Pengaruh Realitas KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

commit to user 164 BAB VI ANALISIS DIMENSI SOSIOKULTURAL Ini merupakan analisis pendapat nara sumber penelitian hasil wawancara, yang berhubungan dengan konteks di luar teks dan konteks untuk mengkonfirmasi dimensi faktor-faktor sosiokultural yang dipertimbangkan tatkala memproduksi tayangan newsticker tentang bencana Merapi Yogyakarta di tvOne.

A. Pengaruh Realitas

Bencana adalah sebuah wacana yang layak dikonstruksi media, karena besarnya peristiwa dan dampak yang ditimbulkan bagi masyarakat. Terlebih bencana gunung Merapi Yogyakarta sebagai salah satu bencana terbesar di Indonesia dan berlangsung dalam waktu yang lama. Namun karena newsticker hanya berisi informasi singkat, belum menjawab mengapa dan bagaimana proses terjadinya peristiwa dan dampak yang menimpa masyarakat, sehingga hanya mampu menimbulkan minat ingin tahu dalam berita utama yang lengkap. Mengenai hal ini, Manager Divisi Newsticker Website tvOne menyatakan, kalau realitas bencana gunung Merapi layak menjadi wacana yang menggambarkan konstruksi realitas media pada newsticker, sebagaimana berikut: “Karena tema wacana newsticker yang menjadi fokus tayangan ditetapkan pada rapat Dewan Redaksi, berdasarkan kepentingan publik yang akan mempertinggi nilai berita, sehingga realitas tersebut layak jual dalam melengkapi berita utama,” sahut Aries Margono beralasan. Aries Margono, wawancara, 19 Mei 2011 Hal ini disetujui konsumen newsticker tvOne melalui beberapa responden warga terdampak Merapi, yang diwakilkan dalam kutipan di bawah ini: commit to user “Menurut saya, newsticker juga ditujukan sebagai bagian dari kegiatan sosial dan menunjukkan konstruksi realitas. Perubahan realitas yang terjadi memengaruhi pembuatannya, meski untuk berita-berita tertentu belum menggambarkan realitas yang sebenarnya,” ujar Wiryawan Sarjono. Hasil wawancara, 3 Oktober 2011. Kendati redaksi menyatakan aktual dan perubahan realitas tetap menjadi pertimbangan penulisan, namun karena keterbatasan karakter pada newsticker membuat penggambaran realitas pada jawaban pertanyaan mengapa dan bagaimana tidak cukup menjelaskan. Hal ini dijelaskan para pakar sebagai berikut: “Intisari penggambaran realitas adalah jawaban pertanyaan mengapa dan bagaimana. Sedangkan yang sering terjadi merupakan konstruksi realitas mendasarkan pada opini wartawanpenulis naskah newsticker, padahal seharusnya sangat terhubung pada faktual sebagaimana adanya,” terang Dr. Mulharnetti Syas. Hasil wawancara, 8 Oktober 2011 “Terkait strategi sebagai televisi berita ataukah demi pemberitaan bencana semata, saya rasa dua pilihan tujuan ini kurang ada relevansinya. Televisi manapun bisa dan biasa melakukannya. Seperti tadi saya sebut di awal: TVRI pernah melakukan – dan TVRI bukanlah televisi berita. Demi bencana belaka? Saya rasa, kalau kita tengok running text itu, tak sebatas bencana yang ditampilkan. Juga kecelakaan lalulintas, atau aktivitas parlemen, dan lain- lain,” sanggah Veven Sp. Wardhana, M.Hum. Hasil wawancara, 8 Oktober 2011. “Khusus untuk bencana Merapi, perkembangannya sangat masif. Juga karena dekat dengan Yogya, sehingga tingkat kepeduliannya menjadi semakin nyata. Inilah pentingnya newsticker yang memberikan informasi terakhir, seperti soal kebutuhan yang bisa diberikan masyarakat. Namun mestinya newsticker juga memberikan gambaran lengkap di sekitar Merapi, karena selama ini bantuan terfokus pada Yogya, padahal Boyolali juga butuh tetapi kurang diperhatikan,” tandas Widjajanti Mulyono – Santoso, PhD. Hasil wawancara, 3 Desember 2011.

B. Pengaruh Akurasi Isi