commit to user
nilai dan sifat ketegantungan, merupakan karakteristik pokok dalam komunikasi politik.
Komunikasi politik yang strategis
101
, berarti memanfaatkan potensi di empat area utama: pengetahuan situasional, penentuan tujuan, kompetensi
komunikasi, dan manajemen kecemasan kontrol, sebagai basis, untuk mengembangkan keterampilan komunikasi dalam konteks lingkungan yang
dinamis.
B. Penelitian yang Relevan
Realitas sosial yang subjektif menyediakan dasar bagi tindakan sosial untuk memastikan pemeliharaan dan ketekunan dari kenyataan yang objektif,
termasuk realitas yang melembaga. Fokus realitas sosial pertama yang dikonstruksi berhubungan dengan kultur dan masyarakat, sedangkan yang
berikutnya adalah pengaruh media.
102
Pengamatan sosial terbaik digambarkan sebagai suatu orientasi terhadap proses teori yang terjadi di dalam situasi sosial. Secara lebih spesifik, riset
pengamatan sosial mengoperasikan stimulus semisal informasi dengan tanggapan misalnya suatu dugaan. Juga berfokus pada proses teori, yang
menengahi hubungan antara informasi sosial dan dugaan.
103
Kajian analisis wacana kritis tentang pertarungan wacana media dengan
101
O’Hair, Dan dkk.2009. Strategic Communication, In Business and the Professions. Edisi Keenam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 30.
102
Payne
,
Gregg A., PhD Dozier, David, PhD: Police Behavior and Public Perceptions of
Justice: A Study of Media Effects on Reality Construction; Journal of Humanities Social Sciences, Vol. 1 Issue 2, 2007
103
Shrum, L.J; Media Consumptuion and Perceptions of Social Receptions, Effects and Underlying Processes; in “The Impilications of Survey Method for Measuring Cultivation
Effects”; Journal of Human Communication Research; Vol. 33; 2007.
commit to user
pendekatan kualitatif yang dibuat Sumarjo
104
sebagai tesis yang menggambarkan bagaimana cara pandang wartawan Harian Radar Gorontalo RG dalam
menyusun berita dua kandidat Isra dan Ridha pada Pemilukada Bone Bolango. Dengan menggunakan metode analisis wacana kritis dari Teun A Van
Dijk yang menggabungkan ketiga dimensi wacana teks, kognisi sosial dan konteks sosial, penelitian ini akan menjawab pencitraan yang dilakukan RG dan
mewacanakan figur pasangan kandidat tersebut dalam pemberitaannya melalui pendekatan kognisi sosial social cognitive approach.
Dalam dimensi teks akan diteliti bagaimana struktur teks dan strategi wacana pada teks berita RG dalam konteks di atas, melalui pembedahan enam
struktur tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik dan retoris yang direkomendasi Van Dijk. Pertarungan wacana antara kandidat dalam Pemilukada
Bone Bolango sungguh terasakan di RG, karenanya peneliti melakukan analisa terhadap kumpulan berita atas masing-masing kandidat untuk membongkar motif
di balik makna teks yang ditulis wartawan RG tersebut. Dalam wacana berita tentang Ridha Ruwaida Mile, terlihat wartawan
sangat berjarak dan sengaja mengalami delegitimasi. Sedangkan dalam pemberitaan tentang Isra Ismet
Mile, wartawan seolah cenderung mengkultuskan. Kognisi sosial wartawan tidak tampak untuk menghadirkan
suasana yang berimbang, menggambarkan ideologi dan keberpihakan wartawan terhadap Isra dan upaya untuk ‘mengalahkan’ Ridha.
Pertarungan wacana sesungguhnya telah berpindah dari pertarungan antar calon di masyarakat, menjadi pertarungan antar wartawan yang meliput
104
Sumarjo. 2010. Pertarungan Wacana Media Analisis Berita Kandidat ‘Isra’ dan ‘Ridha’ pada Pemilukada Bone Bolengo dalam Harian Radar Gorontalo. Tesis. Jurnal Inovasi, Vol.7, No.2, 2
Juni 2010
commit to user
kegiatan Isra dan Ridha. Dukungan media yang ditunjukkan oleh pemilihan angle beritanya terhadap Isra, sering mengabaikan etika jurnalisme yang lazim.
Ironisnya, media cenderung membiarkan masyarakat dalam ‘kebodohan’ dengan mengajukan atau menguatkan opini. Padahal seharusnya, tugas media salah
satunya untuk mencerdaskan masyarakat. Kognisi sosial wartawan dalam pemberitaan tersebut tampak sudah
mengalami distorsi, yang mengaburkan pandangan wartawan dalam memberi informasi sebenarnya. Hal ini juga dapat diduga, sesuai pesanan Calon Bupati
kepada wartawan, agar diwacanakan positif. Peran media dalam perang opini menuju Pemilukada sangat kental dalam pemberitaan RG, selama April 2010.
Wartawan dalam memandang suatu peristiwa dan memandang suatu masalah didasarkan pada mental kognisi atau pikiran tertentu, yang secara jelas
dapat dilihat pada topik yang dimunculkan dalam berita. Dalam Pemilukada Bone Bolango pertarungan wacana tidak hanya sampai pada level kandidat, namun juga
pada kognisi para wartawan. Karena peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda oleh wartawan yang berbeda, dan ini dapat diamati dalam pemberitaan.
Kajian kontruksi realitas sosial tentang seks dan representasi perempuan dengan pendekatan kualitatif, sebuah penelitian tesis Soemandoyo
105
yang menggambarkan bagaimana media televisi mengangkat tayangan “Fenomena,
Hitam Putih dan Sisi Gelap” dengan perspektif feminis. Metode analisis wacana yang digunakan menghubungkan antara dimensi
teks, konteks sosial, dan kognisi sosial. Analisis teks yang dilakukan dengan
105
Soemandoyo. 2007. Konstruksi Realitas Sosial Tentang Seks dan Representasi Perempuan Studi Analisis Wacana Kritis dalam Tayangan “Fenomena Hitam Putih dan Sisi Gelap” di
TransTV. Tesis.
commit to user
analisis pembingkaian framing model Pan dan Kosicki, telah disesuaikan dengan
mengacu pada dimensi pembingkaian itu sendiri, yaitu seleksi dan penonjolan. Analisis dilakukan per-adegan scene.
Pada tayangan Fenomena The Journey episode ”Sang Lelaki,” konstruksi realitas atas seks difokuskan pada pengungkapan pentingnya
keperkasaan lelaki dalam hubungan seksual. Makna keperkasaan laki-laki akhirnya berkorelasi dengan hubungan kekuasaan yang represif, yang
menempatkan perempuan selaku objek. Usaha ”Sang Lelaki” membuat dirinya perkasa adalah bagian peneguhan ideologi patriarki laki-laki.
Tayangan Hitam Putih episode ”Pesona Hiburan ala Thai,” konstruksi realitas terfokus pada seks sebagai bagian faktor pendukung pariwisata di
Thailand. Perempuan menjadi objek tidak terpisahkan dari proses komodifikasi dan transaksi bisnis seks.
Tayangan Sisi Gelap episode ”Seks Pinggir Jalan” menunjukkan, perempuan dikonstruksikan sebagai objek. Terbukti dari bingkai yang dihasilkan,
perempuan adalah pelampiasan seksual kaum lelaki, baik dalam posisi sebagai kekasih maupun pekerja seks komersial di pinggir jalan. Perempuan tidak mampu
bargaining dalam mengambil posisi. Di sisi lain, stasiun televisi menampilkan realitas sosial dengan mencoba berlindung di balik ketaatan etika dan peraturan
dengan melakukan rekayasa, manipulasi, dan trik-trik. Ketiga tayangan yang diteliti hadir pada konteks sosial, menggambarkan
tayangan seks semakin marak di tayangkan televisi swasta. Reaksi sosial muncul dari masyarakat dan lembaga penyiaran, seperti KPI. Representasi perempuan
yang tampil dalam tiga tayangan mengindikasikan, perempuan sebagai pihak yang
commit to user
tersubordinat, inferior atau pihak yang didominasi dan terobjektifikasi. Tayangan-tayangan tersebut ditafsirkan sebagai bentuk wahana transmisi
ideologi patriarki dan merupakan aktualisasi ideologi dalam tayangan televisi. Padahal, ketiganya adalah produk jurnalistik, yang sudah sewajarnya disusun
dengan pendekatan kaidah jurnalistik, tidak melanggar etika dan norma, serta disepakati bersama sebagai produk intelektual.
Sementara itu, penelitian tesis tentang “Perempuan Sebagai Calon Legislatif Pemilu 5 April 2004 di Media Televisi” yang dilakukan Octaviany
106
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Analisis Wacana dengan paradigma kritis dari Norman Fairclough. Analisis teks yang digunakan berdasar
model Pan dan Kosicki. Dari frame yang ditemukan, MetroTV –stasiun televisi yang
mengukuhkan diri sebagai Election Channel— menonjolkan keterwakilan perempuan dalam politik perlu lebih mendapatkan perhatian. Banyak caleg
perempuan berkualitas dengan visi dan misi yang jelas, harus terhadang kendala- kendala budaya patriaki.
Ketiga penelitian di atas tentu mempunyai persamaan, yakni menggunakan pendekatan kualitatif dan dengan paradigma kritis. Sementara
perbedaannya terletak pada motode penelitiannya, dalam penelitian Soemandoyo menggunakan metode Analisis Wacana, sedangkan Sumarjo dan Octaviany
menggunakan metode Analisis Wacana Kritis. Soemandoyo menggunakan Teori Perspektif Feminis yang mengacu
pada analisis framing dengan model Pan dan Kosicki dengan menggabungkan
106
Octaviany. 2004. Perempuan sebagai Calomn Legislatif Pemilu 5 April 2004 di Media Televisi Studi Analisis Wacana Kritis dalam Tayangan “Perempuan dan Pemilu” di Metro TV. Tesis.
commit to user
ketiga dimensi wacana, Sumarjo menggunakan metode Teun A Van Dijk juga dengan menggabungkan ketiga dimensi wacana, dan Octaviany menggunakan
metode Norman Fairclough dengan analisis teks model Pan dan Kosicki juga. Dari penjelasan ketiga penelitian di atas, terlihat penelitian yang
penyusun lakukan memiliki sedikit perbedaan. Meski sama menggunakan metode Analisis Wacana Kritis dari Norman Fairclough, yang digunakan penyusun
menggunakan model dengan penekanan empat level: level teks, level produsen dan level konsumen dimensi praktik diskursus, serta level praktik sosiokultural.
Tabel 1. Rincian penelitian sebelumnya dan sedang diteliti
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Subyek Penelitian
Teori Utama
Hasil
Sumarjo Pertarungan
Wacana Media
Analisis Berita
Kandidat ‘Isra’ dan
‘Ridha’ pada Pemilukada
Bone Bolengo
dalam Harian Radar
Gorontalo Kualitatif,
Perspektif Kritis,
Metode Analisis
Wacana Kritis
Pemberitaan Pemilukada
pada Harian Radar
Gorontalo Teori Wacana
Kritis Teun A Van Dijk
Wartawan dalam memandang suatu
peristiwa dan memandang suatu
masalah didasarkan pada mental
kognisi atau pikiran tertentu,
yang secara jelas dapat dilihat pada
topik yang dimunculkan dalam
berita. Pertarungan wacana
sesungguhnya telah berpindah dari
pertarungan antar calon di
masyarakat, menjadi
pertarungan antar wartawan yang
meliput kegiatan Isra dan Ridha.
Soemandoyo Konstruksi
Realitas Sosial
Tentang Seks dan
Representasi Perempuan
Kualitatif, Perspektif
Kritis, Metode
Analisis Wacana
Tayangan Televisi
”Fenomena, Hitam Putih
dan Sisi Gelap”
Teori Perspektif
Feminis dengan
analisis framming.
Analisis teksnya
menggunakan Representasi
perempuan yang tampil dalam tiga
tayangan mengindikasikan
perempuan sebagai pihak yang
tersubordinat, inferior atau pihak
commit to user
model Pan dan Kosicki
yang didominasi dan terobjektifikasi.
Tayangan-tayangan tersebut ditafsirkan
sebagai bentuk wahana transmisi
ideologi patriarki dan merupakan
aktualisasi ideologi dalam tayangan
televisi. Padahal ketiganya
adalah produk jurnalistik yang
sudah sewajarnya disusun dengan
pendekatan kaidah jurnalistik yang
baku, tidak melanggar etika dan
norma serta disepakati bersama
sebagai sebuah produk intelektual.
Octaviany Perempuan
Sebagai Calon
Legislatif Pemilu 5
April 2004 di Media
Televisi Kualitatif,
Perspektif Kritis,
Metode Analisis
Wacana Kritis
Program Acara
“Perempuan dan Pemilu”
di Stasiun Televisi
METRO- TV
CDA Norman Fairclough.
Analisis Teks yang
digunakan berdasarkan
model Pan dan Kosicki
Hasilnya dari frame yang ditemukan
bahwa “METROTV”,
stasiun televisi yang mengukuhkan diri
sebagai Election Channel,
menonjolkan keterwakilan
perempuan dalam politik perlu lebih
mendapatkan perhatian.
Banyak caleg perempuan
berkualitas dengan visi dan misi yang
jelas, harus terhadang kendala
yang disebabkan budaya patriaki.
Penelitian ini memakai paradigma
kritis. Produksi teks yang
diteliti cerminkan ideologi pengelola
“METROTV” yang berfungsi sebagai
perpanjangan tangan kelompok
pemegang kekuasaan,
commit to user
sehingga isi media tidak bertentangan
dengan kepentingan mereka.
Azhmy Fawzi
Mahyddin Konstruksi
Realitas Media dalam
Pemberitaan Bencana
Alam di Newsticker
Televisi Berita
Kualitatif, Paradigma
Kritis, Metode
Analisis Wacana
Kritis
Tayangan Newsticker
tentang Bencana
Gunung Merapi
Yogyakarta di
tvOne
Analisis Wacana Kritis
model Norman
Fairclough, dengan
Analisis empat level: level
teks, level produsen dan
konsumen dalam dimensi
Discourse Practice, dan
level dalam dimensi
Sociocultural Practice.
Wawancara Mendalam
dengan Pengamat
media, Pemerhati
Televisi Budaya Massa
dan Sosiolog, serta
perwakilan masyarakat
terdampak, juga dengan
Redaksi
tvOne
1 Untuk perubahan realitas
yang digambarkan newsticker, menurut
masyarakat tergolong aktual
karena dapat mengetahui
informasi lebih cepat dan relevan
dengan peristiwa, 2 Untuk
pengonstruksian realitas media pada
praktik wacana, didapat belum
cukup menjelaskan situasi karena hanya
garis besar, 3 Untuk praktik
sosiokultural dalam memengaruhi
keberadaan yang berhubungan
dengan konteks di luar teks dan
konteks wacana newsticker
pemberitaan bencana, didapat
pemirsa kerap menangkap
pengonstruksian realitas media
berdasar opini wartawanpenulis
newsticker, bukan sesuai fakta, dan 4
Untuk hubungan intertekstual tiap
dimensi berkaitan peranan newsticker,
kadang dapat ditujukan sebagai
bagian kegiatan sosial dan kadang
juga menunjukkan konstruksi realitas
sosial.
Sumber: Analisis Penelitian Relevan
commit to user
C. Kerangka Berpikir