commit to user
Menurut para pakar, perkembangannya sangat masif. Juga karena dekat dengan Yogya, sehingga kepedulian masyarakat semakin nyata. Namun mestinya
newsticker juga memberikan gambaran lengkap sekitar Merapi, karena selama ini bantuan terfokus Yogya. Padahal Boyolali juga butuh, tetapi kurang diperhatikan.
Konstruksi realitas media yang digambarkan newsticker akan dapat lebih efektif, bukan disebabkan penayangan terus menerus, melainkan dari banyaknya
bahan berita yang tersedia hasil liputan reporter langsung di tempat kejadian. Laporan pandangan mata hasil observasi reporter live report di berbagai titik
seputar wilayah kejadian akan melengkapi penggambaran konstruksi realitas. Bukan sekadar hasil wawancara nara sumber, yang dapat menambah kredibilitas
media dalam melakukan konstruksi realitas. Secara sosiologis, media punya peran sosial sebagai mediator yang harus
dikembangkan. Televisi perlu mengembangkan mekanisme, agar pemirsa dapat interaktif mencarikan informasi yang dibutuhkan masyarakat. Kebutuhan
masyarakat juga perlu dipertimbangkan media, terutama untuk kepentingan media sendiri sebagai pengonstruksi realitas. Hal ini perlu disadari oleh media.
B. Implikasi
Sesuai judul “Konstruksi Realitas Media Dalam Pemberitaan Bencana Alam di Newsticker Televisi Berita Studi Analisis Wacana Kritis Bencana
Gunung Merapi Yogyakarta pada Newsticker di tvOne” Tesis ini mempunyai implikasi terhadap teori Konstruksi Realitas Sosial yang dibangun Media.
Secara teoritis, konstruksi sosial adalah cara bagaimana realitas baru dapat dikonstruksi oleh media melalui isi tayangan newsticker dan dapat diterima
commit to user
pemirsa televisi sebagai wujud realitas media yang lebih komprehensif dari realitas sosial yang dialami. Dalam pandangan Konstruksi Sosial menurut Berger
dan Luckmann 1966, 1990 mengatakan terciptanya konstruksi sosial melalui tiga momen dialektis, yakni eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi.
162
Eksternalisasi sebagai bagian dari penyesuaian pemahaman pemirsa dengan kondisi realitas sosial yang sebenarnya, sedangkan obyektivasi sebagai
interaksi sosial dalam dunia intersubyekstif yang memengaruhi pemahaman masing-masing pemirsa terhadap isi newsticker, serta internalisasi sebagai upaya
individu mengidentifikasikan pemahamannya atas isi newsticker sesuai maksud Tim Penanggulangan Bencana maupun lembaga–lembaga sosial di sekitarnya.
Bertolak dari paradigma komunikasi Hidayat, 1999: 34
163
, kajian ini memperkuat constructivism paradigm di mana realitas sosial bisa dilihat sebagai
hasil konstruksi sosial, di mana kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif. Dalam penjelasan ontologis, realitas sosial yang dikonstruksi berlaku sesuai
konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Dari keseluruhan reaksi warga terdampak bencana Merapi atas isi
tayangan newsticker, kasus terjadinya kepanikan dalam gelombang pengungsian swadaya akibat keterlambatan tayangnya newsticker tentang perubahan zona
aman merupakan contoh paling nyata dari paradigma konstruktivis. Realitas kepanikan pengungsian merupakan hasil konstruksi isi newsticker yang salah,
sehingga kebenaran realitas sosial tersebut sungguh bersikap relatif meski dinilai relevan oleh warga terdampak bencana tersebut sebagai pelaku sosial.
Sedangkan dalam konteks epistemologi, pemahaman tentang suatu
162
Bungin, H.M. Burhan. Op.Cit. hal. vi
163
Ibid. hal.5.
commit to user
realitas merupakan produk interaksi antara peneliti dengan obyek yang diteliti. Dalam konteks aksiologi, peneliti sebagai passionate participation, fasilitator
yang menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial. Sedangkan tujuan penelitian ialah rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan
pelaku sosial yang diteliti. Dimensi teks newsticker tentang wacana pemberitaan bencana alam –
khususnya bencana gunung Merapi Yogyakarta— sebagai obyek yang diteliti memberikan pemahaman kepada peneliti tentang hasil konstruksikan realitas yang
terjadi, sesuai asumsi dasar hubungan antara struktur mikro teks dan struktur makro hubungan sosial dan masyarakat yang bersifat dialektis dalam tujuan
penelitian ini. Dalam konteks aksiologi peneliti –yang menjembatani keragaman
pemahaman subyektivitas warga terdampak bencana selaku pelaku sosial— mendapatkan makna realitas sosial menjadi relatif. Karena menurut separuh
responden hanya menggambarkan garis besar realitas, sehingga belum cukup menjelaskan situasi. Bahkan sebagian responden menyatakan, sama sekali belum
menggambarkan realitas sosial yang sebenarnya. Konstruksi Realitas Sosial adalah premis yang sangat dasar untuk
mengetahui cara dan alasan individu memandang dunia dengan cara tertentu dan mengetahui pula peran media dalam membentuk pandangan. Dari hasil
wawancara penyusun dengan responden warga terdampak bencana gunung Merapi, terbukti mereka masih sangat besar tingkat kepercayaannya terhadap
newsticker, lantaran dianggap berita televisi tersebut aktual dan cukup berhasil membangun gambaran realitas sebagaimana yang terjadi.
commit to user
Seperti yang telah diuraikan dalam Bab Pembahasan Bab IV, V, VI dan VII dan poin Kesimpulan di atas –meski terdapat beberapa kekurangan peran
newsticker dalam membangun konstruksi sosial di media, menurut beberapa responden maupun pengamat— namun secara umum tetap dianggap aktual karena
menggambarkan perubahan realitas beberapa saat setelah terjadinya bencana. Kekurangan yang terdapat pun lebih disebabkan karena terbatasnya jumlah
karakter newsticker, sehingga belum menggambarkan realitas sosial yang sebenarnya dengan utuh melalui jawaban mengapa dan bagaimana.
Konsep Konstruksi Realitas Sosial merupakan dampak sasaran yang mungkin paling dramatis dan mendasar dari media massa. Hal ini dapat kita lihat
pada contoh kasus akibat terjadinya keterlambatan tayangnya pergantian zona bahaya, menampilkan dampak yang dramatis dari pengaruh media massa.
Kepanikan dan kerepotan masyarakat yang melakukan pengungsian swadaya secara mandiri saat itu sungguh tak terbayangkan Redaksi, mengingat
keterlambatan newsticker tersebut hanya beberapa saat dan telah dikoreksi.
164
Konsep Konstruksi Realitas Sosial juga bermanfaat untuk mengandaikan individu, yang tidak dapat membedakan antara kejadian-kejadian nyata dan
dimediasi, tentu menunjukkan pandangan kuat peran media. Seperti yang terlihat saat Redaksi mewawancarai Sultan dan Mbah Maridjan untuk mendorong warga
mau mengungsi, newsticker yang ditampilkan adalah hasil mediasi dalam kearifan lokal demi menyelamatkan warga terdampak bencana tersebut.
Dengan demikian, implikasi penelitian ini terhadap teori Konstruksi Realitas Sosial oleh Media adalah membuktikan betapa isi tayangan newsticker
164
Shapiro Lang A. Log. Cit
commit to user
yang sederhana sebagai hasil Karya Jurnalistik terbukti telah mampu ikut berperan dalam Konstruksi Realitas Media, sesuai judul dan tujuan penelitian yang
diharapkan peneliti penyusun tesis.
C. Saran