Upaya meningkatkan hasil belajar matematika pada pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada kelas IV SD Kanisius Minggir tahun ajaran 2013/2014.

(1)

ABSTRAK

Paulus Budi Cahyono, 081414085. 2014. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Kubus dan Balok Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Pada Siswa Kelas IV SD Kanisius Minggir Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II serta pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Minggir. Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 yang berlangsung mulai bulan Maret-Juni 2014 dengan pokok bahasan Bangun Ruang Kubus dan Balok. Subyek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Kanisius Minggir yang berjumlah 20 anak.

Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua instrumen yaitu instrumen tes yang berupa tes kemampuan awal, kuis, dan tes evaluasi. Instrument non tes meliputi instrumen pengamatan keterlaksanaan RPP, lembar pengamatan keaktifan siswa, dan wawancara. Sebelum digunakan, semua instrumen terlebih dahulu divalidasi dengan uji pakar maupun dengan uji butir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) Proses pembelajaran dengan metode kooperatif tipe jigsaw II dapat dilaksanakan dengan baik dengan rata-rata keterlaksanaan RPP sebesar 90,48%. (b) Tingkat keaktifan siswa dalam kelompok tergolong tinggi. Hal ini terlihat dari persentase keaktifan siswa dalam kelompok, sebesar 80% memiliki keterlibatan yang tinggi, dan 20% memiliki keterlibatan rendah. (c) Pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw II berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil Tes Kemampuan Awal (TKA) yaitu 47,35% sedangkan pada Tes Evaluasi (TE) rata-ratanya mencapai 76,9%. Berdasarkan hasil Tes Evaluasi menunjukkan bahwa 60% siswa hasil belajarnya tinggi, 20% hasil belajarnya sedang, dan 20% siswa hasil belajarnya rendah.

Kata Kunci : Jigsaw tipe II, alat peraga, keaktifan, hasil belajar, bangun ruang kubus dan balok.


(2)

ABSTRACT

Paulus Budi Cahyono, 081414085. 2014. Efforting to Improve about Learning results of the Mathematics in the subject of solid figure especially Cube and cuboid by Cooperative Learning Model Jigsaw Type II for the students of Elementary school Grade IV SD KanisiusMinggir Academic Year 2013/2014. Thesis. Mathematics Education study Program, Department of Mathematics education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The aim of this research is to know the degree of student activity in Cooperative Learning Model Jigsaw Type II and the efect of learning result the students grade IV SD KanisiusMinggir. This reserch belongs to the qualitative and quantitative description ones. It was done in the even semester in academic year 2013/2014 in March-June 2014 in the subject of solid figure about cube and cuboid. The subjects of this research are a teacher and twenty students of the grade IV SD KanisiusMinggir.

This research has two instruments, test instrument and non test instrument. The test instruments is built of the beginning ability test, quiz, and evaluation test. While the non test instrument there are three things : realization of lesson planning, observation sheets of student activity, and interview. Before we use those instruments we have to be sure that all the instruments are valid. Is valid in about expert judgment and test item judgment.

The result of the research explains : (a) the learning process with cooperative method jigsaw type II can be done well with an average of realization of the lesson planning about 90,48%, (b) the level of activity students in group is high. It can be seen that the percentage of student activity in group 80% high and 20% low, (c) the learning process with cooperative method jigsaw type II gives a positive effect to the result of the student learning. It can be seen from an average of the beginning ability test 47,35% and the evaluation test is 76,9%. Up to the result of the evaluation test we know that 60% of the students are high result, 20% are medium result, and the least 20% are low result.

Keywords: jigsaw type II, visual aids, activity, solid figure, especially cube and cuboid.


(3)

i

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG KUBUS DAN BALOK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS MINGGIR TAHUN AJARAN 2013 / 2014

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh : Paulus Budi cahyono

NIM: 081414085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Janganlah Hendaknya Kamu Kuatir Tentang Apapun

Juga, Tetapi Nyatakanlah Dalam Segala Hal

Keinginanmu Kepada Allah Dalam Doa Dan Permohonan

Dengan Ucapan Syukur”

( Filipi 4 : 6 )

Dengan penuh syukur, Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Ayah dan Ibu tercinta Kakak-kakakku tersayang Kekasihku Sahabat-sahabatku Surya, Angga, Leski, Thomas, Reinha, Tina, Podang, Marcel, dan semua sahabatku yang telah memberikan semangat dan dorongan selama penulisan skripsi ini. Almamater Universitas Sanata Dharma


(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 November 2014 Penulis,


(8)

vi

ABSTRAK

Paulus Budi Cahyono, 081414085. 2014. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Kubus dan Balok Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Pada Siswa Kelas IV SD Kanisius Minggir Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II serta pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Minggir. Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 yang berlangsung mulai bulan Maret-Juni 2014 dengan pokok bahasan Bangun Ruang Kubus dan Balok. Subyek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Kanisius Minggir yang berjumlah 20 anak.

Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua instrumen yaitu instrumen tes yang berupa tes kemampuan awal, kuis, dan tes evaluasi. Instrument non tes meliputi instrumen pengamatan keterlaksanaan RPP, lembar pengamatan keaktifan siswa, dan wawancara. Sebelum digunakan, semua instrumen terlebih dahulu divalidasi dengan uji pakar maupun dengan uji butir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) Proses pembelajaran dengan metode kooperatif tipe jigsaw II dapat dilaksanakan dengan baik dengan rata-rata keterlaksanaan RPP sebesar 90,48%. (b) Tingkat keaktifan siswa dalam kelompok tergolong tinggi. Hal ini terlihat dari persentase keaktifan siswa dalam kelompok, sebesar 80% memiliki keterlibatan yang tinggi, dan 20% memiliki keterlibatan rendah. (c) Pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw II berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil Tes Kemampuan Awal (TKA) yaitu 47,35% sedangkan pada Tes Evaluasi (TE) rata-ratanya mencapai 76,9%. Berdasarkan hasil Tes Evaluasi menunjukkan bahwa 60% siswa hasil belajarnya tinggi, 20% hasil belajarnya sedang, dan 20% siswa hasil belajarnya rendah.

Kata Kunci : Jigsaw tipe II, alat peraga, keaktifan, hasil belajar, bangun ruang kubus dan balok.


(9)

vii

ABSTRACT

Paulus Budi Cahyono, 081414085. 2014. Efforting to Improve about Learning results of the Mathematics in the subject of solid figure especially Cube and cuboid by Cooperative Learning Model Jigsaw Type II for the students of Elementary school Grade IV SD Kanisius Minggir Academic Year 2013/2014. Thesis. Mathematics Education study Program, Department of Mathematics education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The aim of this research is to know the degree of student activity in Cooperative Learning Model Jigsaw Type II and the efect of learning result the students grade IV SD Kanisius Minggir. This reserch belongs to the qualitative and quantitative description ones. It was done in the even semester in academic year 2013/2014 in March-June 2014 in the subject of solid figure about cube and cuboid. The subjects of this research are a teacher and twenty students of the grade IV SD Kanisius Minggir.

This research has two instruments, test instrument and non test instrument. The test instruments is built of the beginning ability test, quiz, and evaluation test. While the non test instrument there are three things : realization of lesson planning, observation sheets of student activity, and interview. Before we use those instruments we have to be sure that all the instruments are valid. They are valid in about expert judgment and test item judgment.

The result of the research explains : (a) the learning process with cooperative method jigsaw type II can be done well with an average of realization of the lesson planning about 90,48%, (b) the level of activity students in group is high. It can be seen that the percentage of student activity in group 80% high and 20% low, (c) the learning process with cooperative method jigsaw type II gives a positive effect to the result of the student learning. It can be seen from an average of the beginning ability test 47,35% and the evaluation test is 76,9%. Up to the result of the evaluation test we know that 60% of the students are high result, 20% are medium result, and the least 20% are low result.

Keywords: jigsaw type II, visual aids, activity, solid figure, especially cube and cuboid.


(10)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

Dharma :

Nama : Paulus Budi Cahyono

Nomor Induk Mahasiswa : 081414085

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA

POKOK BAHASAN BANGUN RUANG KUBUS DAN BALOK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS MINGGIR TAHUN AJARAN 2013 / 2014”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penuis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 10 Desember 2014 Yang menyatakan


(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

limpahan berkat, karunia dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Kubus dan Balok Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw II Pada Siswa Kelas IV SD Kanisius Minggir Tahun

Ajaran 2013 / 2014”. Skripsi ini disusun guna melengkapi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Matematika, Universitas Sanata Dharma di Yogyakarta.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis mendapatkan bantuan doa,

bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalaam

kesempatan ini dengan rendah hati penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Kepala Jurusan Pendidikan

Matematika dan IPA sekaligus Program Studi Pendidikan Matematika.

3. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan penuh kesabaran memberikan bimbingan,

masukan, dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dosen penguji Drs. Sukardjono, M.Pd., Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., dan

Ch. Enny Murwaningtyas, M.Si. yang telah banyak memberikan saran


(12)

x

5. Segenap dosen JPMIPA Universitas Sanata Dharma atas ilmu yang telah

diberikan.

6. Seluruh Staf Sekretariat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan serta

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang elah memberikan

pelayanan yang baik bagi penulis.

7. Christina Kusumastuti, S.Pd.SD, selaku Kepala Sekolah SD Kanisius

Minggir yang telah memberikan kesempatan serta izin untuk melakukan

penelitian.

8. Ch. Pariyem selaku guru kelas IV SD Kanisius Minggir yang telah

memberikan kesempatan, bimbingan, dan bantuan selama proses

penelitian.

9. Murid-murid kelas IV SD Kanisius Minggir tahun ajaran 2013/2014, yang

telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

10.Kedua Orang Tuaku, terima kasih atas doa, kasih saying, pengorbanan,

dan pengertiannya selama ini.

11.Kakak-kakakku : Mas Indri & Mbak Titin, Mas Cahyo & Mbak Firmina,

kekasihku : Lucia Yuni Nawangsih, terima kasih atas bantuan doa dan

dukungannya.

12.Adikku Karel, Lidia, dan Yofi, yang telah memberikan kecerian dan

semangat bagi penulis.

13.Teman-teman Program Pendidikan Matematika angkatan 2008 yang telah


(13)

xi

14.Surya, Leski, Angga, Thomas, Reinha, Tina, Podang, dan Marcel yang

selalu memberi bantuan, dukungan, dan semangat kepada penulis.

15.Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan

dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi banyak pihak.

Yogyakarta, 10 Desember 2014

Penulis


(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………..…… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… v

ABSTRAK ……….. vi

ABSTRACT ……… vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ……… viii

KATA PENGANTAR ………. ix

DAFTAR ISI ……… xii

DAFTAR TABEL ……… xv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xvii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ………. 4

C. Pembatasan Masalah ………. 4

D. Rumusan Masalah ……… 5

E. Tujuan Penelitian ……….. 5

F. Definisi Istilah ………. 6


(15)

xiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 9

A. Kajian Teori ……… 9

1. Pengertian Belajar ……….. 9

2. Jenis-jenis Belajar ……… 10

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar ……… 12

4. Teori Belajar Ausubel, Jean Piaget, dan Jarome Bruner ……. 17

5. Hasil Belajar ……… 20

6. Tinjauan Tentang Pembelajaran Kooperatif ……… 22

7. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ………. 34

8. Tinjauan Tentang Alat Peraga ……… 38

9. Tinjauan Tentang Materi Bangun Ruang Balok dan Kubus …. 39 B. Kerangka Berpikir ………. 46

C. Hipotesis Tindakan ……… 47

BAB III METODE PENELITIAN ………. 49

A. Tempat dan Waktu Pengambilan Data ………... 49

B. Subyek dan Obyek Penelitian ……… 49

C. Variabel Penelitian ………. 50

D. Bentuk Data ……… 50

E. Instrumen Pengumpulan Data ……… 52

F. Metode Pengumpulan Data ……… 75

G. Uji Instrumen ………. 78

H. Analisis Data ………. 81


(16)

xiv

BAB IV DESKRIPSI PELAKSANAAN PENELITIAN,

ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ……….………. 92

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ……….. 92

B. Penyajian Data ………... 106

1. Keterlaksanaan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ……... 106

2. Data Keaktifan Siswa ………. 107

3. Tes Kemampuan Awal ……… 113

4. Data Kuis ……… 115

5. Data Tes Evaluasi ……… 117

C. Analisis Data ……… 118

1. Analisis Keterlaksanaan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ……….. 119

2. Analisis keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran ……… 122

3. Analisis Hasil Belajar Siswa ………... 129

4. Penghargaan Kelompok ………. 135

5. Korelasi Antara Keaktifan dan Hasil Belajar ……….. 137

6. Wawancara ……… 139

D. Hambatan Yang Dialami Dalam Penerapan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw II …………..………. 148

BAB V PENUTUP ……… 149

A. KESIMPULAN ……….. 149

B. SARAN ……….. 150


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran kooperatif ……….. 29

Tabel 3.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……… 53

Tabel 3.2 Instrumen Observasi Keterlaksanaan RPP ……….. 54

Tabel 3.3 Indikator Keterlibatan Siswa ……… 56

Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal ……….. 62

Tabel 3.5 Kisi-kisi Tes Evaluasi ………. 67

Tabel 3.6 Poin Kemajuan Siswa ………... 83

Tabel 3.7 Kriteria Penghargaan Kelompok ………. 83

Tabel 3.8 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ………. 85

Tabel 3.9 Uji Validitas Butir Tes Kemampuan Awal ……….. 87

Tabel 3.10 Uji Validitas Butir Tes Evaluasi ……….. 88

Tabel 4.1 Pembagian Kelompok Heterogen ………... 93

Tabel 4.2 Penghargaan Kelompok ………. 98

Tabel 4.3 Penghargaan Kelompok ………. 102

Tabel 4.4 Penghargaan Kelompok ………. 105

Tabel 4.5 Data Keterlaksanaan RPP ……… 107

Tabel 4.6 Data Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Pertama ……….. 108

Tabel 4.7 Data Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Kedua ………. 109

Tabel 4.8 Data Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Ketiga ……….. 110


(18)

xvi

Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Keaktifan Kelompok

Dalam Proses Pembelajaran ……….. 113

Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa Untuk Setiap Indikator …… 113

Tabel 4.12 Tabel Data Tes Kemampuan Awal ……….. 114

Tabel 4.13 Tabel data Hasil Kuis 1, 2, dan 3 ……… 115

Tabel 4.14 Data Hasil Tes Evaluasi (TE) ……….. 117

Tabel 4.15 Tabel Pengamatan Keaktifan Siswa Selama Proses Pembelajaran 123 Tabel 4.16 Kriteria Tingkat Keaktifan siswa ……… 124

Tabel 4.17 Persentase Tingkat Keaktifan Siswa ………... 125

Tabel 4.18 Kriteria Tingkat Keaktifan Kelompok ………. 127

Tabel 4.19 Persentase Tingkat Keaktifan kelompok ………. 127

Tabel 4.20 Jumlah Skor Masing-masing Jenis Keaktifan dalam Bekerja Secara Kelompok ………... 128

Tabel 4.21 Kriteria Hasil Belajar Siswa Secara Individu ……… 130

Tabel 4.22 Persentase Hasil Belajar Secara Individu ……… 131

Tabel 4.23 Perbandingan TKA dengan TE ……… 132

Tabel 4.24 Peningkatan Kelompok A ……… 135

Tabel 4.25 Peningkatan Kelompok B ……… 136

Tabel 4.26 Peningkatan Kelompok C ……… 136

Tabel 4.27 Peningkatan Kelompok D ……… 136

Tabel 4.28 Peningkatan Kelompok E ……… 137


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ………. 154

LAMPIRAN A1 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ………….. 155

LAMPIRAN B ……….. 173

LAMPIRAN B1 Pertimbangan Pakar Soal Tes Kemampuan Awal ………. 174

LAMPIRAN B2 Pertimbangan Pakar Soal Tes Evaluasi ……… 177

LAMPIRAN C ………. 182

LAMPIRAN C1 Lembar Kerja Siswa 1 ……….. 183

LAMPIRAN C2 Lembar Kerja Siswa 2 ……….. 190

LAMPIRAN C3 Lembar Kerja Siswa 3 ……….. 198

LAMPIRAN D ……….. 206

LAMPIRAN D1 Instrumen Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ……. 207

LAMPIRAN D2 Instrumen Observasi Keaktifan ……… 213

LAMPIRAN E ……….. 218

LAMPIRAN E1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal ……….. 219

LAMPIRAN E2 Soal Tes Kemampuan Awal dan Kunci Jawaban ………. 220

LAMPIRAN E3 Kisi-kisi Tes Evaluasi ……….. 225

LAMPIRAN E4 Soal Tes Evaluasi dan Kunci Jawaban ………. 226

LAMPIRAN E5 Validitas dan Reliabilitas ………. 235

LAMPIRAN E6 Soal Kuis 1 dan Kunci Jawaban ……… 259

LAMPIRAN E7 Soal Kuis 2 dan Kunci Jawaban ……… 261


(20)

xviii

LAMPIRAN E9 Normalitas Kolmogorov-Smirnov……….. 266

LAMPIRAN F ……… 271

LAMPIRAN F1 Transkripsi Hasil Wawancara ……….. 272

LAMPIRAN G ……… 281

LAMPIRAN G1 Contoh Hasil Pengerjaan Soal Tes Kemampuan Awal …. 282 LAMPIRAN G2 Contoh Hasil Pengerjaan Soal Tes Evaluasi ……… 288

LAMPIRAN G3 Contoh Hasil Pengerjaan Soal Kuis 1 ……….. 298

LAMPIRAN G4 Contoh Hasil Pengerjaan Soal Kuis 2 ……….. 300

LAMPIRAN G5 Contoh Hasil Pengerjaan Soal Kuis 3 ……….. 302

LAMPIRAN H ……… 306

LAMPIRAN H1 Lembar Pengamatan Keterlibatan Siswa ………. 307

LAMPIRAN H2 Lembar Pengamatan Keterlaksanaan RPP ……….. 325

LAMPIRAN H3 Dokumentasi Penelitian ……….. 337

LAMPIRAN I ……… 338


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka memacu penguasaan ilmu pengetahuan, diperlukan

penyempurnaan dan peningkatan mutu seorang pendidik. Berbagai usaha

dalam meningkatkan mutu pendidikan sudah sering dibicarakan

pemerintah melalui seminar, loka karya, penyempurnaan buku-buku paket,

dan berbagai metode pembelajaran.

Dalam kenyataan menunjukkan bahwa proses pengajaran

matematika di SD masih banyak mengalami hambatan. Hambatan tersebut

misalnya rendahnya minat belajar siswa, tingkat penguasaan guru akan

materi yang masih kurang, dan penggunaan metode pembelajaran yang

kurang tepat. Tidak bisa disangkal lagi sebagai guru SD harus

mengajarkan hampir seluruh bidang studi. Dalam hal ini berarti guru SD

tidak hanya fokus mengajar satu bidang studi saja, sehingga timbul

dampak bagi diri siswa yang kaitannya dengan hasil belajar yang diperoleh

khususnya pada bidang studi matematika. Siswa cenderung tidak mau dan

mampu memperkaya pengetahuan belajarnya ( learning to do ) dan tidak

akan membangun pemahaman dan pengetahuan terhadap dunia sekitar

( learning to know ). Lebih jauh lagi siswa tidak memiliki kesempatan

untuk membangun kepercayaan dirinya ( learning to be ) maupun

kemampuan berinteraksi dengan berbagai individu yang beragam


(22)

Hal tersebut mangakibatkan motivasi dan minat dalam belajar

matematika kurang, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. Semua

metode pembelajaran yang digunakan oleh guru pasti tidak ada yang

sia-sia karena metode yang digunakan akan mendatangkan hasil entah dalam

waktu dekat maupun waktu yang relatif lama. Hasil yang dapat dirasakan

atau diperoleh dalam waktu yang dekat dikatakan sebagai dampak

langsung, sedangkan hasil yang diperoleh dalam waktu yang relatif lama

dikatakan sebagai dampak pengiring . Dalam hubungan inilah metode

pembelajaran dipilih dan digunakan untuk mencapi hasil belajar yang

diharapkan.

Berdasarkan wawancara terhadap guru, salah satu hal yang

mengakibatkan turunnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran

matematika di sekolah dasar adalah kurang aktifnya siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran dan kurangnya fasilitas dalam

menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Hal ini menuntut guru untuk

berulang-ulang dalam menyampaikan materi, memberi motifasi, dan

contoh-contoh.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di SD Kanisius Minggir, salah

satu materi yang kurang dimengerti oleh siswa kelas IV yaitu pada materi

bangun ruang. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam

mengidentifikasi sifat-sifat kubus dan balok, menggambar kubus dan


(23)

Sehingga saat diadakan ulangan sebagian anak menyelesaikan soal-soal

lebih dari waktu yang telah ditentukan.

Badan Standarisasi Nasional Pendidikan ( BNSP ) telah

menetapkan bahwa kriteria ketuntasan belajar minimal adalah 75. Hal ini

berarti siswa dikatakan tuntas dalam belajar jika memperoleh nilai

sekurang-kurangnya 75. Sedangkan kenyataan yang dihadapi peneliti di

kelas IV SD Kanisius Minggir, sebagian besar siswa dalam ulangan

memperoleh nilai di bawah 75. Jadi belum mencapai kriteria ketuntasan

belajar minimal yang telah ditetapkan.

Untuk menumbuhkan interaksi langsung yang baik antara guru

dengan siswa perlu digunakan metode pembelajaran yang paling tepat.

Metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dengan bantuan alat peraga

dan LKS merupakan salah satu dari sekian metode pembelajaran yang ada.

Metode pembelajaran kooperatif akan menciptakan interaksi yang silih

asah, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku

pelajaran tetapi juga sesama siswa. Sedangkan dengan metode jigsaw akan

membuat siswa merasa senang dalam mengikuti pelajaran dan

menyebabkan siswa aktif dalam belajar bekerja sama dengan siswa yang

lain. Dengan bantuan alat peraga siswa akan lebih tertarik dalam

mempelajari bangun ruang dan bisa melihat ilustrasi secara langsung,

sehingga dengan bantuan alat peraga diharapkan siswa dapat

mengidentifikasi sifat-sifat kubus dan balok, menggambar kubus dan


(24)

Dari pemikiran di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG KUBUS

DAN BALOK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW II PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS MINGGIR TAHUN

AJARAN 2013 / 2014”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah disebutkan di

atas, kekurangan-kekurangan yang dimungkinkan adalah sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa kurang aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran

2. Kurangnya interaksi antar siswa.

3. Guru belum pernah menerapkan metode kooperatif dalam kegiatan

pembelajaran di kelas.

4. Alat peraga kurang memadahi.

5. Hasil belajar siswa yang belum mencapai standar ketuntasan belajar

minimal.

C. Pembatasan masalah

Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya maka peneliti akan


(25)

1. Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika

melalui model pembelajaran tipe Jigsaw II dengan bantuan media

pembelajaran (alat peraga) dan LKS.

2. Peningkatan hasil belajar siswa jika pembelajaran menggunakan model

kooperatif tipe Jigsaw II dengan bantuan media pembelajaran (alat

peraga) dan LKS.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, perumusan masalah dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran

Matematika dengan metode kooperatif tipe Jigsaw II?

2. Bagaimana pengaruh pembelajaran kooperatif tipe “Jigsaw II” pada pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok terhadap hasil belajar

siswa kelas IV SD Kanisius Minggir tahun ajaran 2013/2014.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika

dengan metode kooperatif tipe “Jigsaw II” yang diterapkan.

2. Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe “Jigsaw II” pada pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok terhadap hasil belajar siswa


(26)

F. Definisi Istilah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman penafsiran tentang judul

tersebut di atas, maka peneliti perlu memberikan pembatasan dan

penjelasan dari judul penelitian tersebut, yaitu:

1. Belajar

Slameto ( 1995 : 2 ) belajar merupakan suatu proses yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.

2. Hasil belajar

Hasil belajar menurut Nana Sudjana ( 2010 : 22 ) merupakan

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya.

3. Efektifitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia ( Depdiknas : 2008 ) yang berarti dapat membawa

hasil, berhasil guna ( tentang usaha atau tindakan ). Sehingga

efektifitas dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang diperoleh

dari suatu tindakan atau usaha.

4. Pembelajaran kooperatif

Nurhadi dan Gerrad Senduk ( 2003:60 ) pembelajaran kooperatif


(27)

mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh

antar sesama siswa sebagai latihan hidup dalam masyarakat nyata.

5. Metode jigsaw

Metode jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menekankan pada aktifitas dan interaksi antar siswa

dalam proses pembelajaran untuk saling memotifasi dan membantu

dalam memahami suatu materi pelajaran.

6. Alat peraga / media pembelajaran

Menurut Djoko Iswadji dalam ( Widyantini dan Sigit Tg, 2010 :

8 ) menjelaskan bahwa alat peraga merupakan seperangkat benda

konkret yang dirancang, dibuat, dan disusun secara sengaja yang

digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan

konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika.

7. LKS

LKS merupakan singkatan dari Lembar Kerja Siswa. LKS

digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah mendapat

penjelasan dari guru tentang materi yang diajarkan.

8. Bangun ruang

Merupakan bangun tiga dimensi baik berongga maupun padat


(28)

G. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Sebagai latihan dalam penyusunan karya ilmiah dan menambah

pengalaman khususnya dalam penerapan metode pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II pada pembelajaran matematika.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru

tentang penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dengan

bantuan alat peraga dan LKS terhadap hasil belajar siswa sehingga

guru dapat menerapkan metode pembelajaran ini dalam menjelaskan

materi tentang bangun ruang balok dan kubus.

3. Bagi Sekolah

Memberi masukan bagi sekolah tentang pentingnya penerapan metode

pembelajaran kooperatife tipe Jigsaw II dengan bantuan alat peraga

dan LKS dalam proses pembelajaran sehingga dapat menambah

kemajuan pendidikan khususnya bidang matematika.

4. Bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


(29)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Kegiatan belajar dilakukan oleh semua makluk hidup, mulai dari

kehidupan yang sederhana hingga dalam kehidupan yang paling

kompleks. Jika berbicara mengenai belajar, banyak ahli-ahli pendidikan

yang mencoba mendefinisikan arti belajar, antara lain (Oemar Hamalik,

2003 : 4 ) menjelaskan bahwa definisi belajar merupakan suatu proses

perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan lingkungan.

Pendapat lain menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu rangkaian

proses psikis yang berlangsung dalam interaksi subjek dengan

lingkungannya yang dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, pengalaman dan nilai sikap yang bersifat konstan dan

menetap.

AM Sardiman ( 2000 : 22 ) belajar merupakan perubahan tingkah

laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan

membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

Herman Hudoyo (1990:10 ) belajar merupakan suatu proses untuk

mendapatkan pengetahuan atau pengalaman sehingga mampu mengubah

tingkah laku manusia dan tingkah laku tersebut bersifat konstan atau


(30)

Dari beberapa pendapat tentang definisi belajar yang sudah

diuraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar

merupakan suatu proses berkesinambungan yang dilakukan oleh individu

sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku secara keseluruhan, baik

dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai maupun sikap yang

bersifat konstan dan menetap sebagai hasil pengalaman individu itu

sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.

Dengan memahami kesimpulan di atas, setidaknya belajar

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku

tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor),

maupun nilai dan sikap (afektif).

b. Perubahan tersebut tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap

atau dapat disimpan.

c. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha.

Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

d. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau

kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh

obat-obatan.

2. Jenis-jenis belajar

Dalam kehidupannya manusia memiliki beragam potensi, karakter,


(31)

dilakukan oleh manusia. Gagne 1985 (dalam Udin, 2007:1.9) mencatat

delapan macam tipe belajar yang dilakukan manusia, yaitu:

a. Belajar Isyarat (signal learning), adalaah melakukan atau tidak

melakukan sesuatu karena adanya tanda atau isyarat.

b. Belajar Stimulus Respons(Stimulus-Response Learning), terjadi pada

diri individu karena adanya rangsangan dari luar.

c. Belajar Rangkaian (Chaining Learning). Tipe belajar chaining

merupakan cara belajar yang terjadi melalui perpaduan berbagai

proses stimulus respon (S-R) yang telah dipelajari sebelumnya

sehingga melahirkan perilaku yang segera atau spontan seperti konsep

merah-putih, panas-dingin, dan sebagainya.

d. Belajar Asosiasi Verbal (Verbal Association Learning). Tipe ini

terjadi bila individu telah mengetahui sebutan bentuk dan dapat

menangkap makna yang bersifat verbal.

e. Belajar Membedakan (Discrimination Learning), tipe belajar ini

terjadi bila individu berhadapan dengan benda, suasana, atau

pengalaman yang luas dan mencoba membeda-bedakan hal-hal yang

jumlahnya banyak.

f. Belajar Konsep (Concept Learning), terjadi bila individu menghadapi

berbagai fakta atau data yang kemudian ditafsirkan ke dalam suatu

pengertian atau makna yang abstrak.

g. Belajar Hukum atau Aturan (Rule Learning), terjadi bila individu


(32)

terdahulu atau yang diberikan sebelumnya dan menerapkannya atau

menarik kesimpulan dari data tersebut menjadi suatu aturan.

h. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning), terjadi bila

individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab

suatu pertanyaan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Bimo Walgito ( 1980 : 124 ) faktor yang mempengaruhi belajar

adalah faktor anak atau individu yang belajar, faktor lingkungan anak,

dan faktor bahan atau materi yang dipelajari.

a. Faktor anak atau individu yang belajar

Faktor individu merupakan faktor yang penting. Anak suka

belajar atau tidak, tergantung kepada anak itu sendiri. Faktor-faktor

lain telah memenuhi persyaratan, tetapi apabila individu tidak

mempunyai kemauan untuk belajar maka proses belajar itu tidak akan

terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dari diri anak antara

lain:

1) Faktor fisik

Agar prestasi belajar anak menjadi lebih baik, maka kondisi

fisik siswa harus baik atau sehat. Maka dari itu untuk menjaga

kesehatan badan perlu menjaga aktifitas fisik sebagai selingan

belajar untuk menjaga agar badan selalu berada dalam kondisi


(33)

Orang yang memiliki tubuh yang sehat akan mempunyai

pengaruh yang besar terhadap proses belajarnya. Sebaliknya orang

yang kondisi tubuhnya tidak sehat akan berpengaruh tidak baik

terhadap proses belajar yang dilakukannya.

2) Faktor psikis

Setiap individu harus memiliki kesiapan mental dalam

menghadapi tugas yang perlu dipelajari. Kesiapan mental akan

mempengaruhi:

a) Motif, merupakan hal penting dalam manusia untuk berbuat

(kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu). Dengan motif yang kuat maka anak akan

berusaha menghadapi dan mengerjakan tugas yang telah

diberikan. Ada dua macam motif yaitu : (1) motif intrinsik

adalah motif yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri; (2)

motif ekstristik adalah motif yang berasal dari luar individu.

b) Minat, merupakan suatu gejala psikis yang didalamnya

terkandung perasaan senang dan menunjukkan adanya

pemusatan perhatian terhadap suatu objek tertentu.

c) Konsentrasi, merupakan aktivitas yang tertuju pada sesuatu

yang dikehendaki. Seluruh perhatiannya akan dicurahkan

kepada apa yang harus dipelajari, sehingga nantinya dapat


(34)

d) Intelegensi, merupakan kemampuan untuk menggunakan dan

mempertahankan kesiapan mental dan merupakan kemampuan

untuk menyesuaikan diri terhadap tujuan yang akan dicapai

dan merupakan kekuatan dari kritik terhadap diri sendiri.

e) Ingatan, merupakan pengulangan terhadap materi atau objek

tertentu agar yang dipelajari tetap dalam ingatan. Pengulangan

sering dilakukan agar materi yang dipelajari itu tetap tinggal

secara mantap didalam ingatan.

b. Faktor lingkungan anak

Dalam proses belajar faktor lingkungan juga memiliki peranan

yang penting. Maka dari itu hal ini harus mendapatkan perhatian yang

sebaik-baiknya. Faktor lingkungan anak ini meliputi :

1) Tempat belajar

Tempat belajar sebaiknya berada dalam kamar atau tempat

tersendiri yang memiliki suasana yang tenang, ventilasi atau

pertukaran udara cukup, dan memiliki penerangan yang cukup,

sehingga dalam belajar perhatian dan konsentrasi dapat terpusat.

2) Alat-alat untuk belajar

Belajar tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya

alat-alat belajar yang memadahi. Semakin lengkap alat-alat-alat-alat belajarnya

maka semakin baik pula kegiatan belajar yang dilakukan anak,

sebaliknya jika alat-alat belajar kurang lengkap maka dapat


(35)

3) Suasana belajar

Suasana sangat berhubungan erat dengan tempat belajar.

Hendaknya dapat diciptakan suasana yang baik, karena dalam

suasana yang baik dapat memberikan motivasi yang baik dalam

proses belajar, sehingga mempunyai pengaruh yang baik terhadap

prestasi belajar pada anak.

4) Waktu belajar

Dalam pembagian waktu belajar harus diperhatikan dengan

baik. Belajar harus teratur sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan dalam perencanaan. Lamanya waktu tergantung kepada

banyak sedikitnya materi yang dipelajari.

5) Pergaulan anak

Pergaulan anak akan mempunyai pengaruh di dalam proses

belajar anak. Maka dari itu hendaknya dijaga agar anak bergaul

dengan anak-anak yang suka belajar.

c. Faktor bahan atau materi yang dipelajari

Bahan yang dipelajari dapat menentukan bagaimana cara atau

metode belajar apa yang cocok digunakan. Sehingga teknik atau

metode belajar ditentukan atas dasar materi yang akan dipelajari. Cara

belajar tentang pelajaran yang bersifat eksak akan berbeda dengan

cara belajar yang bersifat sosial. Tetapi disamping adanya berbagai

sifat yang berbeda, terdapat juga hal-hal yang bersamaan yang


(36)

1) Pada umumnya belajar dengan cara keseluruhan lebih baik dari

pada belajar bagian-bagian. Hal ini berdasarkan prinsip totalitas

karena keseluruhan merupakan kebulatan. Tetapi kalau bahan

terlalu panjang dapat ditempuh dengan kombinasi, yaitu dengan

membagi materi menjadi beberapa bagian tetapi bagian tersebut

masih berupa satu kebulatan.

2) Sebagian waktu belajar disediakan untuk mengadakan ulangan.

Ulangan ini digunakan untuk mengecek sampai dimana bahan

yang sudah dipelajari dapat tinggal di dalam ingatan.

3) Apa yang sudah dipelajari hendaknya diadakan kegiatan ulangan

sesering mungkin. Semakin sering diulang maka bahan yang

dipelajari akan semakin baik tinggal dalam ingatan.

4) Di dalam mengulangi bahan pelajaran yang sudah dipelajari

hendaknya dipakai spaced repetition yaitu mengulangi dengan

waktu tenggang. Dalam metode ini seorang anak memiliki energi

yang baru setelah istirahat sebentar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada berbagai macam

faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar yang dilakukan oleh

anak. secara garis besar ada lima faktor yang dapat mempengaruhi proses

belajar anak, yaitu: faktor anak yang belajar, faktor lingkungan anak,

faktor materi yang dipelajari, faktor yang bersumber dari kepribadian

siswa, dan faktor yang menyangkut sifat pendidikan. Jika semua faktor


(37)

Akan tetapi jika salah satu faktor tidak terpenuhi maka akan mengganggu

proses belajar yang dilakukan oleh anak. Misalnya faktor lingkungan

anak tidak terpenuhi; tempat belajar yang kotor, perlengkapan belajar

yang sangat minim, dan suasana yang tidak mendukung. Keadaan seperti

ini dapat mengganggu proses belajar anak dan dapat berakibat tidak

maksimalnya proses belajar anak.

4. Teori Belajar Menurut Ausubel, Jean Piaget, dan Jerome Bruner

Dalam penelitian ini, pemilihan alat peraga dan metode

pembelajaran yang digunakan didasari oleh teori Ausubel, Piaget, dan

Bruner. Teori Ausubel (Brownel dan Chazal) menyatakan bahwa

pembelajaran bermakna dalam proses pembelajaran matematika sangat

penting adanya. Kebermaknaan dalam suatu pembelajaran akan

menimbulkan pembelajaran lebih menarik, lebih bermanfaat, dan lebih

menantang sehingga konsep matematika akan bertahan lama dalam

ingatan peserta didik. Dengan demikian pada saat dibutuhkan, siswa

dapat dengan mudah menggali memori yang telah tertanam dalam

ingatannya.

Teori lain yang menjadi dasar pemilihan alat peraga dan metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perkembangan

intelektual menurut Jean Piaget yang manyatakan bahwa kemampuan

yang dimiliki seorang anak berkembang secara bertingkat dan bertahap,


(38)

a. Sensori motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi

pada usia 0 sampai 2 tahun.

b. Pra-operasional, yakni perkembangan ranah kognitif yang

terjadi pada usia 2 sampai 7 tahun.

c. Operasional konkret, yakni perkembangan ranah kognitif yang

terjadi pada usia 7 sampai 11 tahun.

d. Operasional, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi

pada usia lebih dari 11 tahun. (Udin Winataputra, 2007:3.40)

Teori ini merekomendasikan perlunya seorang guru mengamati

tingkat perkembangan intelektual pada anak sebelum suatu bahan ajar

matematika diberikan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan keabstrakan

bahan ajar matematika dengan kemampuan berpikir anak pada saat itu.

Berdasarkan teori ini peneliti memutuskan untuk memilih alat

peraga dan metode kooperatif. Hal ini karena anak kelas IV SD berada

pada masa operasional konkret yang mengharuskan untuk membawa

materi yang bersifat konkret atau nyata. Sehingga seorang guru dituntut

agar mau dan mampu mewujudnyatakan hal-hal yang akan dipelajari

siswa agar siswa semakin tertarik mengikuti pembelajaran dan

memahami materi yang dipelajari.

Teori perkembangan mental dari Jarome Bruner juga menjadi

acuan peneliti dalam memilih alat peraga dan metode yang digunakan.


(39)

secara bertahap mulai dari sederhana hingga rumit, mulai dari yang

mudah menuju hal yang sulit, dan mulai dari yang nyata ke yang abstrak.

Tahap tingkat perkembangan mental anak menurut Jarome Bruner

adalah sebagai berikut:

1. Enactive ( menipulasi objek langsung )

2. Iconic ( manipulasi objek tidak langsung )

3. Symbolic ( manipulasi symbol )

Dalam hal ini anak kelas IV SD berada dalam situasi enactive yang

artinya matematika lebih banyak diajarkan dengan manipulasi objek

langsung dengan memanfaatkan berbagai benda yang terdapat di sekitar

siswa seperti buku, mistar, tempat pensil, dan benda-benda lain yang ada

disekitar siswa.

Dari uraian di atas, jadi jelas kiranya jika dalam penelitian ini

peneliti memilih dan memutuskan menggunakan alat peraga berupa

kubus dan balok, kerangka kubus dan balok, serta jaring-jaring kubus dan

balok. Metode yang digunakan adalah metode kooperatif tipe Jigsaw II

yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang dialami di kelas IV

SD Kanisius Minggir, agar siswa mendapatkan gambaran yang lebih jelas

tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu,

proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan

atau menggunakannya, komponen yang membentuk sesuatu, serta untuk


(40)

5. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam

proses pembelajaran. Hamalik (2001:31) menyatakan bahwa hasil-hasil

belajar diterima oleh murid apabila memberikan kepuasan pada

kebutuhannya dan berguna baginya. Hasil belajar yang utama adalah pola

tingkah laku yang bulat. Nana Sudjana (2009:22) mendefinisikan hasil

belajar yaitu kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Howard Kingsley (dalam Nana

Sudjana, 2009:22) membagi hasil belajar menjadi tiga macam, yaitu:

ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan

cita-cita.

Menurut Nana Sudjana (1987:49) hasil belajar merupakan

perubahan tingkah laku siswa yang luas mencakup bidang kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dalam didang kognitif merupakan

hasil belajar yang menunjukkan kemampuan siswa mengenai penguasaan

intelektualnya, berawal dari tidak bisa menjadi bisa. Sedangkan hasil

belajar dalam bidang afektif menunjukkan perubahan sikap atau nilai dan

hasil belajar dalam bidang psikomotorik adalah hasil belajar yang

ditunjukkan lewat kemampuan berperilaku atau ketrampilan dalam

bertindak. Sedangkan Gagne (dalam Nana Sudjana, 2009:22) membagi

hasil belajar menjadi lima kategori, yaitu: informasi verbal, ketrampilan


(41)

Benyamin Bloom (dalam Nana Sudjana, 2009) secara garis besar

membagi hasil belajar ke dalam tiga ranah, yaitu: ranah kognitif, ranah

afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil

belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu: pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif

berhubungan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu:

penerimaan, jawaban dan reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek,

yaitu: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan

perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan

kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Dari beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan hasil yang dicapai dari proses hasil pembelajaran sesuai

dengan tujuan pendidikan, dimana manusia yang belajar mengalami

perubahan perilaku yang meliputi tiga aspek, yaitu: aspek kognitif, aspek

afektif, dan aspek psikomotorik.

Dalam kegiatan penelitian ini peneliti membatasi hasil belajar

sebagai kemampuan intelektual anak yaitu pada bidang kognitif yang

diukur dengan penggunaan tes. Winkel (1986:315) menjelaskan tentang

dua jenis tes yaitu tes formatif dan tes sumatif. Tes formatif merupakan

tes yang dilakukan selama proses belajar mengajar masih berlangsung,


(42)

telah dicapai. Sedangkan tes sumatif adalah tes yang dilakukan guna

memperoleh informasi mengenai penguasaan pelajaran yang telah

direncanakan sebelumnya dalam suatu program pengajaran. Oleh karena

itu, tes sumatif merupakan pengukuran akhir dalam suatu periode

pengajaran.

6. Tinjauan tentang Pembelajaran Kooperatif

Menurut Joyce & Weil (1980) dalam Rusman (2011 : 113 ) Model

pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan

untuk membentuk kurikulum ( rencana pembelajaran jangka panjang ),

merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di

kelas atau yang lain. Model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun

berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun

model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori

psikologis, sosiologis, analisis system, atau teori-teori lain yang

mendukung ( Joyce & Weil : 1980 ).

Melalui model pembelajaran seorang guru dapat membantu peserta

didik dalam mendapatkan informasi, ide, ketrampilan, cara berpikir, dan

dapat mengekspresikan ide. Selain itu, juga dapat dijadikan sebagai pola

pilihan, dengan kata lain para guru boleh memilih model pembelajaran

yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan. Model

pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para guru dalam merencanakan kegiatan belajar


(43)

Dalam dunia pendidikan banyak skali model pembelajaran yang

dapat digunakan setiap guru untuk membantu menyampaikan bahan ajar,

salah satunya model pembalajaran kooperatif.

a. Pengertian model pembelajaran kooperatif

Ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis

sosial yaitu pembelajaran kooperatif ( cooperative learning ) dan

pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif merupakan

falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati

terhadap sesama. Dalam hal ini peserta didik bertanggung jawab

terhadap belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada

mereka. Posisi guru bertindak sebagai fasilitator yang memberikan

dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok ke arah hasil yang

sudah disiapkan sebelumnya. Bentuk-bentuk assessment oleh sesama

peserta didik bertujuan untuk melihat hasil prosesnya.

Pembelajaran kooperatif menurut Agus Suprijono ( 2010 : 54 )

merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja

kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru

atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif

dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas

dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan maupun

informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik dalam


(44)

Pendapat yang hampir sama diutarakan Nurhadi ( 2003 : 60 )

bahwa pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi

yang silih asah sehingga sumber belajar bagi peserta didik bukan

hanya peserta didik dan buku ajar tetapi juga sesama peserta didik

yang lain. Selain itu pembelajaran kooperatif juga mengembangkan

interaksi yang silih asuh untuk menghindari kesalahpahaman yang

dapat menimbulkan permusuhan.

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara dalam menyampaikan

materi pelajaran yang dilakukan dengan cara membentuk kelompok

peserta didik. Dalam hal ini guru menjadi fasilitator yang bertugas

membantu dalam penyediaan bahan ajar yang bertujuan untuk

mengembangkan interaksi dan kerja sama antar peserta didik agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai.

b. Unsur-unsur dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson & Johnson,1994 (dalam Trianto,2009:60)

terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:

1) Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam

belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja

sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain.

Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota


(45)

merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil

terhadap suksesnya kelompok.

2) Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif

akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam

hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai

anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan

berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam

kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi

masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan

bantuan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam

belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai

masalah yang sedang dipelajari bersama.

3) Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam

belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal

membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan siswa tidak

dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman

sekelompoknya.

4) Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar

kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang

diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana

berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana

siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide


(46)

5) Proses kelompok. Pelajaran kooperatif tidak akan berlangsung

tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota

kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai

tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

Selain unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran

kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip

yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Menurut

Slavin (1995), prinsip utama dari belajar kooperatif adalah sebagai

berikut:

1) Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok

mencapai kriteria yang ditentukan.

2) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya

kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota

kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk

membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok

telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.

3) Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa

telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar

mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan

tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan

yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok


(47)

c. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif

Menurut Nurhadi (2000), ciri-ciri pembelajaran kooperatif antara lain:

1) Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi

belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang, rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras,

budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan

gender.

3) Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari

masing-masing individu.

d. Tujuan metode pembelajaran kooperatif

Menurut Nurhadi (2003:62) yang menjelaskan bahwa

pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

1) Memudahkan siswa melakukan penyelesaian soal.

2) Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati.

3) Memungkinkan peserta didik saling belajar mengenal sikap,

ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan.

4) Meningkatkan hubungan positif antara peserta didik dengan guru

dan personil sekolah.

e. Keuntungan penggunaan pembelajaran kooperatif

Ada banyak nilai atau keuntungan dalam pembelajaran

kooperatif. Menurut Sugiyanto (2009:43) beberapa keuntungan


(48)

1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,

ketrampilan, informasi, parilaku sosial, dan

pandangan-pandangan.

3) Memudahkan siswa melakukan penyelesaian sosial.

4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial

dan komitmen.

5) Menghilangkan sikap mementingkan diri sendiri atau egois.

6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa

dewasa.

7) Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara

hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.

8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari

berbagai perspektif.

10)Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang

dirasakan lebih baik.

11)Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan

kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial,

agama, dan orientasi tugas.

f. Langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran


(49)

Ibrahim,dkk (2000:10) dalam Trianto (2009:66) menyajikan

langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif No Fase Indikator Tingkah Laku Guru

1 Fase-1 Menyampaikan

tujuan dan

memotivasi.

Guru menyampaikan semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada

pelajaran tersebut dan memotifasi

siswa belajar.

2 Fase-2 Menyajikan

informasi.

Guru menyajikan informasi kepada

siswa dengan jalan demonstrasi

atau lewat bahan bacaan.

3 Fase-3 Mengorganisasikan

siswa ke dalam

kelompok

kooperatif.

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membantu

setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien.

4 Fase-4 Membimbing

kelompok bekerja

dan belajar.

Guru membimbing

kelompok-kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka.

5 Fase-5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yang sudah


(50)

No Fase Indikator Tingkah Laku Guru

kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya.

6 Fase-6 Memberikan

penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun

hasil belajar individu dan

kelompok.

g. Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa metode pembelajaran koopertif yang dapat

dilaksanakan. Robert E. Slavin ( 1995 ) memperkenalkan enam tipe

dalam model pembelajaran kooperatif yaitu :

1) Student Teams Achievement Divisions ( STAD )

Dalam tipe STAD siswa dikelompokkan secara heterogen,

dengan setiap anggota kelompoknya terdiri dari 4-5 orang. Dalam

proses pembelajaran guru memulai dengan mempresentasikan

sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam

kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota

menuntaskan pelajaran tersebut. Dan akhirnya siswa diberi kuis

secara individual tentang materi yang sudah diajarkan. Dari kuis

individual tersebut siswa memperoleh skor individu dan skor

tersbut digunakan untuk menentukan poin perbaikan dengan cara


(51)

lalu. Dari poin perbaikan masing-masing siswa tersebut dalam

setiap kelompok kemudian di jumlah untuk memperoleh skor

kelompok. Kemudian dari rata-rata skor kelompok yang

memenuhi kriteria memperoleh penghargaan kelompok.

2) Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali

dikembangkan oleh Aronson dkk. Dalam tipe ini siswa dibagi

dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Kemudian

masing-masing anggota kelompok di beri tugas untuk

mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Siswa

bertugas menjadi „ahli‟ pada topik yang sama dan mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap ini setiap „ahli‟

dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan

berdiskusi untuk memahami bahan pelajaran. Setelah menguasai

materi yang menjadi bagiannya para „ahli‟ tersebut kembali ke

dalam kelompok masing-masing ( kelompok asal ). Kemudian

mereka bertugas untuk mengajarkan topik tersebut kepada teman

kelompoknya. Kegiatan terakhir dari tipe jigsaw adalah pemberian

kuis atau penilaian untuk seluruh topik atau materi yang sudah

dipelajari siswa. Penilaian dan penghargaan kelompok didasarkan


(52)

3) Team Games Tournament ( TGT )

Team- Games- Tournament (TGT) dikembangkan oleh

Vries, Edwards, Slavin ( 1978,1995 ). Dalam TGT guru juga

menggunakan presentasi kelas dan siswa bekerja dalam

kelompok. Dalam proses pembelajaran TGT hampir sama dengan

pembelajaran STAD. Perbedaan antara kedua tipe tersebut terletak

pada kuis individu. Dalam TGT kuis individu diganti dengan

tournament yang diadakan seminggu sekali. Dalam tournament,

tim beranggotakan tiga orang anggota yang memiliki kemampuan

setara.

4) Team Assited Individualization atau Team Accelerated Instruction

( TAI )

Pembelajaran tipe TAI dikembangkan oleh Slavin,

Leavey, dan Madden ( 1986,1995 ). Tipe ini mengkombinasikan

keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual.

Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara

individual. Maka dari itu dalam kegiatan pembelajaran ini lebih

banyak untuk memecahkan masalah. Ciri yang khas dari tipe ini

setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang

sudah disiapkan oleh guru. Hasil belajar secara individual dibawa

kedalam kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling


(53)

bertanggungjawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung

jawab bersama.

5) Group Investigation

Tipe ini dikembangkan oleh Shlomo dan Sharan (1984).

Proses pembelajaran ini mengorganisasikan siswa dalam

kelompok dengan tujuan untuk mendorong dan memandu siswa

agar terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Tiap kelompok

diberi topik materi tertentu dan diminta untuk menyelidiki materi

tersebut dengan berdiskusi. Tahap-tahap dalam belajar ini antara

lain : pengelompokan („grouping’), tahap perencanaan

(„planing’), tahap penyelidikan („investigation‟), tahap

pengorganisasian („organizing‟), tahap presentasi („presenting‟),

dan tahap evaluasi („evaluating‟).

6) Cooperative Integrated Reading and Composition ( CIRC )

Tipe CIRC dikembangkan oleh Madden, Slavin, dan

Steven (1986,1995). Tipe ini merupakan salah satu model

pembelajaran yang khusus diterapkan pada pembelajaran

membaca dan menulis pada sekolah tinggi atau menengah. Pada

prosesnya, siswa dibagi dalam kelompok berdasarkan kecepatan

membacanya. Dalam kelompok tersebut mereka bertukar

informasi mengenai bacaan yang telah mereka baca, membuat

prediksi bagaimana bagian akhir dari sebuah cerita naratif,


(54)

7. Tim Ahli ( Jigsaw II )

Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin (Roy Killen,1996)

dengan sedikit perbedaan. Dalam belajar kooperatif tipe jigsaw, secara

umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan. Siswa

diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk

dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan

untuk menjadi ahli (expert) pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut.

Setelah membaca dan mempelajari materi “ahli” dari kelompok berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik yang sama dari kelompok lain

sampai mereka menjadi “ahli” dalam konsep yang ia pelajari. Kemudian

kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka

kuasai kepada teman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes (assessment)

yang lain pada semua topik yang diberikan.

Model pembelajaran jigsaw tipe II sudah dikembangkan oleh

Slavin. Ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw I dan

Jigsaw II, dalam tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang

akan menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain ia

dapatkan melalui diskusi dengan teman sekelompoknya. Sedangkan pada

tipe II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara

keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk

menjadi expert. Hal ini untuk gambaran menyeluruh dari konsep yang


(55)

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan Jigsaw II sebagai

berikut:

a. Orientasi

Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan

metode jigsaw II dalam proses belajar mengajar. Mengingatkan

senantiasa percaya diri, kritis, kooperatif dalam model pembelajaran

ini. Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan untuk

memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep.

b. Pengelompokan

Misalkan dalam kelas ada 20 siswa, yang kita tahu kemampuan

matematikanya dan sudah di-ranking (siswa tidak perlu tau), kita bagi

dalam 25% (rangking 1-5) kelompok sangat baik, 25% (rangking

6-10) kelompok baik, 25% selanjutnya (rangking 11-15) kelompok

sedang, dan 25% (rangking 16-20) kelompok rendah.

Selanjutnya kita akan membagi menjadi 5 grup (A-E) dengan

isi tiap-tiap grupnya heterogen dalam kemampuan matematika,

berilah indeks 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, indeks 2

untuk kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok sedang dan indeks 4

untuk kelompok rendah. Misalkan (A1 berarti grup A dari kelompok


(56)

Tiap grup akan berisi

Grup A (A1, A2, A3, A4)

Grup B (B1, B2, B3, B4)

Grup C (C1, C2, C3, C4)

Grup D (D1, D2, D3, D4)

Grup E (E1, E2, E3, E4)

c. Pembentukan dan Pembinaan Kelompok expert

Selanjutnya grup itu dipecah menjadi kelompok yang akan

mempelajari materi yang kita berikan dan dibina supaya jadi expert,

berdasarkan indeksnya.

Kelompok 1 (A1, B1, C1, D1, E1)

Kelompok 2 (A2, B2, C2, D2, E2)

Kelompok 3 (A3,B3, C3, D3, E3)

Kelompok 4 (A4, B4, C4, D4, E4)

Tiap kelompok ini diberi konsep matematika sesuai dengan

kemampuannya. Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang

diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali ke dalam grup

sebagai tim ahli “expert”, tentunya peran pendidik cukup penting dalam fase ini.

d. Diskusi kelompok ahli dalam grup

Ekspertist (peserta didik ahli) dalam konsep tertentu ini,

masing-masing kembali dalam grup semula. Pada fase ini kelima grup


(57)

mempersilahkan anggota grup untuk mempresentasikan keahliannya

kepada grupnya masing-masing, satu persatu dalam proses ini

diharapkan akan terjadi shearing pengetahuan antara mereka.

Aturan dalam fase ini adalah:

1) Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap

anggota tim mempelajari materi yang diberikan.

2) Memperoleh pengetahuan baru merupakan tanggung jawab

bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap anggota

menguasai konsep.

3) Tanyakan pada anggota grup sebelum bertanya kepada pendidik.

4) Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak mengganggu grup

lain.

5) Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan.

e. Tes (penilaian)

Pada fase ini guru memberikan tes tertulis untuk dikerjakan

oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes

ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama. Jika mungkin

tempat duduknya agak dijauhkan.

f. Penghargaan kelompok

Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor

peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh


(58)

rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin

maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa

memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis

mereka melampaui skor dasar mereka.

8. Tinjauan tentang Alat Peraga

Alat peraga menurut Engkoswara (1979:52) merupakan alat bantu

atau pelengkap yang digunakan guru maupun siswa dalam proses

pembelajaran.

Sedangkan menurut Darhim (1984:6) dalam garis-garis Besar

Program Pembelajaran bidang studi matematika, alat peraga matematika

merupakan alat yang dalam penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan

dan isi pembelajaran. Jika ditinjau dari segi wujudnya alat peraga

matematika di kelompokkan sebagai alat peraga benda asli dan alat

peraga benda tiruan. Sedangkan menurut Engkoswara (1979:28) alat

peraga terdiri dari dua jenis yaitu alat peraga yang sudah jadi dan alat

peraga buatan sendiri.

Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk menurunkan

keabstrakan dari konsep, agar siswa mampu dengan mudah menangkap

arti sebenarnya konsep tersebut. Dengan melihat, meraba, dan

memanipulasi alat peraga maka siswa memiliki pengalaman dalam

kehidupan sehari-hari tentang arti yang terkandung dalam suatu konsep.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga


(59)

suatu konsep sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi

yang dipelajari. Dalam penggunaannya alat peraga dibuat semenarik

mungkin agar dapat meningkatkan daya tarik siswa sehingga dapat

memberikan motivasi untuk menggunakannya dalam membantu proses

belajar.

9. Tinjauan Tentang Materi Bangun Ruang Balok dan Kubus

- Bangun Ruang

Bangun ruang adalah bangun tiga dimensi baik berongga

maupun padat. (Shamsudin Baharin, 2007: 8)

- Kubus

1) Pengertian

Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi enam persegi yang

kongruen (Shamsudin Baharin, 2007:73)

2) Sifat-sifat

Perhatikan contoh gambar kerangka kubus ABCD.EFGH di

bawah ini.

Gambar 2.1 kerangka kubus

a) Bidang sisi kubus

Sisi merupakan bidang atau daerah bidang.

E

B C D

A

F G H

titik sudut sisi


(60)

Kubus dibatasi oleh 6 sisi yang berbentuk persegi, yaitu :

- Sisi ABCD

- Sisi EFGH

- Sisi ABFE

- Sisi BCGF

- Sisi DCGH

- Sisi ADHE

b) Rusuk kubus

Rusuk merupakan garis pertemuan antara dua sisi suatu benda

ruang. Dalam suatu kubus terdapat 12 rusuk yaitu:

- Rusuk AB - Rusuk GH

- Rusuk BC - Rusuk EH

- Rusuk CD - Rusuk AE

- Rusuk AD - Rusuk BF

- Rusuk EF - Rusuk CG

- Rusuk FG - Rusuk DH

c) Titik sudut

Titik sudut merupakan garis pertemuan antara dua rusuk atau

lebih. Kubus memiliki 8 titik sudut yaitu:

- A - E

- B - F

- C - G


(61)

3) Menggambar Kubus a) Langkah pertama

Menggambar jajargenjang dengan ukuran sisi panjang

jajargenjang sama dengan panjang rusuk kubus.

b) Langkah kedua

Menggambar dua persegi dengan ukuran panjang sisi persegi

sama dengan panjang rusuk kubus.

c) Langkah ketiga

Hubungkan dua pasang titik sudut dengan rusuk-rusuk yang

belum tergambar. Sehingga akan diperoleh gambar kubus.

Rusuk yang sebenarnya pada umumnya tidak kelihatan,


(62)

4) Menggambar dan membuat jaring-jaring

Untuk menggambar atau membuat jaring-jaring bangun ruang

kubus, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:

a) Siapkan sebuah bangun ruang kubus.

b) Irislah pada setiap sambungan bidangnya tetapi jangan sampai

putus.

c) Rentangkan bidang yang sudah diiris sehingga membentuk

rangkaian bidang. Rangkaian bidang inilah yang merupakan

jaring-jaring bangun ruang kubus. Ada beberapa bentuk

jaring-jaring kubus, salah satunya adalah sebagai berikut:

- Balok

1) Pengertian

Balok merupakan bangun ruang yang dibatasi enam persegi

panjang, berongga atau tidak berongga dan persegi panjang yang


(63)

2) Sifat-sifat

Perhatikan contoh gambar kerangka balok ABCD,EFGH di bawah

ini

Gambar 2.2 kerangka balok

a) Bidang sisi atau sisi balok

Sisi merupakan bidang atau daerah bidang. Sebuah balok

dibatasi oleh 6 buah bidang atau sisi yang berbentuk persegi

panjang, sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan kongruen.

Sisi-sisi tersebut dalah:

- Sisi ABCD - sisi BCGF

- Sisi EFGH - sisi CDHG

- Sisi AEFB - sisi ADHE

b) Rusuk balok

Rusuk merupakan garis pertemuan dua sisi suatu benda ruang.

(Shamsudin Baharin, 2007:128)

titik sudut

A B

C D

E F

G H

sisi rusuk


(64)

Dalam suatu bangun ruang balok terdapat 12 rusuk yaitu :

- Rusuk AB - Rusuk GH

- Rusuk BC - Rusuk EH

- Rusuk CD - Rusuk AE

- Rusuk AD - Rusuk BF

- Rusuk EF - Rusuk CG

- Rusuk FG - Rusuk DH

c) Titik sudut

Titik sudut merupakan titik pertemuan antara dua rusuk atau

lebih. (Shamsudin Baharin, 2007: 155)

Sebuah balok memiliki 8 titik sudut yaitu :

- A - E

- B - F

- C - G

- D - H

3) Menggambar Balok a) Langkah pertama

Menggambar jajargenjang dengan ukuran sisi panjang

jajargenjang sama dengan ukuran panjang balok dan ukuran


(65)

b) Langkah kedua

Menggambar dua buah persegi panjang dengan ukuran

panjang persegi panjang sama dengan ukuran tinggi balok dan

lebar persegi panjang sama dengan ukuran panjang balok.

c) Langkah ketiga

Hubungkan dua pasang titik sudut dengan rusuk-rusuk yang

belum tergambar. Sehingga diperolehlah sebuah gambar

balok. Karena rusuk yang sebenarnya pada umumnya tidak

kelihatan, maka rusuk tersebut digambar dengan garis


(66)

4) Menggambar dan Membuat jaring-jaring Balok

Untuk menggambar atau membuat jaring-jaring balok,

langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Siapkan sebuah bangun ruang balok

b) Irislah pada setiap sambungan bidangnya tetapi jangan sampai

putus.

c) Rentangkan bidang yang sudah diiris tersebut sehingga

membentuk suatu rangkaian bidang. Rangkaian bidang ini

merupakan jaring-jaring bangun ruang balok.

Ada beberapa bentuk jaring-jaring balok, salah satunya adalah

sebagai berikut:

B. Kerangka Berpikir

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang

balok dan kubus maka memerlukan pemilihan model pembelajaran yang

tepat. Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dengan

bantuan alat peraga dan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada


(67)

Disamping pemilihan model pembelajaran yang tepat, keberhasilan

siswa dalam meningkatkan hasil belajar dapat dilakukan dengan cara bekerja

secara kelompok dengan guru yang bertindak sebagai fasilitator. Dengan

demikian diharapkan akan terjadi interaksi atau kerja sama antar siswa. Pada

proses pembelajaran ini, siswa akan mendapatkan pengalaman secara

langsung melalui diskusi kelompok.

Pengalaman langsung melalui diskusi kelompok diharapkan dapat

meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran matematika khususnya

materi bangun ruang balok dan kubus serta dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Jika seorang guru menguasai dan memahami teori belajar dengan baik,

dapat memilih dan menggunakan media dengan baik, mampu memahami

faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar, dan menguasai materi

yang harus disampaikan pada siswa maka hasil belajar siswa akan baik atau

meningkat.

Dalam penelitian ini akan diterapkan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw II dengan bantuan alat peraga dan LKS sebagai upaya untuk

meningkatkan hasil belajar siswa sehingga tercapai ketuntasan belajar.

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul


(68)

telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai

berikut:

Pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

II dengan bantuan alat peraga dan LKS dapat meningkatkan hasil belajar

matematika pada materi bangun ruang balok dan kubus kelas IV semester II


(69)

49 BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan

deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan adalah data tertulis yang terdiri dari

data lembar pengamatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, data tes hasil

belajar siswa, dan data lisan hasil wawancara dengan siswa.

Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan segala kejadian dan

menginterpretasikan data dalam bentuk uraian secara kualitatif, sedangkan data

yang berupa angka-angka atau skor akan dianalisis secara kuantitatif.

A. Tempat dan Waktu Pengambilan Data

1. Tempat Penelitian

Proses penelitian dilaksanakan di kelas IV SD Kanisius Minggir,

Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman.

2. Waktu Pengambilan Data.

Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2014

B. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah guru dan siswa kelas IV semester genap tahun

ajaran 2013-2014 SD Kanisius Minggir sebanyak 20 siswa yang terdiri


(70)

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Dengan model

pembelajaran kooperatif diharapkan siswa dapat terlibat aktif dalam proses

pembelajaran. Selain itu terdapat juga keaktifan siswa yang diamati

dengan lembar pengamatan dan hasil belajar siswa melalui tes matematika.

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel independen (variabel bebas)

Variabel bebas merupakan variabel yang oleh peneliti diperkirakan

menjadi penyebab berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah implementasi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

2. Variabel dependen (variabel terikat)

Variabel terikat merupakan variabel yang muncul atau berubah

karena mendapat pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah keaktifan siwa dalam mengikuti

pembelajaran dan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

D. Bentuk Data

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil tiga macam data. Adapun


(1)

(2)

(3)

(4)

Dokumentasi Penelitian

Siswa bekerja dalam kelompok Guru berkeliling mengamati pekerjaan siswa dalam kelompok

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

Siswa membantu teman lain Suasana siswa saat mengikuti dalam kelompok Tes Evaluasi


(5)

338

LAMPIRAN I

Lampiran I1

: Surat Keterangan Telah Melaksanakan

Penelitian


(6)

Surat Ijin Penelitian


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsaw siswa kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi

0 3 122

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep sumber daya alam melalui penerapan model pembelajaran cooperative tipe STAD

0 6 134

Peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui pendekatan realistik pada pokok bahasan pecahan

2 17 79

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

3 43 0

Upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 3 melalui metode pembelajaran kooperatif tipe TGT : teams games tournament di MI Darul Muqinin Jakarta Barat

0 29 169

Upaya meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan bilangan pecahan melalui pembelajaran kontekstual pada siswa kelas III SD Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 6 0

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair square pada materi ruang dimensi tiga untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Baubau

1 3 12

Perbandingan aktivitas dan hasil belajar siswa antara model kooperatif tipe Jigsaw dan tipe Stad pada pokok bahasan usaha dan energi di SMP Muhammadiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 89