3
Team Games Tournament TGT Team- Games- Tournament TGT
dikembangkan oleh Vries, Edwards, Slavin 1978,1995 . Dalam TGT guru juga
menggunakan presentasi kelas dan siswa bekerja dalam kelompok. Dalam proses pembelajaran TGT hampir sama dengan
pembelajaran STAD. Perbedaan antara kedua tipe tersebut terletak pada kuis individu. Dalam TGT kuis individu diganti dengan
tournament
yang diadakan seminggu sekali. Dalam
tournament
, tim beranggotakan tiga orang anggota yang memiliki kemampuan
setara. 4
Team Assited Individualization
atau
Team Accelerated Instruction TAI
Pembelajaran tipe TAI dikembangkan oleh Slavin, Leavey, dan Madden 1986,1995 . Tipe ini mengkombinasikan
keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara
individual. Maka dari itu dalam kegiatan pembelajaran ini lebih banyak untuk memecahkan masalah. Ciri yang khas dari tipe ini
setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah disiapkan oleh guru. Hasil belajar secara individual dibawa
kedalam kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok
bertanggungjawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
5
Group Investigation
Tipe ini dikembangkan oleh Shlomo dan Sharan 1984. Proses pembelajaran ini mengorganisasikan siswa dalam
kelompok dengan tujuan untuk mendorong dan memandu siswa agar terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Tiap kelompok
diberi topik materi tertentu dan diminta untuk menyelidiki materi tersebut dengan berdiskusi. Tahap-tahap dalam belajar ini antara
lain : pengelompokan „grouping’, tahap perencanaan „planing’, tahap penyelidikan „
investigation
‟, tahap pengorganisasian „
organizing
‟, tahap presentasi „
presenting
‟, dan tahap evaluasi „
evaluating
‟. 6
Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC
Tipe CIRC dikembangkan oleh Madden, Slavin, dan Steven 1986,1995. Tipe ini merupakan salah satu model
pembelajaran yang khusus diterapkan pada pembelajaran membaca dan menulis pada sekolah tinggi atau menengah. Pada
prosesnya, siswa dibagi dalam kelompok berdasarkan kecepatan membacanya. Dalam kelompok tersebut mereka bertukar
informasi mengenai bacaan yang telah mereka baca, membuat prediksi bagaimana bagian akhir dari sebuah cerita naratif,
menuliskan respon terhadap bacaan dan sebagainya.
7. Tim Ahli
Jigsaw II
Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin Roy Killen,1996 dengan sedikit perbedaan. Dalam belajar kooperatif tipe jigsaw, secara
umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk
dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli
expert
pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut. Setelah membaca dan mempela
jari materi “ahli” dari kelompok berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik yang sama dari kelompok lain
sampai mereka menjadi “ahli” dalam konsep yang ia pelajari. Kemudian kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka
kuasai kepada teman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes
assessment
yang lain pada semua topik yang diberikan. Model pembelajaran jigsaw tipe II sudah dikembangkan oleh
Slavin. Ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw II, dalam tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang
akan menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman sekelompoknya. Sedangkan pada
tipe II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep
scan read
sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi
expert.
Hal ini untuk gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan Jigsaw II sebagai berikut:
a. Orientasi
Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan
metode
jigsaw
II dalam proses belajar mengajar. Mengingatkan senantiasa percaya diri, kritis, kooperatif dalam model pembelajaran
ini. Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep.
b. Pengelompokan
Misalkan dalam kelas ada 20 siswa, yang kita tahu kemampuan matematikanya dan sudah di-
ranking
siswa tidak perlu tau, kita bagi dalam 25 rangking 1-5 kelompok sangat baik, 25 rangking 6-
10 kelompok baik, 25 selanjutnya rangking 11-15 kelompok sedang, dan 25 rangking 16-20 kelompok rendah.
Selanjutnya kita akan membagi menjadi 5 grup A-E dengan isi tiap-tiap grupnya heterogen dalam kemampuan matematika,
berilah indeks 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, indeks 2 untuk kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok sedang dan indeks 4
untuk kelompok rendah. Misalkan A1 berarti grup A dari kelompok sangat baik, … , A4 berarti grup A dari kelompok rendah.
Tiap grup akan berisi Grup A A1, A2, A3, A4
Grup B B1, B2, B3, B4 Grup C C1, C2, C3, C4
Grup D D1, D2, D3, D4 Grup E E1, E2, E3, E4
c. Pembentukan dan Pembinaan Kelompok
expert
Selanjutnya grup itu dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang kita berikan dan dibina supaya jadi
expert,
berdasarkan indeksnya. Kelompok 1 A1, B1, C1, D1, E1
Kelompok 2 A2, B2, C2, D2, E2 Kelompok 3 A3,B3, C3, D3, E3
Kelompok 4 A4, B4, C4, D4, E4 Tiap kelompok ini diberi konsep matematika sesuai dengan
kemampuannya. Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali ke dalam grup
sebagai tim ahli “expert”, tentunya peran pendidik cukup penting dalam fase ini.
d. Diskusi kelompok ahli dalam grup
Ekspertist
peserta didik ahli dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali dalam grup semula. Pada fase ini kelima grup
1-5 memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu. Selanjutnya