commit to user
C. Praktik Sosio-Kultural
Terakhir, penyusun menganalisis hasil penelitian pada level praktik Sosio Kultural untuk menjawab genre tindakan sosial dari Lindlof. Pertama,
Fairclough menganjurkan untuk melakukan eksplorasi hubungan antara praktik kewacanaan dan tatanan wacana. Kedua, tujuan yang ingin dicapai adalah
memetakan hubungan kultural, sosial dan non-wacana serta struktur yang menyusun konteks lebih luas dari praktik kewacanaan.
Halliday mengemukakan, dalam arti yang sangat umum, sebuah teks merupakan peristiwa sosiologis, sebuah pertemuan semiotis melalui makna-
makna berupa sistem sosial yang sedang dipertukarkan. Anggota-anggota individu adalah pemakna,. Melalui tindakan-tindakan pemahaman antara
individu bersama pemakna individu lainnya realitas sosial diciptakan, dijaga dalam urutan yang baik dan secara terus menerus disusun dan dimodifikasi.
Fitur esensial sebuah teks adalah adanya interaksi.
153
Dengan memandang wacana sebagai praktik sosial, ada hubungan dialektis antara praktik diskursif tersebut dengan identitas dan relasi sosial.
Analisis sosiocultural practice didasarkan pada asumsi bahwa konteks sosial yang ada di luar media, memengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam media.
Sosiocultural practice ini memang tidak berhubungan langsung dengan produksi teks, tetapi menentukan bagaimana teks diproduksi dan dipahami.
Menurut Fairclogh, sosiocultural practice menentukan teks dimediasi melalui discourse practice yang meliputi 2 hal: 1 bagaimana teks tersebut
diproduksi, dan 2 bagaimana cara pandang khalayak mengkonsumsi dan menerima teks tersebut. Untuk itu Fairclogh membuat tiga level analisis pada
sosiocultural practice, yakni level situasional, institusional dan sosial.
154
Konteks sosial, bagaimana teks diproduksi di antaranya memperhatikan aspek situasional ketika teks tersebut diproduksi. Teks dihasilkan dalam suatu
153
Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal.190
154
Eriyanto.2001. Op. Cit. hal 321-325
commit to user
kondisi atau suasana yang khas dan unik, sehingga suatu teks bisa jadi berbeda dengan teks yang lain. Kalau wacana dipahami sebagai suatu tindakan, maka
tindakan itu sesungguhnya adalah upaya untuk merespons situasi atau konteks sosial tertentu.
Level institusional melihat bagaimana pengaruh institusi organisasi dalam praktik produksi wacana. Institusi ini bisa berasal dalam diri sendiri, bisa juga
berupa kekuatan-kekuatan eksternal di luar media yang menentukan proses produksi berita. Faktor institusi yang penting adalah yang berhubungan
dengan ekonomi media.
Karena berpretensi agar menarik khalayak sebanyak-banyaknya, wartawan yang memproduksi berita harus menciptakan ‘berita yang baik’ untuk dibaca
dan disukai oleh banyak orang. Tema yang diangkat dipilih, disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan khalayak. Untuk menarik perhatian khalayak
dan pada akhirnya pengiklan, pemberitaan juga melakukan dramatisasi isu sehingga menarik minat untuk membaca dan melihat berita.
Selain itu, persaingan antar media dapat juga menjadi faktor yang menentukan bagaimana berita diproduksi. Bentuk intervensi institusi ekonomi
lain adalah modal atau kepemilikan terhadap media. Media menjadi tidak sensitif dengan berita-berita yang berkaitan atau mempunyai hubungan dengan
pemilik modal. Kepemilikan ini juga harus dihubungkan secara luas dengan jaring-jaring kapitalisme yang merambah dan memasuki bidang apa saja.
Faktor institusi lain yang berpengaruh pula adalah politik. Pertama, institusi politik yang memengaruhi kehidupan dan kebijakan yang dilakukan
oleh media. Kedua, institusi politik dalam arti bagaimana media digunakan oleh kekuatan-kekuatan politik yang ada dalam masyarakat. Bentuk ekstrim
dari media ini adalah media partisan, yang sengaja dibentuk untuk mendukung gagasan atau kekuatan politik tertentu dengan menggunakan media sebagai
alatnya.
Level terakhir adalah faktor sosial, yang sangat berpengaruh terhadap wacana yang muncul dalam pemberitaan. Bahkan Fairclough menegaskan,
wacana yang muncul dalam media ditentukan oleh perubahan masyarakat. Dalam level sosial, budaya masyarakat turut menentukan perkembangan dari
wacana media. Aspek sosial lebih melihat pada aspek makro seperti sistem politik, sistem ekonomi, atau sistem budaya masyarakat secara keseluruhan.
D. Analisis Intertekstual