commit to user
Stanley Fish, seperti dijelaskan pada Bab II, telah memiliki pengaruh penting dalam penelitian media interpretif. Karena komunitas interpretif memiliki
pemaknaannya sendiri untuk media, Thomas Lindlof menyoroti tiga genre konunitas tersebut yang mendasari tipe umum hasil-hasil yang diciptakan oleh
interaksi dalam komunitas interpretif. Yakni: 1 isi, 2 interpretasi dan 3 tindakan sosial.
1 Genre isi terdiri atas tipe-tipe program dan media lain yang dikonsumsi komunitas. Salah satu kelompok berbagi ketertarikan dalam sebuah
program televisi, seperti newsticker. Tidaklah cukup bila komunitas memiliki ketertarikan bersama dalam salah satu jenis isi media, tetapi
kelompok tersebut juga harus memiliki pemaknaan yang sama untuk isi tersebut.
2 Genre interpretasi berkembang di sekitar pemaknaan bersama. Anggota sebuah komunitas menafsirkan isi program dan media lain dengan cara
yang sama. Pengaruhnya pada perilaku mereka, terutama apa yang mereka katakan tentang media dan bahasa yang digunakan untuk menjelaskannya
adalah sama.
3 Genre tindakan sosial adalah tatanan perilaku bersama terhadap media yang bersangkutan, termasuk bukan hanya bagaimana isi media
dikonsumsi kapan dan dimana isi media tersebut dibaca atau dilihat tetapi juga cara-cara isi media tersebut memengaruhi perilaku anggota
komunitas itu. Misal, bagaimana hubungan antar anggota dipengaruhi oleh media, apakah jenis isi tertentu membantu hubungan itu dan apakah orang-
orang saling berbicara tentang apa yang mereka lihat atau baca itu?
139
A. Dimensi Teks Newsticker tvOne
Genre isi dari Lindlof
140
inilah yang mendasari penyusun menganalisis hasil penelitian pada level dimensi teks newsticker tvOne. Suatu teks penuh
makna bukan hanya karena mempunyai struktur tertentu –suatu kerangka yang menentukan dan mendukung bentuk— tetapi juga karena teks itu berhubungan
dengan teks lain. Sebuah teks lahir dari teks-teks lain dan harus dipandang sesuai tempatnya dalam kawasan tekstual.
139
Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Op. Cit.hal. 420-421
140
Sobur, Alex. 2009. Op. Cit. hal.54
commit to user
Bagi Fairclough, analisis teks sendiri tidaklah memadai bagi analisis wacana, juga tidak bisa menjelaskan hubungan antara struktur dan proses kultural
maupun kemasyarakatan. Pemahaman tentang wacana sebagai sesuatu yang bersifat konstitutif dan tersusun merupakan suatu unsur utama teori
Fairclough. Dia menganggap hubungan antara praktik kewacanaan dan struktur sosial sebagai sesuatu yang kompleks dan beragam sepanjang waktu,
serta menyimpang dari pendekatan analisis wacana kritis yang menganggap adanya derajat stabilitas yang tinggi.
141
Analisis praktik kewacanaan dipusatkan pada bagaimana pengarang teks bergantung pada wacana dan aliran-aliran yang ada untuk menciptakan suatu teks
dan bagaimana penerima teks menerapkan aliran dan wacana yang ada dalam mengonsumsi dan menginterpretasikan teks. Misalnya, berita TV termasuk
newsticker, yang membentuk interpretasi pemirsa dan kemudian membahas bersama orang lain atas subyek yang diberitakannya.
Paradigma ini mempunyai pandangan tertentu, bagaimana media dan pada akhirnya berita, harus dipahami dalam keseluruhan proses produksi dan
struktur sosial. Hubungan antara teks dan praktik sosial diperantarai oleh praktik kewacanaan. Oleh karena itu, hanya melalui praktik kewacanaan sajalah –tempat
orang menggunakan bahasa untuk menghasilkan dan mengonsumsi teks— sehingga teks bisa membentuk dan dibentuk oleh praktik sosial.
Wacana memberikan kontribusi pada pengonstruksian 1 identitas sosial, 2 hubungan sosial, dan 3 sistem pengetahuan dan makna. Oleh karena itu,
wacana mempunyai tiga fungsi: 1 fungsi identitas, 2 fungsi ‘hubungan’ atau relasional, dan 3 fungsi ‘ideasional.’ Di sini, Fairclough mendasarkan
uraiannya pada pendekatan multifungsi pada bahasa seperti yang dikemukakan Halliday. Dalam analisis manapun, ada dua dimensi wacana
yang sangat penting, yakni: 1 peristiwa komunikatif –misalnya penggunaan bahasa seperti artikel surat kabar, film, video, wawancara atau pidato politik
termasuk newsticker –penyusun, dan 2 tatanan wacana –konfigurasi semua jenis wacana yang digunakan dalam lembaga atau bidang sosial.
142
Tujuan umum model tiga dimensi adalah memberikan kerangka analitis
141
Jorgensen, Marianne W dan Louise J. Philips. 2007. Op. Cit. hal.124-125
142
Ibid. hal. 126
commit to user
bagi analisis wacana. Model ini didasarkan pada dan menggunakan prinsip bahwa teks tidak pernah bisa dipahami atau dianalisis secara terpisah, tetapi hanya bisa
dalam kaitan dengan jejaring teks lain dan hubungannya dengan konteks sosial. Padahal menurut Ibnu Hamad, mengingat adanya berbagai faktor yang
memengaruhi proses konstruksi realitas, baik yang disadari komunikator maupun tidak, memungkinkan struktur dan makna yang dibentuk komunikator
berbeda dari realitas sesungguhnya. Sehingga dengan sifat dasar seperti ini, teori komunikasi sebagai wacana communication as discourse memiliki
asumsi, realitas yang dikonstruksikan bukan hanya sebagai realitas simbolik symbolic reality, atau sekadar menjadi realitas kedua second reality, tetapi
membentuk realitas lain yang bisa berbeda dengan realitas pertama.
143
Bagan 2. Proses Konstruksi Realitas Model Utama
Sumber:
Hamad, Ibnu. 2010 : 35
143
Hamad, Ibnu. 2010.. Op. Cit. hal 31-32
Realitas Pertama: Keadaan, Benda, Pikiran, Orang, Peristiwa 1
Dinamika Internal dan Eksternal
Pelaku Konstruksi 4
Sistem Komunikasi
Yang berlaku 3
Strategi Mengonstruksi
Realitas 6
Faktor Innocently Faktor Internality
Faktor Externality 5
Proses Konstruksi Realitas oleh
Pelaku 2
Strategi Signin Strategi Framing
Strategi Priming 7
Discourse atau Realitas yang dikonstruksikan
Text, Talk, Act dan Artifact 8
Makna, Citra, dan Kepentingan di balik wacana 9
commit to user
Dalam realitas yang dikonstruksikan ini menghasilkan realitas lain the other reality. Realitas pertama mengalami penyesuaian adjustment pada
struktur sekaligus makna, sejalan dengan karakter dan motif yang mengkonstruksikannya. Jangan salah, makna yang muncul dari realitas lain tidak
selamanya jelek atau bagus, melainkan sangat bergantung pada penyesuaian struktur yang dilakukan komunikator sebagai pelaku konstruksi realitas.
Pada penjelasannya, Hamad menguraikan proses konstruksi realitas yang dimulai dari 1 yang dilakukan oleh KomunikatorPelaku Konstruksi 2,
yang dipengaruhi berbagai faktor 3 dan dinamika Komunikator 4, yang dapat
melemahkan kendali
Pelaku 5,
antara lain
Innocently kekurangmampuan dan kesalahpahaman, Internality adanya minat dan
kepentingan dan Externality sponsor dan pasar, pada strategi konstruksi yang juga memengaruhi struktur dan makna wacana 6, melalui penggunaan
tiga alat pengonstruksi realitas 7, untuk menghasilkan bentuk-bentuk wacana 8, yang di baliknya terdapat makna dan citra yang diinginkan serta
kepentingan yang sedang diendors konstruktor 9.
144
Dengan mengikuti proses konstruksi realitas melalui model itu, kiranya mudah bagi kita untuk menyimpulkan bahwa wacana discourse adalah pesan
message yang memuat realitas, yang telah dikonstruksikan dengan sistem tanda system of sign sebagai alat utamanya.
Berdasar pengertian ini kita melihat dua hal, 1 pesan bukanlah susunan tanda yang kosong, melainkan berisi pilihan fakta, dan 2 penggunaan sistem
tanda bahasa dalam pesan tidaklah bersifat arbiter sembarang, melainkan berlandaskan pilihan sadar atas alasan yang jelas.
Hasil analisis pada Bab IV Analisis Teks Newsticker menunjukkan, secara umum tvOne memiliki konstruksi tersendiri atas tema yang diberitakannya.
Secara khusus masing-masing newsticker mengkonstruksikan ke arah positif, terutama bila menyangkut kepentingan masyarakat.
144
Hamad, Ibnu. 2010. Op. Cit. hal 37-38
commit to user
Hal ini bisa dilihat pada Bab V Analisis Dimensi Meso tentang penilaian respondenpartisipan penelitian dan pada Bab VI Analisis Dimensi
Sosio Kultural atas aktualitas maupun perubahan realitas yang dimuat pada kebanyakan item newsticker tentang bencana Merapi Yogyakarta.
Berdasarkan hasil analisis penelitian tersebut, penyusun menyimpulkan bahwa isi teks newsticker bencana Merapi Yogyakarta di tvOne tak lain adalah
wacana discourse sebagai hasil konstruksi pekerja media yang bersangkutan atas
peristiwa dan dampak bencana Merapi yang diberitakannya. Newsticker tersebut ternyata lebih sebagai konstruksi realitas, bukan sekadar representasi realitas, atas
obyek yang diberitakannya.
B. Praktik Diskursus Wacana