Pengaruh Kegiatan Sosial KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

commit to user “Jika pertanyaannya apakah newsticker mengubah budaya orang Jawa, wah, ini sih terlalu jauh hubungannya. Hal ini tidak tampak nyata. Tetapi dengan newsticker ini kepedulian terhadap Yogya meningkat, barangkali benar. Selain karena orang Jawa banyak dan banyak pula bukan orang Jawa yang sekolah dan besar di Yogya, sehingga memiliki keterkaitan dengan Yogya,” jelas Widja. Hasil wawancara, 3 Desember 2011.

E. Pengaruh Kegiatan Sosial

Tindak lanjut dari konstruksi realitas media yang dilakukan newsticker, tvOne juga berupaya mewujudkan konstruksi sosial untuk masyarakat. Sebagai representasinya, ditujukan kepada warga terdampak bencana gunung Merapi di Yogyakarta dan sekitarnya dengan membuka dompet kemanusiaan melalui pengumpulan dana pemirsa. Hal ini sejalan dengan Kebijakan Yayasan “Satu untuk Negeriku” dari Grup tvOne, yang diakomodir Aries dalam pernyataannya, “Sebagai bagian dari aktivitas sosial, tvOne juga membuka dompet kemanusiaan untuk masyarakat yang terdampak bencana gunung Merapi. Sebagian dana yang terkumpul dari pemirsa tersebut, digunakan untuk membangun huntara hunian sementara bagi para pengungsi. Ini diharapkan juga menjadi representasi praktik konstruksi sosial dengan membantu pemerintah merelokasi dan merehabilitasi warga di lokasi bencana,” jelas Aries panjang lebar. Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011. Karena segala kegiatan pemberitaan –termasuk newsticker— merupakan kegiatan sosial dalam segenap aspek masyarakat dan pemberitaan media merupakan hasil konstruksi realitas yang dilakukan redaksinya. Terkadang newsticker juga ditujukan sebagai identitas konstitusi, akibat peningkatan peran media massa yang banyak melahirkan tindakan konstitusi. Karena dapat ditujukan sebagai bagian dari kegiatan sosial dan menunjukkan konstruksi realitas sosial, hampir semua responden menyatakan jarak dan status sosial ikut memengaruhi keterlibatan masyarakat untuk newsticker. commit to user “Benar, status sosial dan jarak sangat memengaruhi keterlibatan masyarakat dalam penayangan newsticker. Bahkan juga ditujukan sebagai bagian dari kegiatan sosial dan menunjukkan konstruksi realitas,” jawab Wiryawan Sarjono. Hasil wawancara, 3 Oktober 2011. “Tentu saja, itu pasti sekali. Terutama untuk jarak, sangat memengaruhi reaksi seseorang untuk bertindak. Sedangkan status sosial, tidak begitu memengaruhi,” dukung Asrul Zain Asy’ari. Hasil wawancara, 1 Oktober 2011. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, para pakar yakin sepenuhnya hanya Redaksi yang melakukan pengelolaan newsticker. Masyarakat tidak berperan, tidak terlibat dan tidak menentukan dalam pembuatan naskah berita pada newsticker. Karena itu, status dan jarak sosial sama sekali tidak memengaruhi keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan, kecuali sekadar menonton dan menyimak tayangannya. “Newsticker adalah cara lain yang dilakukan dalam menghadirkan informasi terkini. Tetapi tidak sebagai bagian aktivitas sosial dan tidak merupakan representasi praktik konstruksi sosial, karena pemilihan tema yang diangkat pada newsticker tidak terlalu penting menurut sisi pertimbangan pembaca,” tegas Netti. Hasil wawancara, 8 Oktober 2011. “Dampak kepada khalayak dan ‘mempertimbangkan dan merespon masukan’ merupakan wilayah yang tak cukup ditanggapi dengan pendapat atau opini. Itu harus dibuktikan. Harus dilakukan riset – dan karena saya tak melakukan riset itu, maka saya –maaf– tak bisa menjawabnya,” kilah Veven . Hasil wawancara, 8 Oktober 2011. “Saya kira, kalau kasusnya adalah bencana Merapi Yogya, bisa dilihat dari berapa orang yang menghubungi untuk menegaskan berita dan mencari kontak personal melalui jaringan tvOne. Khusus untuk Yogya, kita bisa lihat orang Yogya sendiri bisa mandiri menghadapi bencana Merapi. Masyarakat bisa mengurus diri sendiri,” tambah Widja. Hasil wawancara, 3 Desember 2011.

F. Pengaruh Kepercayaan Masyarakat