Praktik Diskursus Wacana KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

commit to user Hal ini bisa dilihat pada Bab V Analisis Dimensi Meso tentang penilaian respondenpartisipan penelitian dan pada Bab VI Analisis Dimensi Sosio Kultural atas aktualitas maupun perubahan realitas yang dimuat pada kebanyakan item newsticker tentang bencana Merapi Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis penelitian tersebut, penyusun menyimpulkan bahwa isi teks newsticker bencana Merapi Yogyakarta di tvOne tak lain adalah wacana discourse sebagai hasil konstruksi pekerja media yang bersangkutan atas peristiwa dan dampak bencana Merapi yang diberitakannya. Newsticker tersebut ternyata lebih sebagai konstruksi realitas, bukan sekadar representasi realitas, atas obyek yang diberitakannya.

B. Praktik Diskursus Wacana

Sedangkan genre interpretasi dari Lindlof, ikut mendasari penyusun menganalisis hasil penelitian pada dimensi Meso praktik produksi dan konsumsi newsticker tvOne tentang bencana Merapi Yogyakarta. Salah satu dasar teoritisnya yang paling jelas adalah teori perencanaan teks, yang digunakan untuk mengidentifikasi maksud redaksi tvOne dan faktor-faktor ekstralinguistik yang terdapat dalam pemroduksian teks. Wodak, dkk mengasumsikan dimensi sosial-psikologis, kognitif dan linguistik dalam pemroduksian teks haruslah dipertimbangkan. Dimensi sosial- psikologis terdiri atas berbagai strategi untuk menerima realitas yang dipelajari sebagai bagian dari proses sosialisasi, yang meliputi budaya, keanggotaan gender dan kelas serta situasi tuturan, bersama juga dengan kepribadian atau psiko-patogenesis sebagai faktor penentu individu. Dari prakondisi sosial-psikologis ini, akan didapatkan ‘kerangka-kerangka’ dan ‘skema-skema’ untuk membuat struktur maupun persepsi mengenai realitas. 145 Kerangka dipahami sebagai pola global yang merangkum pengetahuan 145 Titscher, Stefan. et.al. 2009. Op. Cit. hal.253-254 commit to user umum kita tentang beberapa situasi, sehingga dengan demikian kerangka merupakan citra atas sebuah situasi tertentu yang tersimpan dalam ingatan kita. Sedangkan skema adalah pola nyata atas perealisasian konkret sebuah situasi atau teks. Sewaktu menganalisis rantai intertekstual, kita bisa melihat bagaimana struktur dan isinya ditransformasikan. Menurut Beaugrande Dressler untuk pemroduksian teks, ‘rencana’ sangatlah penting. Rencana merupakan pola-pola yang menggiring ke arah tujuan yang diinginkan. Begitu pula yang cukup penting adalah ‘naskah’ yang menstabilkan rencana yang –setelah sering digunakan—mampu menentukan peran dan tindakan yang diharapkan para komunikator. 146 Selanjutnya Fairclough dan Wodak meringkas tentang prinsip-prinsip ajaran Analisis Wacana Kritis sebagai berikut: 1 membahas masalah-masalah sosial, 2 mengungkap bahwa relasi-relasi kekuasaan adalah diskursif, 3 mengungkap budaya dan masyarakat, 4 bersifat ideologi, 5 bersifat historis, 6 mengemukakan hubungan antara teks dan masyarakat, serta 7 bersifat interpretatif dan eksplanatori. 147 Dalam konteks sehari-hari AWK digunakan untuk membangun kekuasaan baru, ilmu pengetahuan baru, regulasi dan normaslisasi serta hegemoni pengaruh suatu bangsa terhadap bangsa lain. Berkaitan dengan studi dan analisis teks serta ucapan untuk menunjukkan sumber diskursif, yaitu kekuatan, kekuasaan, ketidaksetaraan, ketidakadilan dan prasangka. Dalam kaitan ini Habermas dengan lebih rinci mengatakan, teks adalah peristiwa tempat sesuatu diceritakan. Latihan diskursif dalam proses pemroduksian teks merujuk pada aturan, norma, perasaan, sosialisasi yang spesifik dalam hubungannya dengan penerima pesan dan penerjemah pesan. Hal ini berguna untuk menentukan bagaimana individu berfikir, bertindak dan berbicara dalam berbagai posisi kehidupan sosial. Konteks sosial adalah tempat wacana terjadi. AWK selalu melibatkan kekuasaan dan ideologi, 146 Titscher, Stefan. et.al. 2009. Log. Cit. 147 Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal.51-52 commit to user seperti konteks masa lalu yang dihubungkan dengan konteks masa sekarang. 148 AWK dapat diinterpretasi berlainan, bahkan betolak belakang, yang tergantung pada latar belakang, pengetahuan dan posisi kekuasaan seseorang. AWK juga berwawasan dan berfungsi membentuk pengetahuan dalam konteks yang spesifik, yang menghasilkan interpretasi dengan memandang efek kekuasaan dari wacana kritis tanpa menggeneralisasikan pada konteks lain. Van Dijk mengemukakan, cara untuk melakukan analisis wacana kritis tidak mempunyai kesatuan kerangka teoritis atau metodologi tertentu, tetapi tergantung pada pemusatan pemikiran dan keterampilan-keterampilan yang berguna untuk menganalisis teks didasari latar belakang ilmu pengetahuan dan daya nalar. 149 Oleh karena itu, peneliti yang berbeda bisa jadi menghasilkan temuan dan penafsiran yang berbeda pula. Newman W Lawrence mengatakan, dalam penelitian kritis tidak dapat dihindari unsur subyektifitas, ketika menafsirkan suatu teks, pengalaman, latar belakang budaya peneliti, pendidikan, afiliasi politik, bahkan keberpihakan yang memengaruhi hasil interpretasi. 150 Studi analisis wacana bukan sekadar mengenai pernyatan, tetapi juga struktur dan tata aturan dari wacana. Realitas dipahami di sini sebagai seperangkat konstruk yang dibentuk melalui wacana. Realitas itu sendiri tidak bisa didefinisikan, jika kita tidak mempunyai akses dengan pembentukan struktur diskursif tersebut. Kita mempersepsi dan bagaimana kita menafsirkan obyek dan peristiwa 148 Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal. 53 149 Ibid. hal. 54 150 Eriyanto.2001. Op. Cit. hal. 62 commit to user dalam sistem makna, tergantung pada struktur diskursif. Menurut Foucault 151 , struktur diskursif ini akan membuat obyek atau peristiwa terlihat nyata oleh kita. Struktur wacana realitas, tidaklah dilihat sebagai sistem yang abstrak dan tertutup. Analisis praktik kewacanaan diskursus dipusatkan pada bagaimana teks diproduksi dan dikonsumsi. Ada beberapa cara mendekatinya. Jika materi empiris berupa artikel surat kabar, peneliti bisa menyelidiki kondisi pemroduksian surat kabar newsticker, jenis proses apakah yang dilalui suatu teks sebelum diterbitkan, dan perubahan-perubahan apa yang dialami selama proses itu? Menurut Fairclough mungkin dia bisa melacak jalinan antartekstual teks, tempat teks yang sama bisa dipandang dalam sederet versi. Sewaktu menganalisis rantai intertekstual, kita bisa melihat bagaimana struktur dan isinya ditransformasikan dan bisa mulai merumuskan hipotesis mengenai kondisi pemroduksian yang menghasilkan versi-versi yang berbeda. Pada titik ujung pengonsumsian dilakukan penelitian terhadap khalayak, untuk mengetahui bagaimana pembaca menginterpretasikan teks-teks yang dihasilkan. 152 Berdasarkan cara yang dikemukakan Fairclough itulah, penyususn melakukan analisis terhadap newsticker tentang bencana Merapi Yogyakarta. Karena pada prinsipnya, newsticker tidak berbeda dengan artikel surat kabar. Proses penyusunan teks lebih mirip dengan isi media cetak, meski dalam penayangannya di media televisi tetap memperhatikan keterbatasan dan kelebihan media audiovisual sebagai bagian media elektronika. Untuk itu, penyusun melakukan observasi mendalam pada ruang redaksi Divisi Newsticker Website tvOne sebagai tempat pengelolaan newsticker, sekaligus melakukan wawancara tak terstruktur pada petugas yang tengah bekerja dan kepada Aries Margono, selaku Manajer Divisi. Selain itu untuk melengkapi diskursus, penyusun juga mewawancarai 10 responden warga terdampak Merapi. 151 Eriyanto.2001. Op. Cit. hal.73 152 Jorgensen, Marianne W dan Louise J. Philips. 2007.Op. Cit. hal.149 commit to user

C. Praktik Sosio-Kultural