commit to user
kondisi atau suasana yang khas dan unik, sehingga suatu teks bisa jadi berbeda dengan teks yang lain. Kalau wacana dipahami sebagai suatu tindakan, maka
tindakan itu sesungguhnya adalah upaya untuk merespons situasi atau konteks sosial tertentu.
Level institusional melihat bagaimana pengaruh institusi organisasi dalam praktik produksi wacana. Institusi ini bisa berasal dalam diri sendiri, bisa juga
berupa kekuatan-kekuatan eksternal di luar media yang menentukan proses produksi berita. Faktor institusi yang penting adalah yang berhubungan
dengan ekonomi media.
Karena berpretensi agar menarik khalayak sebanyak-banyaknya, wartawan yang memproduksi berita harus menciptakan ‘berita yang baik’ untuk dibaca
dan disukai oleh banyak orang. Tema yang diangkat dipilih, disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan khalayak. Untuk menarik perhatian khalayak
dan pada akhirnya pengiklan, pemberitaan juga melakukan dramatisasi isu sehingga menarik minat untuk membaca dan melihat berita.
Selain itu, persaingan antar media dapat juga menjadi faktor yang menentukan bagaimana berita diproduksi. Bentuk intervensi institusi ekonomi
lain adalah modal atau kepemilikan terhadap media. Media menjadi tidak sensitif dengan berita-berita yang berkaitan atau mempunyai hubungan dengan
pemilik modal. Kepemilikan ini juga harus dihubungkan secara luas dengan jaring-jaring kapitalisme yang merambah dan memasuki bidang apa saja.
Faktor institusi lain yang berpengaruh pula adalah politik. Pertama, institusi politik yang memengaruhi kehidupan dan kebijakan yang dilakukan
oleh media. Kedua, institusi politik dalam arti bagaimana media digunakan oleh kekuatan-kekuatan politik yang ada dalam masyarakat. Bentuk ekstrim
dari media ini adalah media partisan, yang sengaja dibentuk untuk mendukung gagasan atau kekuatan politik tertentu dengan menggunakan media sebagai
alatnya.
Level terakhir adalah faktor sosial, yang sangat berpengaruh terhadap wacana yang muncul dalam pemberitaan. Bahkan Fairclough menegaskan,
wacana yang muncul dalam media ditentukan oleh perubahan masyarakat. Dalam level sosial, budaya masyarakat turut menentukan perkembangan dari
wacana media. Aspek sosial lebih melihat pada aspek makro seperti sistem politik, sistem ekonomi, atau sistem budaya masyarakat secara keseluruhan.
D. Analisis Intertekstual
Ada konsensus umum dari ide-ide yang diselenggarakan para analis dan peneliti, seperti Galtung dan Ruge 1973
155
, atas kategori peristiwa yang harus dipenuhi untuk menjadi berita yang layak. Misalnya, durasi waktu antara
melanggar cerita dan cakupan, jelas merupakan faktor kunci yang membantu
155
Hartley, John. 1982. Op. Cit. hal.91
commit to user
untuk menghasilkan citra berita televisi yang up-to menit. Inilah juga yang menjadi penyebab tayangan newsticker hingga saat ini
menjadi tayangan berita yang diunggulkan aktualitasnya, sekaligus sebagai salah
satu pembentuk citra tvOne sebagai televisi berita. Format newsticker yang
sederhana membuatnya lebih mudah diperbarui dan tampil terus menerus sesuai perubahan realitas yang terjadi, sehingga mampu memenuhi kriteria sebagai
Televisi Berita. Seperti dicatat Marshall McLuhan
156
, media adalah pesan. Masing- masing memiliki tata bahasa media sendiri serta bias dan kodifikasi realitas
dengan caranya sendiri khususnya. Dengan demikian, media yang berbeda melaporkan peristiwa yang sama, akan menciptakan kesan yang berbeda dan
pesan yang berbeda. Kosakata yang digunakan oleh wartawan dan cara yang digunakan juga
berperan dalam membangun realitas untuk disajikan dalam program berita. Faktor-faktor linguistik tidak hanya relevan pada program berita televisi, namun
umumnya di semua jenis media populer. Hal ini terlihat dalam banyak presentasi yang menggambarkan konstruksi realitas.
Konstruksi Sosial Realitas adalah premis yang sangat dasar untuk mengetahui cara dan alasan individu memandang dunia dengan cara tertentu dan
mengetahui pula peran media dalam membentuk pandangan. Sementara realitas menggabungkan gagasan yang memiliki eksistensi independen objektif atau pada
kenyataannya, sedangkan konstruksi sosial realitas pada dasarnya menerima ‘pengalaman’ subyektif dari realitas yang baik melalui liputan media atau
156
Hartley, John. 1982. Log. Cit
commit to user
penyataan media. Konsep Konstruksi Sosial Realitas merupakan dampak sasaran yang
mungkin paling dramatis dan mendasar dari media massa. Untuk menunjukkan media benar-benar mewakili pengetahuan masyarakat, dari suatu peristiwa atau
dalam beberapa kasus. Juga untuk mengandaikan individu yang tidak dapat membedakan antara
kejadian-kejadian nyata dan dimediasi, tentu menunjukkan pandangan kuat peran media. Tak pelak, media bahkan membuat seluruh budaya dikenal sebagai
budaya pop, yang berisi selera mayoritas publik.
157
Media mainstream menyampaikan, secara eksplisit maupun implisit, pesan ideologis sekitar isu-isu, seperti sifat dari kehidupan yang baik dan mungkin tidak
secara langsung bertanggungjawab untuk menciptakan nilai-nilai dan sikap, melegitimasi dan memperkuat mereka. Selain itu, terbukti media memiliki
pengaruh besar dalam politik dan membentuk perubahan sosial. Berita sebagai bentuk realisme, umumnya dianggap telah dikerjakan dan
dipilih secara hati-hati atas orang-orang maupun kejadian untuk mendapatkan realitas yang lebih kompleks dan lebih lengkap. Berita televisi, bagaimana pun
tidak terdiri hanya dari pemilihan acara untuk muncul sebagai item, tetapi pada sintagmatik pemilihan cara penyajian harus merupakan hasil vokalisasi oleh
seorang wartawan untuk disajikan pada program berita. Ini adalah titik terjadinya mayoritas konstruksi realitas.
Dalam mengkonstruksikan realitas, kegiatan komunikasi yang dilakukan antar individu melalui media dipengaruhi oleh faktor-faktor innocently, internality
157
Shapiro Lang, A. 1991. Membuat Realitas Televisi: Sadar dalam Proses Konstruksi Realitas Sosial. Penelitian Komunikasi. Vol. 18Thn V, hal.685-705.
commit to user
dan externality, para pihak mendayagunakan bahasa strategi signing, mengatur fakta strategi framing dan menyesuaikan waktu yang tepat untuk menyampaikan
pesan strategi priming.
158
Praktik komunikasi memproduksi realitas melalui media newsticker ini semakin kentara, karena wacana discourse yang dihasilkan –baik dalam bentuk
text berupa tulisan, gambar, atau talk berupa tindakan, maupun artifact berupa bangunan, tata letak yang akan dimediasikan.
Kemudian Fairclough secara umum berusaha menghubungkan antara analisis teks pada level mikro dengan konteks sosial yang lebih besar,
sociocultural practice. Pada tahap analisis, ketiga tahapan itu dilakukan secara bersama. Analisis teks bertujuan mengungkap makna. Discourse practice juga
memediasi teks dengan konteks sosial budaya sociocultural practice. Artinya hubungan antara sosio-kultural dengan teks bersifat tidak langsung.
159
Teks yang dimediasi oleh proses wacana berhubungan dengan tahap interpretasi, selanjutnya teks yang dimediasi oleh konteks sosiokultural
berhubungan dengan tahapan eksplanasi. Menurut Fairclough, interpretasi dihasilkan melalui kombinasi, apa yang ada dalam teks dengan apa yang ada
dalam penafsir. Dua hal yang menjadi lahan interpretasi adalah interpretasi teks dan interpretasi konteks.
Eksplanasi digunakan untuk memberi penjelasan mengenai hubungan fitur- fitur tekstual yang heterogen beserta kekomplekan proses wacana dengan
proses perubahan sosiokultural, baik perubahan masyarakat, institusional dan kultural. Tujiuan tahapan eksplanasi adalah untuk memotret sebagai bagian
dari proses sosial dan sebagai praktik sosial yang menunjukkan bagaimana wacana ditentukan oleh struktur sosial.
160
158
Hamad, Ibnu. 2010. Op. Cit. hal.41
159
Eriyanto.2001. Op. Cit. hal.326
160
Darma, Yoce Aliah. 2009. Op. Cit. hal.79-80
commit to user
Analisis wacana ini, terutama memusatkan perhatian pada bagaimana wacana dan perubahan sosial. Fairclough banyak dipengaruhi Foucault dan
pemikiran intertekstualitas Julia Kristeva dan Bakhtin.
161
Wacana di sini dipandang sebagai praktik sosial, dengan demikian berarti ada hubungan antara
praktek diskursif tersebut dengan identitas dan relasi sosial. ©
161
Eriyanto.2001. Op. Cit. hal. 17
commit to user
197
BAB VIII KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan