, dan kesejahteraan guru yang kurang mencukupi. Kondisi seperti ini guru akan sulit untuk mencapai kinerja yang maksimal, padahal guru dituntut untuk mampu menguasai 4 kompetensi utama guru profesional; kompetensi akademik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial, seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

Kinerja guru adalah salah satu aspek yang penting untuk mengetahui kondisi nyata dari pendidikan suatu daerah. Kondisi yang dimaksud adalah segala sesuatu yang mendukung berjalannya proses pendidikan. Sejauh mana kualitas pendidikan sudah dibangun atau sebaliknya kendala yang membuat kualitas pendidikan suatu daerah tidak mampu berkembang. Maka dari itu penelitian ini mencoba untuk melihat realita kondisi pendidikan di daerah yang jarang dijamah oleh pemerintah, terkhusus kinerja guru di Sekolah Dasar Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.


(52)

37

Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005

Guru Profesional

Mencapai Kinerja Maksimal

Permendiknas Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007

Kompetensi Profesiona Kompetensi

Pedagogik

Kompetensi Kepribadian

Kompetensi Sosial

Realitas Kinerja Guru Faktor Pendukung

dan Penghambat Kinerja Guru


(53)

38 D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir, maka dapat diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kinerja guru di Sekolah Dasar Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul ditinjau dari kompetensi pedagogik? 2. Bagaimanakah kinerja guru di Sekolah Dasar Wonolagi, Kecamatan

Playen, Kabupaten Gunungkidul ditinjau dari kompetensi profesional? 3. Bagaimanakah kinerja guru di Sekolah Dasar Wonolagi, Kecamatan

Playen, Kabupaten Gunungkidul ditinjau dari kompetensi sosial?

4. Apakah terdapat faktor pendukung kinerja guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sehari-hari di Sekolah Dasar Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul?

5. Apakah terdapat faktor penghambat kinerja guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sehari-hari di Sekolah Dasar Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul?


(54)

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Melalui pendekatan ini diharapkan peneliti dapat menghasilkan data yang bersifat deskriptif guna mengungkap dan memahami sesuatu dibalik fenomena dalam proses penelitian di lapangan.

Moleong (2005: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Sedangkan menurut Sugiyono (2009: 8), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat aktual dan deskriptif. Peneliti menjadi instrumen kunci dalam proses penelitian. Analisa data dilakukan secara induktif dengan pemaknaan (meaning) setiap event sangat penting. Menurut Anselm Strauss dan Juliet (2003: 4), penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang proses pengumpulan datanya tidak melalui proses statistik (pengamatan dan wawancara, dokumen, buku, video, dll), begitu juga dalam proses analisa yang non matematis.

Berdasarkan beberapa definisi diatas maka penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena bermaksud mengumpulkan data non matematis, yang dianalisis dengan membuat deskripsi secara sistematik, faktual, dan akurat tentang data yang diperoleh di lapangan. Data yang berupa


(55)

40

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati pada dinamika kinerja guru di Desa Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Setelah data terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat-kalimat kemudian ditarik kesimpulan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian mengenai analisis kinerja guru di daerah tertinggal ini dilaksanakan di SDN Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2014 s.d. bulan Juli 2014.

C. Subjek Penelitian

Penelitian ini mengungkapkan tentang kinerja guru di daerah tertinggal, tepatnya di SDN Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Pengambilan sumber data dalam penelitian ini menggunakan 'purposive sampling' yaitu pilihan peneliti tentang aspek apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat situasi tertentu dan karena itu terus menerus sepanjang penelitian.

Pemilihan informan dilakukan dengan tepat agar benar-benar relevan dan kompeten dengan masalah penelitian sehingga data yang diperoleh dapat digunakan untuk membangun teori. Informasi berikutnya dapat diperoleh melalui informan kunci (key informance) atau informan awal untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi, dan kemudian informan ini diminta pula untuk menunjuk orang lain untuk memberikan informai, dan seterusnya sampai menunjukkan kejenuhan informasi. Maksudnya bahwa


(56)

41

dengan bertambahnya informan namun informasi yang diperoleh tetap sama, berarti jumlah informan sudah cukup (data sudah jenuh). Subjek penelitian adalah guru-guru yang mengajar di SDN Wonolagi, Playen, Gunungkidul. D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah sebuah metode utama dalam mengumpulkan data atau informasi yang lebih lengkap dan terperinci. Data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan ini selanjutnya dituangkan dalam bentuk tulisan. Menurut Nasution dalam Sugiyono (2009: 226) metode observasi menjadi dasar dari segala ilmu pengetahuan. Peneliti dapat bekerja hanya jika mendapatkan data atau fakta langsung dari kenyataan yaitu melalui observasi. James A. Black (2001: 285-286) menyatakan bahwa penelitian kualitatif memiliki definisi secara luas dan secara sempit. Dalam arti luas penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara terus menerus terhadap perilaku seseorang. Sedangkan dalam arti sempit observasi ialah mengamati dan mendengar perilaku seseorang selama beberapa waktu tanpa melakukan manipulasi atau pengendalian, serta mencatat penemuan yang memungkinkan serta memenuhi syarat unutk digunakan pada tahap analisa.


(57)

42

Penelitian ini menggunakan metode observasi tipe non partisipan. Dalam observasi nonpartisipan seorang peneliti tidak dituntut untuk ikut berperan dalam kegiatan dari subjek penelitian atau kelompok yang sedang diamati. Peneliti hanya sebagai pengamat tingkah laku orang lain dalam keadaan alamiah.

Ada beberapa hal yang melatar belakangi penggunaan metode observasi, antara lain:

a. Peneliti dapat melihat secara langsung kinerja guru yang terjadi di SDN Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

b. Peneliti dapat mencatat apa yang dilihat dan diamati selama pengambilan data kinerja guru yang terjadi di SDN Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

c. Peneliti mampu memahami situasi yang terjadi di lapangan d. Mengurangi resiko terjadinya bias data di lapangan.

Berdasarkan uraian diatas, metode observasi membantu peneliti dalam mengamati tingkah laku manusia sebagai peristiwa faktual. Khususnya dalam penelitian ini dapat digunakan untuk mengamati kinerja guru di SDN Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan informasi dan data terkait kinerja guru sesuai dengan empat kompetensi dasar guru selama proses pengumpulan data berlangsung.


(58)

43 2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data melalui interaksi verbal secara langsung terhadap individu. Menurut Moleong (2005: 1786) wawancara adalah proses mengumpulkan data atau informasi dengan percakapan tertentu antara pewawancara dan terwawancara. Forces and Richer dalam James A. Black (2001: 308) berpendapat bahwa wawancara adalah proses tanya jawab antar dua orang dalam bentuk dialog terbuka untuk menngetahui pandangan subjek dalam penelitian sebagaimana adanya.

Proses wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi penting yang terkait masalah subjek. Dalam melakukan wawancara penting seorang peneliti ciri khas dari wawancara; 1) pertanyaan dan jawaban verbal, 2) informasi dicatat peneliti, 3) hubungan antara peneliti dan respoden diatur dalam cara khusus, 4) keluwesan peneliti dalam proses wawancara. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara dengan kepala sekolah, guru-guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat secara umum tentang kinerja guru di SDN Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

Sebelum memulai proses wawancara terlebih dahulu mempersiapkan pedoman wawancara dengan sifat terbuka, tidak kaku, fleksibel, dan dapat disampaikan secara informal. Pedoman wawancara disusun dan digunakan dalam menemukan dinamika kinerja guru di SDN Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.


(59)

44

Wawancara dalam penelitian ini digunakan peneliti sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui dinamikan kinerja guru di SDN Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

b. Untuk mengetahui hambatan dan pendorong yang didapat guru dalam menjalankan tugas pembelajaran sesuai dengan kompetensi seorang guru di SDN Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

c. Untuk mengetahui pendapat subjek penelitian tentang realita pendidikan daerah tertinggal dan peran dari Dinas Pendidikan di SDN Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan dan menggali informasi atau data subjek yang tersedia dalam bentuk dokumen yang sudah berlalu atau tercatat sebelumnya. Metode ini juga dianggap penting karena dapat mengungkap data yang berupa literatur, administrasi, lembaga, sumber-sumber tertulis, data observasi serta wawancara lainya guna memperkaya informasi yang berkaitan dengan proses pelaksanaan kebijakan sekolah terbuka tersebut.

Dokumen yang mampu mengungkapkan hal-hal berkaitan dengan dinamika kinerja guru dalam penelitian ini. Dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal berupa profil sekolah, arsip-arsip tahunan, identitas sekolah, data sarana prasarana, kemajuan perstasi


(60)

45

siswa (termasuk; catatan kegiatan pembelajaran guru, transkrip nilai proses pembelajaran guru), sejarah sekolah, hasil kinerja guru tiap tahun dan penilaian melalui murid berupa kritikan dan saran fungsinya sebagai pendukung dan pelengkap bagi data primer yang diperoleh di SDN Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

E. Instrumen Penelitian

Pengungkapan data dan informasi tentang dinamika kinerja guru di SDN Wonolagi, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen sebagai berikut:

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi berisi tentang pedoman bagi peneliti yang dibutuhkan saat melakukan pengamatan mengenai aktivitas, peristiwa, dan hal-hal sehari-hari di sekolah yang dianggap berguna dalam penelitian dengan menggunakan informasi yang berupa catatan, daftar, dan lembar kemungkinan.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara dini digunakan sebagai pedoman dalam pengumpulan data berupa butir soal yang dijawab oleh responden sesuai dengan kenyataan dandigunakan sebagai bahan analisa dan informasi 3. Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi digunakan untuk menggali data tau informasi subjek yang tercatat sebelumnya, yang bisa diperoleh dari


(61)

46

catatan tertulis untuk memperkuat data yang diperoleh dari proses wawancara dan observasi.

F. Metode Analisia Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan mengacu konsep dari Hubberman dan Milles (Sugiyono, 2009: 337) yaitu aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Tahap ini peneliti melakukan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila ada yang kurang. (Sugiyono, 2009: 247)

2. Penyajian Data

Data yang sudah direduksi menurut Sugiyono (2009: 249) dapat disajikan dalam bentuk bagan, uraian singkat, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dalam tahap ini memberikan kemudahan untuk memahami apa yang terjadi dalam data, kemudian merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan data yang telah disajikan dan dipahami sebelumnya dan tidak terpisah dengan kegiatan analisis.


(62)

47 3. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi

Setelah melalui tahap reduksi dan penyajian data selanjutnya adalah tahap menarik kesimpulan. Kesimpulan penelitian dengan melihat hasil reduksi data dan penyajiannya namun tetap mengacu kepada perumusan masalah serta tujuan yang hendak dicapai. Data yang telah tersusun tersebut dihubungakan dan dibandingkan antara satu dan lainya, sehingga mudah untuk diambil kesimpulan sebagai jawaban dari setiap permasalahan yang ada.

G. Metode Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data merupakan teknik yang dipakai untuk memeriksa dan membandingkan keabsahan suatu data. Dalam penelitian ini data yang dianalisis diperiksa keabsahannya dengan teknik triangulasi data. Trianggulasi data diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek keabsahan data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

Trianggulasi data dilakukan dengan cara cross-check. Dalam hal ini dilakukan pengecekan antara merode pengumpulan data-data yang diperoleh dengan cara, data wawancara dibandingkan dengan data observasi atau dokumentasi begitu juga sebaliknya.

Hasil wawancara penelitian ini dengan beberapa subjek penelitian mengenai dinamika kinerja guru di SDN Wonolagi, Kecamatan Playen,


(63)

48

Kabupaten Gunungkidul dibandingkan dengan hasil observasi atau hasil analisa dokumen untuk memperkuat validitas dari data.


(64)

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Sekolah

Sekolah Dasar Wonolagi merupakan sekolah yang mendapatkan Inpres pada tahun 1980 sebagai sekolah layanan khusus di desa tertinggal. Pada awalnya sekolah ini masih memanfaatkan rumah milik Cipto Wiyono sebagai gedung sekolah. Sampai saat ini SDN Wonolagi masih mempertahankan eksistensinya dengan melakukan rehab secara fisik pada gedung sekolah yang sudah memperoleh hak pakai tanah milik Desa Wonolagi.

SDN Wonolagi berada di dusun Wonolagi, desa Ngleri, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul pada titik koordinat 7 ̊53’ 0” 110 ̊ 30’ 29”. Sebuah desa terpencil yang akses jalan masuk hanya bisa dilewati dengan jembatan gantung atau jalan lain melewati hutan.

Visi dari SDN Wonolagi adalah “Terwujudnya pendidikan yang berakhlak mulia, berkualitas, berwawasan global yang dilandasi nilai-nilai budaya luhur dan sesuai dengan nilai-nilai agama.”

Misi dari SDN Wonolagi adalah (i) Menanamkan keyakinan, akidah melalui pengamalan agama; (2) Melaksanakan pendidikan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa, olahraga, seni dan budaya sesuai dengan bakat, minat dan potensi siswa. (3) Membangun citra sekolah sebagai mitra terpercaya di masyarakat. (4) Menjalin kerjasama


(65)

50

yang harmonis antara warga sekolah dengan lingkungan sekitar. (5) Mengetahui dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.

Kelas Jumlah Anak Didik

2010/2011 2011/2012 2012/2013 2013/2014 2014/2015

I 2 - 3 -

-II - 2 2 3

-III 4 - 2 2 3

IV 4 4 - 2 2

V 3 4 4 - 2

VI 5 3 4 4

-Jumlah 18 13 15 11 7

Pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran yang besar dalam mencapai prestasi sebagai upaya pengembangan sekolah. Jumlah tenaga pendidik di SDN Wonolagi adalah sebanyak 7 orang yang terdiri dari 1 orang Kepala Sekolah, 1 orang guru Pendidikan Agama Islam, 3 orang guru kelas dan 2 orang guru kelas digeser ke sekolah lain. Sedangkan 1 orang sebagai Pembantu Pelaksana Tugas (PTT).

Kultur sekolah merupakan tradisi yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan spirit dan nilai-nilai yang dianut oleh sekolah. Tradisi itu mewarnai kualitas sekolah yang terwujud dalam tata tertib, peraturan-peraturan, kebiasaan-kebiasaan, serta karakteristik lain dalam kehidupan bersama antar warga sekolah, misalnya situasi proses kegiatan belajar mengajar di kelas, dan lain-lain.

Tabel 1. Data Siswa SDN Wonolagi


(66)

51

Kultur sekolah juga tercermin visi dan misi sekolah karena visi dan misi itu merupakan inti sari dari kebiasaan-kebiasaan sekolah, dan kebiasaan itulah yang merupakan perwujudan kultur sekolah. Ketika terlihat guru-guru saling bersalaman setiap hari, sikap siswa di luar kelas maupun di lingkungan asrama yang penuh santun, disiplin dalam sholat berjamah, saling mengucapkan salam apabila berpapasan dan sebagainya, itu semua merupakan kultur sekolah, yang sekolah, yang merupakan hasil pelaksanaan visi dan misi oleh segenap warga sekolah.

2. Sarana dan Prasarana SDN Wonolagi

Berdasarkan hasil pengamatan, dan dokumentasi diperoleh data tentang sarana, dan prasarana sekolah yang dimiliki antara lain:

a. Ruang Kelas

Ruang kelas yang ada di SDN Wonolagi total 6 ruang kelas yang dibagi antara ruang kelas 1 hingga kelas 6. Kondisi ruang kelas di sekolah ini cukup baik, bersih, rapi, dan terawat.

b. Ruang Perkantoran

Ruang perkantoran di SDN Wonolagi terdiri atas 1 ruang Kepala Sekolah sekaligus ruang guru. Ruangan ini juga terdapat ruang tamu yang dipisahkan oleh sekat triplek.

c. Gudang

Gudang ini berisi barang-barang yang digunakan dalam proses pembelajaran misalkan meja tenis meja, bola, peralatan membatik dan juga barang bekas yang sudah tidak terpakai.


(67)

52 d. Dapur

Satu ruangan digunakan sebagai dapur yang berisi segala peralatan masak yang sering digunakan untuk membuat minuman untuk para guru dan tamu yang datang.

e. Lapangan bola voli

Lapangan bola voli ini tidak hanya digunakan untuk bermain bola voli saja tapi bisa sebagai lapangan serbaguna.

3. Kurikulum SDN Wonolagi

Sejak diberlakukannya Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dari sentralisasi menuju desentralisasi. Pemerintah memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mengelola pendidikan secara independen. Kurikulum yang disusun oleh sekolah pada setiap jenjang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik lingkungan sekolah masing-masing. Di pihak lain, dengan adanya tuntutan era globalisasi dalam bidang pendidikan dapat memotivasi agar output dari SDN Wonolagi dapat bersaing di tingkat Nasional.

Struktur kurikulum SDN Wonolagi disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar isi dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Kurikulum SDN Wonolagi memuat 8 mata pelajaran, 3 muatan lokal dan 4 pengembangan diri.


(68)

53

b. Pembelajaran pada kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.

c. Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 35 menit.

d. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 37 minggu.

No Komponen Kelas dan Alokasi

I II III IV V VI A. Mata Pelajaran

T

E

M

A

T

IK

1 Pendidikan Agama 3 3 3

2 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

3 Bahasa Indonesia 5 5 5

4 Matematika 5 5 5

5 Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4

6 Ilmu Pengetahuan Sosial 3 3 3

7 Seni Budaya dan Ketrampilan 4 4 4

8 Pendidikan Jasmani, Olahraga

dan Kesehatan 4 4 4

B. Muatan Lokal

1 Bahasa Jawa 2 2 2

2 Bahasa Inggris - 2 2

3 TIK 2 2 2

4 Membatik 2 -

-JUMLAH 30 31 32 36 36 36

C. Pengembangan Diri

1 CALISTUNG (Membaca,

Menulis dan Berhitung) 2 2 2 - -

-2 BTA 2 2 2 2 2 2

JUMLAH 4 4 4 2 2 2

D. Ekstra Kurikuler

1 TPA 2 2 2 2 2 2

2 PRAMUKA 2 2 2 2 2 2

JUMLAH 4 4 4 4 4 4


(69)

54 4. Keadaan Akademik

Keberhasilan suatu pendidikan juga bisa dilihat dari hasil ujian nasional. Berikut ini data nilai UN siswa SDN Wonolagi dari tahun 2011 sampai tahun 2014

No Tahun Pelajaran

Rerata Nilai UN Mata Pelajaran Bhs.

Indonesia

Matema

-tika IPA Jumlah Rerata 1. 2011/2012 5,33 3,33 4,92 13,55 4,51 2. 2012/2013 7,70 6,50 7,06 21,26 7,71 3. 2013/2014 6,70 4,81 5,75 17,26 5,75

5. Program Sekolah a. Ekstrakurikuler

1) TPA

a) Dapat membaca Iqro` jilid 1 - 6 b) Menghafal bacaan sholat

c) Menerapkan sholat dalam kehidupan sehari-hari d) Sholat berjam`ah

2) Pramuka

a) Mengerti dan memahami sejarah gerakan pramuka b) Mengenal permainan

c) Dapat melaksanakan PBB d) Mengenal sandi-sandi


(70)

55

e) Mengetahui memahami pengetahuan umum struktur organisasi pramuka

f) Mengenal tali temali

6. Kinerja Guru Profesional SDN Wonolagi

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan Indonesia, seorang guru harus mampu dalam mengelola kualitas diri serta dituntut untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja masing-masing guru. Guru di Indonesia memiliki kewajiban untuk memenuhi kriteria dalam rangka menjadi seorang guru profesional. Salah satu alat ukur yang digunakan untuk mewujudkan pribadi guru yang berkualitas tertuang dalam Permendiknas Republik Indonesia No 16 Tahun 2007.

Meskipun tergolong dalam daerah yang terisolir dan tertinggal, guru di SDN Wonolagi juga dituntut untuk mampu memenuhi kriteria ini demi terwujudnya pendidikan yang berkualitas. Hasil dari pendidikan berkualitas ini maka akan terbentuk siswa yang berkualitas juga.

a. Kinerja guru ditinjau dari aspek kompetensi pedagogik

1) Pemahaman Guru terhadap Peserta didik dari Aspek Fisik, Moral, Sosial, Kultural, Emosional, dan Intelektual

Guru di SDN Wonolagi memahami bahwa pemahaman terhadap peserta didik itu penting. Selain itu guru juga memiliki hubungan yang dekat dengan peserta didik. Pada dasarnya seorang guru Sekolah Dasar itu harus dituntut untuk mampu melihat karakter peserta didik dengan baik. Guru menyadari bahwa


(71)

56

memahami peserta didik itu harus secara keseluruhan, intelegensi, sifat, moral sampai pada kondisi keluarga. Karena dengan pemahaman ini guru akan mengetahui strategi dalam menangani karakter setiap anak karena setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda, sesuai dengan petikan wawancara bersama guru, ibu MR berikut,

“Sebenarnya kalau guru SD itu seharusnya bisa melihat karakter anak secara langsung mas, anak ini suka apa, anak ini kepribadiannya gimana, dan lain sebagainya. Dalam sekilas saja saya bisa melihat karakter anak, terlebih lagi di Wonolagi yang siswa nya sedikit mas” (MR, 14 Juli 2014) Kondisi jumlah peserta didik SDN Wonolagi yang sedikit membuat proses pemahaman karakter anak ini semakin mudah. Penanaman nilai-nilai moral kepada anak juga akan mudah jika sudah paham karakter setiap anak. Setiap guru mampu melihat kekurangan dan kelebihan seorang peserta didik. Jika sudah mengenal karakter anak dengan baik maka proses belajar mengajar juga berjalan dengan maksimal.

Memahami karakter setiap anak guru juga mampu mengikuti perkembangan anak setiap harinya. Sebagian guru juga mengetahui kondisi keluarga peserta didik yang secara tidak langsung mempengaruhi peserta didik ketika di sekolah. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti juga ditemukan bahwa, pada saat peneliti meminta data dokumen ujian nasional 5 tahun terakhir, ternyata guru mengingat beberapa karaktersitik peserta didik di


(1)

144

Untuk melakukan pengamatan hari ini saya khusus datang ketika hampir menjelang jam pulang sekolah sekitar jam 11.00 WIB sampai lokasi, agar dapat mengetahui waktu guru pulang dari sekolah. Selain itu hari ini saya juga berencana meminta SK Sekolah Layanan Khusus di Wonolagi. Untuk hari ini ternyata ada 2 orang guru yang tidak dapat mengajar karena ada keperluan rapat di tingkat gugus. Guru menyelesaikan waktu mengajar di kelas sesuai dengan porsi, tidak dikurangi. Untuk hari ini guru pulang dari sekolah sekitar pukul 12.00 WIB, terlebih hari ini hari sabtu. Selain itu saya juga melihat di ruang guru terlihat tumpukan buku panduan kurikulum 2013 yang sudah mulai digunakan oleh guru di SDN Wonolagi.


(2)

145 Lampiran. 8

Dokumentasi Foto

Jembatan gantung, salah satu sarana transportasi ke SDN Wonolagi untuk menyeberangi suangai Oya

Bangunan fisik SDN Wonolagi, dengan lapangan bulu tangis


(3)

146

Struktur organisasi SDN Wonolagi Proses pembelajaran di ruang kelas 3 SDN

Wonolagi

Proses pembelajaran di ruang kelas 4 SDN Wonolagi

Proses pembelajaran di ruang kelas 5 SDN Wonolagi


(4)

147 Lampiran. 9


(5)

(6)