commit to user
197
BAB VIII KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sesuai rumusan masalah dan tujuan penelitian tesis ini, serta uraian hasil dan pembahasannya, maka kesimpulan penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut:
1. Konstruksi Berita Bencana Alam pada Dimensi Level Teks
Konstruksi teks baik ideasional, relasional maupun identitas pada isi newsticker tvOne di keseluruhan tema: laporan peristiwa, pemberitahuan pihak
terkait, peringatan bahaya, laporan tindakan dan laporan simpati bantuan tentang bencana Merapi Yogyakarta dalam pengelolaanya ternyata sangat
dipengaruhi oleh: a.
Aspek Kualitas Berita Karena sifat newsticker sebagai berita terkini dan tujuan Redaksi yang
ingin menghadirkan berita mutakhir ter-update, agaknya aspek kualitas berita menjadi pas-pasan, bahkan cenderung asal ada.
Terutama mengenai keakuratan dan kemurnian fakta, karena beberapa hal. Antara lain: terbatasnya peliputwartawan yang bertugas di lapangan dan nara
sumber, kesempatan check recheck yang dibatasi waktu tayang dan kondisi medan yang berat, dan bercampurnya pendapat peliputwartawan –juga penulis—
dengan fakta yang terjadi. Umumnya pengelolaan newsticker bencana Merapi ini, hanya mengejar
terpenuhinya unsur-unsur Pedoman Penulisan yang dibuat oleh Manajer Divisi.
commit to user
Misalnya aktual, time concern dan baru, sebagai bagian aspek kualitas berita, dapat diakui masyarakat –dalam posisinya sebagai pembaca konsumen
newsticker-- terdapat hampir pada keseluruhan newsticker yang dianalisis. Sedangkan untuk unsur memiliki kedekatan dan menyangkut kepentingan
umum nyaris secara otomatis terpenuhi, karena sifat pemberitaan bencana. Tetapi tidak demikian halnya dengan unsur pertama kali, prestisius, menyangkut tokoh,
unik, relevan, mengandung misi dan bermanfaat, hasil penelitian menunjukkan kadang masih ada yang belum dipenuhi dalam setiap tayangan newsticker bencana
Merapi Yogyakarta ini. Sebagaimana diungkap John Fiske, meskipun berita televisi umumnya
dianggap sebagai metode paling objektif tanpa perantara penyampaian informasi, seperti pemrograman lain, tetapi ia memiliki agenda, gaya bahasa, persyaratan
dan tujuan sendiri. “Memberikan definisi dasar dari berita sebagai informasi faktual yang pemirsa butuhkan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat kita,
hanyalah setengah cerita,” tulis Fiske, yang dikutip penyusun dalam bab VII.
b. Perubahan Realitas
Sebagian besar isi berita dari keseluruhan newsticker tvOne termasuk aktual dari sisi perubahan realitas, terlebih pada berita bencana Merapi yang
nyaris setiap saat terjadi perubahan realitas yang mendadak. Karenanya hampir sebagian besar masyarakat Yogyakarta mengandalkan berita dari newsticker untuk
mengetahui kondisi terkini. Baik mengenai peristiwa alam yang terjadi, atau peringatan, dan
tindakan untuk korban bencana, warga yang terdampak dan masyarakat luas, maupun penanganan dan bantuan dari pihak-pihak terkait, semuanya dimuat
commit to user
dalam isi teks newsticker yang memang ditujukan sebagai berita terkini dan aktual untuk penggambaran perubahan realitas.
Meski demikian, keunggulan newsticker –khususnya di tvOne—sempat ternodai oleh keterlambatan pergantian tayang dan membuat panik masyarakat
dalam mengantisipasi dampak perubahan realitas yang terjadi. Dalam hal ini,
penyusun melihat penyebab akibat kurangnya kesigapan peliput maupun Redaksi
dalam check recheck dan konfirmasi ke nara sumber untuk keakuratan berita. Inilah sisi negatif penempatan aktualitas sebagai ujung tombak kehandalan
newsticker. c.
Faktor-faktor Sosial Budaya Dari analisis faktor-faktor sosial budaya, ternyata hanya sedikit sekali
pembuatan newsticker yang dipengaruhi. Antara lain pada informasi yang memuat pernyataan Sultan Hamengku Buwono X selaku Raja sekaligus Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Mbah Maridjan sebagai Juru Kunci Gunung Merapi, yang keduanya merupakan tokoh panutan masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.
Kearifan lokal, sebagai salah satu faktor sosial budaya, yang ingin dicapai melalui tayangan newsticker ini, ditujukan agar dapat menyadarkan para warga akan
bahaya yang mengancam. Pada sebagian besar newsticker tidak didapati gambaran faktor-faktor
sosial budaya, namun berita-berita tentang tewasnya warga akibat erupsi Merapi tentu memengaruhi jiwa massa sebagai salah satu faktor sosial. Sehingga
masyarakat makin dicekam kekhawatiran dan kepanikan, terhadap terjadinya letusan Merapi dengan berbagai dampaknya.
Meskipun demikian newsticker tetap dapat efektif dan aktual kendati
commit to user
terdapat pengaruh budaya Jawa semisal ‘alon-alon asal kelakon’, yang apabila konteksnya adalah waspada, tidak ‘grusa-grusu’, dan ‘kesusukemrusung’
terkait bencana, sehingga keselamatan manusia lebih diutamakan. Terlebih juga, hal ini dikarenakan sifat newsticker yang sangat aktual dan kebutuhan informasi
yang segera. 2.
Konstruksi Berita Bencana Alam pada Dimensi Praktik Diskursus Wacana
a. Level Produsen
Sebagaimana yang diinginkan Redaksi tvOne dalam kebijakannya,
newsticker tentang bencana Merapi Yogyakarta ini dapat aktual dipandang dari
aspek kualitas berita dan perubahan realitas, karena ditayangkan hanya beberapa saat setelah terjadinya berbagai dampak bencana.
Selain sebagai upaya pencapaian kriteria tvOne sebagai Televisi Berita, newsticker juga digunakan untuk mengakomodir perlunya informasi yang mampu
mengonstruksi cepatnya perubahan realitas menyangkut penderitaan banyak orang dalam waktu lama. Hal ini mestinya kian menguatkan konstruksi realitas yang
dibangun media baca: tvOne dalam tayangan berita khususnya newsticker, sebagai salah satu fungsi sosial media.
Tetapi di sisi lain, justru karena berita harus aktual, proses dan makna
realitas sosial sebagaimana adanya menurut penyusun menjadi relatif. Sebab hasil
analisis penelitian menunjukkan, penggambaran isi berupa garis besarnya menjadikan newsticker belum cukup menjelaskan situasi.
Untuk itulah dalam memproduksi dan menyiarkan tayangan, tvOne
commit to user
juga berusaha mengakomodir kepentingan semua segmen pasarnya. Termasuk soal peran masyarakat dalam pembuatan newsticker, terutama untuk memberi
masukan bahan berita. Redaksi tvOne tetap berusaha memanfaatkan kearifan lokal, dalam
mempertimbangkan pemroduksian newsticker sebagai bagian dari faktor-faktor sosial budaya. Hal ini terbukti ampuh digunakan dalam pemberitaan sebagai
upaya memengaruhi masyarakat setempat saat mengonstruksi realitas. b.
Level Konsumen Ketika semua responden penelitian memberikan pendapatnya yang
nyaris serupa, agar masyarakat mengetahui sebanyak-banyaknya informasi yang
selalu di-update setiap waktu, penyusun sempat terkejut karena ternyata
keberadaan newsticker telah demikian memasyarakat. Terlebih dengan pemahaman mereka yang ilmiah.
Bencana Merapi yang melahirkan perubahan realitas yang begitu cepat, menyebabkan masyarakat memerlukan informasi yang dapat di-update untuk
mengonstruksi realitas tersebut. Meski sebagian besar responden mengakui perubahan realitas sosial seharusnya sangat memengaruhi pertimbangan
pembuatan newsticker, tetapi sebagian yang lain menyatakan sebagai pemirsa belum merasakan adanya pengaruh tersebut terhadap newsticker tvOne.
Keterlambatan penggantian newsticker pada perubahan zona bahaya yang sempat membuat panik masyarakat dan menimbulkan gelombang
pengungsian swadaya, adalah contoh kesalahan yang dilakukan redaksi tvOne akibat semata mengutamakan kecepatan informasi, bukan kejelasan isi berita yang
mendalam. Di sisi lain, hal ini juga menunjukkan kesalahan masyarakat yang
commit to user
begitu cepat mengambil keputusan, tanpa menunggu kejelasan pada berita utama yang lebih lengkap.
3. Konstruksi Berita Bencana Alam pada Dimensi Level Praktik Sosio-Kultural
Kebijakan Redaksional tvOne untuk menggunakan newsticker sebagai media informasi terkini, dari sudut pandang praktik sosio-kultural --berdasarkan
pandangan para ahli yang diwawancarai— bukanlah sebuah pilihan. Tetapi menjadi keharusan sebagai bagian dari pertanggungjawaban media terhadap
masyarakat, lantaran informasi memang perlu segera diketahui masyarakat. Namun newsticker tidak dapat dijadikan sebagai strategi komunikasi
media, hanyalah ‘jualan’ untuk menarik perhatian pemirsa karena adanya kompetitor televisi berita lain. Akibat kandungan isi berita tidak mendalam,
sekadar memenuhi aktualitas yang menjadi basis utama televisi berita. Pernyataan Redaksi tentang aktual dan perubahan realitas yang tetap
menjadi pertimbangan penulisan, terbantahkan karena keterbatasan karakter pada newsticker membuat penggambaran realitas pada jawaban pertanyaan mengapa
dan bagaimana tidak cukup menjelaskan. Sehingga sering pemirsa menangkap pengonstruksian realitas media berdasarkan opini wartawanpenulis isi newsticker,
bukan sesuai fakta sebagaimana adanya. Tingginya
tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap
televisi, membuktikan kebutuhan masyarakat pada berita televisi juga masih besar.
Karena terbatasnya waktu, kebutuhan berita yang aktual diperoleh melalui newsticker cukup memuaskan keingintahuan mereka. Terlebih saat bencana
Merapi Yogyakarta, masyarakat terdampak bencana membutuhkan informasi mutakhir segera untuk memandu mereka bertindak.
commit to user
Menurut para pakar, perkembangannya sangat masif. Juga karena dekat dengan Yogya, sehingga kepedulian masyarakat semakin nyata. Namun mestinya
newsticker juga memberikan gambaran lengkap sekitar Merapi, karena selama ini bantuan terfokus Yogya. Padahal Boyolali juga butuh, tetapi kurang diperhatikan.
Konstruksi realitas media yang digambarkan newsticker akan dapat lebih efektif, bukan disebabkan penayangan terus menerus, melainkan dari banyaknya
bahan berita yang tersedia hasil liputan reporter langsung di tempat kejadian. Laporan pandangan mata hasil observasi reporter live report di berbagai titik
seputar wilayah kejadian akan melengkapi penggambaran konstruksi realitas. Bukan sekadar hasil wawancara nara sumber, yang dapat menambah kredibilitas
media dalam melakukan konstruksi realitas. Secara sosiologis, media punya peran sosial sebagai mediator yang harus
dikembangkan. Televisi perlu mengembangkan mekanisme, agar pemirsa dapat interaktif mencarikan informasi yang dibutuhkan masyarakat. Kebutuhan
masyarakat juga perlu dipertimbangkan media, terutama untuk kepentingan media sendiri sebagai pengonstruksi realitas. Hal ini perlu disadari oleh media.
B. Implikasi