Kinerja guru ditinjau dari aspek kompetensi profesional

72 keterbatasan media pembelajaran menjadi pemicu semangat untuk mencari media pembelajaran alternatif. Media pembelajaran alternatif memanfaatkan segala sesuatu yang tersedia di sekitar sekolah, alam, tumbuhan, dan lainya. Bisa juga memanfaatkan teknologi yang tersedia di sekolah seperti, radio, viewer, dan lainya. Pernyataan tersebut sesuai dengan petikan wawancara dengan bapak BG berikut: ‘’Dalam proses pembelajaran saya juga sering memanfaatkan alam sekitar sebagai media pembelajaran. Saya juga sering memakai multimedia, audio, atau video semisal menerangkan wudhu dan doa-doa wudhu, karena saya guru agama Islam. Dengan menggunakan media ini anak-anak akan lebih tertarik. Menjadi sebuah keharusan seorang pengajar untuk kreatif dan inovatif. Kita sebisa mungkin tidak terbatas terhadap literatur atau media pembelajaran yang terbatas di sekolah. Dengan kreatif, apa saja yang ada di sekitar kita bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang menarik’’. BG, 26 Juni 2014 Memperkuat pernyataan diatas, berdasarkan hasil pengamatan di lapangan bahwa peserta didik yang sudah kelas 6 dan tidak mendapatkan pembelajaran di kelas diperbolehkan untuk ke sekolah agar mendapatkan kegiatan positif. Salah satu kegiatan yang dilakukan peserta didik adalah melakukan kerja bakti dan merawat taman sekolah. 3 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri Salah satu guru di SDN Wonolagi berpendapat bahwa penguasaan teknologi bukan karena tuntutan pemerintah, karena 73 tuntutan pengembangan kualitas diri. Teknologi dimanfaatkan oleh guru di SDN Wonolagi bukan untuk semata memperkaya materi pembelajaran namun juga sebagai alat kontrol bagi peserta didik yang sudah melek terhadap teknologi informasi dan teknologi. Dalam berkomunikasi guru juga diharuskan untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Hasil pengamatan yang didapatkan bahwa guru di SDN Wonolagi sudah mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Sebagian besar guru sudah memiliki handphone sebagai media komunikasi dengan orang lain. Media handphone digunakan untuk saling bertukar informasi antar guru di Wonolagi maupun bertukar informasi dengan guru di sekolah lain. Dalam proses pembelajaran guru di SDN Wonolagi juga memanfaatkan informasi yang didapatkan dari media internet. Berdasarkan pernyataan dalam petikan wawancara dengan bapak BG berikut ini: ‘’Teknologi sudah memasyarakat, apalagi tentang internet. Dengan kondisi seperti ini guru sebisa mungkin juga harus mengikuti perkembangan ini. Karena yang ditakutkan apabila siswa menyalahgunakan teknologi itu untuk hal yang tidak baik, sedangkan kita sebagai guru tidak mengetahuinya atau mencegahnya. Jadi saya setuju sekali jika harus mengikuti perkembangan teknologi. Selain sebagai kebutuhan, teknologi handphonr untuk mengawasi kegiatan anak menggunakan teknologi tersebut.’’ BG, 26 Juni 2014 Ada juga guru yang belum mampu secara maksimal memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Menyebabakan guru SDN Wonolagi belum mampu memanfaatkan 74 teknologi informasi dan komunikasi secara maksimal. Terdapat guru yang sudah memanfaatkan secara maksimal karena kebutuhan, ada juga yang memanfaatkan belum maksimal karena faktor usia. Bagi guru yang belum memanfaatkan secara maksimal, sebisa mungkin mencari alternative cara dengan meminta tolong kepada orang yang lebih paham ketika membutuhkan internet untuk mencari materi atau berkirim email misalnya. Berdasarkan pernyataan guru dalam petikan wawancara dengan ibu IN dan bapak PM berikut ini: ‘’Kalau tentang TIK saya angkat tangan mas. Tapi meski begitu saya berusaha menggunakannya secara tidak langsung, maksudnya saya bisa meminta tolong pada anak, pada teman, ketika diharuskan menggunkan internet atau teknologi lain. Maklum mas sudah sepuh. IN, 24 Juni 2014 ‘’Kalau teknologi saya masih sering ketinggalan dengan anak, menggunakan laptop sedikit-sedikit. Kalau menggunakan internet saya tidak pernah. PM, 14 Juli 2014 Dalam suatu proses pengambilan data, peneliti menemukan kejadian bahwa ada seorang guru di SDN Wonlagi yang mengalami kesulitan dalam mempergunakan mesin cetak dan harus meminta bantuan kepada guru yang lain. Hal ini menjadi salah satu indikasi jika ada beberapa guru di SDN Wonolagi belum maksimal dalam mengenal teknologi, informasi dan komunikasi catatan lapangan: 14 Juli 2014 75 4 Pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan Pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan menjadi landasan bagi guru dalam proses pembelajaran di sekolah. Tidak terkecuali guru di SDN Wonolagi yang memiliki landasan yang berbeda-beda, guru di SD Wonologi memliki landasan dalam pendidikan adalah untuk membentuk peserta didik menjadi masnusia yang dapat bermanfaat bagi diri guru sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa melalui pembelajaran yang berkualitas, sesuai dalam kutipan wawancara dengan guru, ibu MR berikut ini: ‘’Pendidikan itu adalah suatu ilmu yang harus disampaikan kepada peserta didik, supaya nanti dapat menjadi SDM yang bagus. Dengan mendapatkan pendidikan dasar seorang anak ddapat memiliki bekal melanjutkan pendidikan yang tujuan utamanya menjadi SDM yang unggul’’.MR, 14 Juli 2014 Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh pendapat guru, ibu IN dan bapak BG sebagai berikut: ‘’Pendidikan itu usaha sesorang untuk lebih maju dalam mengembangkan diri. Sehingga nanti mampu digunakan untuk mengembangkan masyarakat, bangsa dan negara. Tentunya diperlukan sarana dan prasarana’’ IN, 24 Juni 2014 ‘’Pendidikan itu untuk mempersiapkan peserta didik yang mampu berkembang secara spiritual dan dapat berguna bagi masyarakat dan negara’’ BG, 26 Juni 2014 5 Melanjutkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif Salah satu tindakan profesional yang dapat dipenuhi guru adalah menunjukkan etos kerja dan kedisplinan tinggi. Guru SDN 76 Wonolagi mampu datang tepat waktu ke sekolah setiap harinya. Setiap minggunya guru di SDN Wonolagi selalu hadir ke sekolah. Jika memang sedang berhalangan hadir karena sakit atau rapat, guru-guru selalu memberitahu sekaligus meminta izin. Inilah salah satu bentuk kedisiplinan guru di SDN Wonolagi yang terwujud karena tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan. Hal tersebut diungkapkan dalam petikan hasil wawancara bersama tokoh masyarakat bapak TWK berikut ini, ‘’Kalau dulu mungkin guru kalau datang ke sekolah masih sering telat, tapi lima tahun terakhir ini guru sudah datang tepat waktu karena sudah ada jembatan. TWK, 15 Juli 2014 Diperkuat lagi dengan pendapat dari peserta didik, AL dan EM dalam wawancara berikut: ‘’Pasti hadir mas setiap harinya, tapi kalau ada rapat terus izin tidak mengajar, biasanya ada yang menggantikan’’ AL, 23 Juni 2014 “Kayaknya tidak pernah terlambat mas, karena sudah ada jembatan gantung itu. Kalau dulu sebelum ada jembatan masih sering terlambat’’. EM, 18 Juli 2014 Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan sebagian besar guru di SDN Wonolagi rata-rata hadir di sekolah sebelum pukul 07.00 WIB setiap harinya. Ketika pulang sekolah guru SDN Wonolagi selalu pulang yang terakhir, sekitar pukul 12.00-12.30 WIB. Ada beberapa tugas yang harus di selesaikan oleh guru setelah selesai mengajar di kelas, seperti tugas administrasi atau hanya saling berbicara antar guru. Tidak menutup kemungkinan 77 juga terdapat guru yang beberapa kali datang terlambat ke sekolah karena beberapa masalah transportasi atau keluarga catatan lapangan: 3 September 2014. Meningkatkan kualifikasi diri menurut guru di SDN Wonolagi bukan hanya untuk memenuhi standar profesional saja, namun lebih bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas diri untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Terlepas dari hal itu beberapa guru belum mampu melaksanakan kewajiban pendidikan sarjana karena alasan usia dan kondisi eksternal guru sendiri. Pernyataan tersebut berdasarkan dari petikan wawancara dengan guru, ibu MR dan ibu IN berikut: “Jadi dalam meningkatkan disiplin ilmu saya berusaha melaksanakan apa yang sudah diwajibkan, kalau memang harus sarjana saya juga sudah melaksanakan dengan kuliah Universitas terbukan mas. Terlepas dari itu mas, meningkatkan disiplin ilmu bagi seorang guru adalah keharusan.” MR, 14 Juli 2014 “Kalau meningkatkan disiplin ilmu saya masih ingin, tapi kondisinya sudah tidak memungkinan, di rumah sudah harus momong cucu, terlebih saya tidak bisa menggunakan sepeda motor, sehingga harus minta diantar kemana-mana.” IN, 24 Juni 2014 Diperkuat oleh pendapat guru, bapak BG dalam petikan wawancara sebagai berikut: “Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, sekarang saya sedang menjadi mahasiswa di UIN untuk mendapatkan gelar sarjana demi meningkatkan kompetensi saya.” BG, 26 Juni 2014 78

c. Kinerja guru ditinjau dari aspek kompetensi sosial

1 Mampu berkomunikasi secara lisan, tulisan, maupun bentuk lain Mampu berkomunikasi menjadi salah satu kompetensi yang harus dikuasi oleh seorang guru di SDN Wonolagi. Untuk kemampuan berkomunikasi secara lisan guru di SDN Wonolagi dapat dikethui berdasarkan dilaksanakanya wawancara penelitian ini. Sedangkan secara tulisan guru di SDN Wonolagi juga mampu berkomunikasi secara tulisan dengan media handphone fasilitas SMS Short Message Service. Menurut hasil observasi dapat dilihat juga guru yang sudah menggunakan media email untuk berkirim materi atau mengirim suatu laporan ke Dinas Pendidikan. 2 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga pendidik, orang tua, dan masyarakat Penerapan kemampuan berkomunikasi oleh guru di SDN Wonolagi juga sudah terjalin dengan sangat baik, termasuk dengan orang tua termasuk juga masyarakat. Guru di SDN Wonolagi sudah mampu berkomunikasi secara empatik dan efisien. Komunikasi secara empatik diwujudkan dengan hubungan timbal balik antara sekolah dengan masyarakat ketika memiliki suatu acara. Saling menyapa antara guru di SDN Wonolagi dengan masyarakat Desa Wonolagi menjadi wujud dari terjalinya komunikasi yang efisien, untuk membina kedekatan antara dua pihak ini. Hal tersebut terlihat 79 dari hasil pengamatan peniliti di lapangan. Bahwa hampir selalu, baik guru maupun masyarakat saling bertegur sapa dengan santai ketika bertemu. Berkomunikasi secara sederhana, hanya sekedar bertanya keperluan baik guru atau masyarakat saat pergi misalnya. Ada juga guru SDN Wonolagi yang hanya sekedar mengajak mengobrol ketika ada masyarakat yang lewat di depan sekolah Catatan lapangan: 14 Juli 2014. Kedekatan hubungan yang terjalin antara guru dan masyarakat terjadi ketika komunikasi yang empatik dan efisien ketika guru dan masyarakat berkunjung ke rumah seorang tokoh pendidikan untuk membicarkan masalah regrouping sekolah Catatan lapangan: 17 Juli 2014. Selain itu juga didukung dengan petikan wawancara dengan guru, bapak BG sebagai berikut: ‘’Kalau hubungan guru dengan masyarakat terjalin hubungan yang bagus dan harmonis. Dalam pengembangan sekolah pun, masyarakat mau untuk berkontribusi dalam kerja bakti. Atau ada hajatan dan lelayu di masyarakat kita juga ikut berpartisipasi. Jadi hubungan sekolah, komite sekolah, dan masyarakat terjalin dengan harmonis’’. BG, 26 Juni 2014 Begitu juga pernyataan dari ibu MR sebagai berikut, “Kalau secara sosial komunikasi dengan masyarakat itu ya guyub rukun mas, persatuannya kuat. Antara masyarakat dengan sekolah semua saling mendukung jika ada acara atau program. “Kalau di daerah tertinggal itu rasa sosialnya sudah melekat mas. Saya sudah mengabdi di Wonolagi itu sekitar 23 tahun, jadi dengan warga sekitar sudah saya anggap seperti saudara, sedangkan siswa sudah saya anggap anak sendiri karena memang nilai sosial disana sangat tinggi mas. MR, 80 14 Juli 2014 Komunikasi antar guru juga terjalin bagus di SDN Wonolagi. Guru di SDN Wonolagi sudah mampu menciptakan suasana antar guru menjadi harmonis dan kompak, seperti dalam petikan wawancara dengan guru, ibu IN berikut ini, ‘’Kalau hubungan antar guru disini baik. Tidak ada yang berselisih, semua kompak, komunikasi terjalin harmonis. Lihat sendiri to mas kita sering berkelakar satu dengan yang lain’’. IN, 24 Juni 2014 Kemudian menurut bapak BG dalam petikan berikut, “Komunikasi dan kekeluargaan di Wonolagi ini bagus. Jika ada masalah mengenai proses pembelajaran, konflik antar tenaga pengajar, maupun kehidupan sosial dengan masyarakat itu bisa diselesaikan dengan damai”. BG, 26 Juni 2014 Harmonisnya komunikasi antar guru SDN Wonolagi dengan masyarakat dan orang tua, juga antar guru di SDN Wonolagi dibenarkan oleh pendapat peserta didik, EM dan tokoh masyarakat, bapak TWK sebagai berikut. “Menurut saya komunikasi antara guru dengan masyarakat sudah seperti keluarga, hubungannya sangat dekat. Begitu juga di sekolah mas, kita dan guru sangat dekat.” EM, 18 Juli 2014 “Termasuk hubungan sosial disini sangat bagus, komunikasi disini wajar-wajar saja, srawung nya baik. Kalau di desa ada acara atau hajatan guru jugas pasti datang.” TWK, 15 Juli 2014 Iklim komunikasi yang harmonis tersebut didukung kuat karena seluruh warga Wonolagi menjunjung nilai kekeluargaan yang tinggi. Pada dasarnya masyarakat memiliki nilai sosial yang 81 tinggi, sehingga secara alami guru juga menjunjung nilai-nilai tersebut. 3 Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dan memperhatikan aturan yang berlaku di masyarakat Menurut pendapat seorang tokoh masyarakat guru di SDN Wonolagi sudah mampu bergaul secara santun dan memperhatikan aturan yang berlaku seperti dalam petikan dengan masyarakat wawancara dengan bapak TWK berikut: “Ya selama ini menjalankan norma yang ada disini mas, berperilaku sesuai dengan aturan. Tidak ada guru disini yang macem-macem.” TWK, 15 Juli 2014 Untuk memperkuat hal diatas, guru di SDN Wonolagi juga aktif dalam organisasi masyarakat seperti dalam pernyataan dari guru berikut: ‘’Kalau di masyarakat saya aktif sebagai pengurus PKK dusun mas.MR, 14 Juli 2014 ‘’Kalau di masyarakat saya termasuk aktif, sempat menjabat sebagai sekertaris Rukun tetangga dan pernah menjabat sebagai anggota BPD’’ BG, 26 Juni 2014 ‘’Ya kalau keaktifan dalam masyarakat dulu memang saya aktif di desa, di pkk, dan di Gereja’’.IN, 24 Juni 2014 Berdasarkan hasil wawancara diatas, guru di SDN Wonolagi sudah mampu bergaul secara santun dan menaati aturan yang ada di masyarakat Desa Wonolagi maupun masyarakat di tempat tinggal nya. Sebagian besar guru di SDN Wonolagi dipercaya untuk mendapatkan jabatan di organisasi masyarakat, meliputi PKK,