sebagai pengumpul durian dari warga-warga sekitar dan kemudian baru menjualnya ke toke. Namun jenis pekerjaan ini umumnya hanya dilakukan saat
musim panen durian saja.
c. Suku dan Agama
Secara garis besar Desa Polling Anak terdiri dari Suku Batak Toba, Pakpak dan Simalungun.Tetapi persentasi terbanyak yaitu Suku Batak Toba yang
mencapai ± 94 dari seluruh jumlah penduduk yang ada di desa. Dari segi agama, mayoritas penduduk adalah beragama Kristen Protestan = 806 jiwa, Katolik = 8
jiwa dan Islam = 8 jiwa.
Desa Polling Anak-anak yang penduduknya mayoritas beragama Kristen dan bersuku batak, merka banyak melakukan aktivitas keagamaan secara
bersamaan. Kegiatan agama selain dari kebaktian di gereja, mereka juga melakukan kebaktian antara marga-maga yang dalam bahasa setempat disebut
“partamiangan” yang dilakukan di rumah warga setiapa bulannya secara berganti-gantian. Ada banyak partangiangan marga di Desa Polling Anak-anak
antara lain; partanmiangan silahi sabungan, partamiangan tuan dibangarna, partamiangan tambunan, partamiangan manurung, partamiangan siraja sonang dan
ada beberapa partangiangan marga-marga lainnya.
2.2 Pola Pemukiman Desa Polling Anak-anak
Pola pemukiman warga di desa ini tergolong tidak padat, rumah-rumah penduduk tidak terlalu padat dan tidak berdempetan. Satu rumah dengan rumah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang lain tidak teratur letaknya dan cukup berjauhan. Keteraturan rumah hanya terdapat di sepanjang jalan utama desa dan saling berhadapan dengan dipisahkan
oleh jalan. Sepanjang jalan desa di sisi kiri dan kanan rumah-rumah warga berjejer rapi. Namun pada bagian belakang, jarak dengan rumah warga yang lain cukup
berjauhan. Lampu jalan yang ada hanya di sepanjang jalan utama saja, sehingga jika menuju rumah warga di belakang biasanya warga menggunakan senter
maupun mengandalkan lampu dari sepeda motor jika menggunakan sepeda motor.
Ditinjau dari segi kesehatan, desa ini juga cukup baik karena rumah penduduk yang tidak padat sehingga udara bisa mengalir lancar. Selain itu juga
karena masih hijaunya wilayah ini sebagai lahan pertanian. Permasalahan sampah tidak ada di daerah ini, karena masing-masing rumah masih memiliki pekarangan
yang luas dan membakar sampahnya sendiri-sendiri. Kondisi jenis bangunan rumah di desa ini sudah cukup baik di bagian sisi jalan utama. Bangunan rumah
warga di sepanjang jalan ini terdiri dari bangunan permanen dan semi-permanen. Sedangkan di bagian belakang, rumah-rumah warga permanen, semi-permanen
dan non-permanen.
Gambar 2.1: Foto transek gambaran keadaan Desa Polling Anak-anak
Sumber: Hasil FGD Agustus 2011
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tingkat ekonomi yang warga yang berbeda membuat fasilitas masing- masing rumah berbeda-beda. Di sepanjang pinggir jalan utama boleh dikatakan
lebih maju daripada wilayah di belakang, karena kondisi bangunan yang sudah rapi. Hampir semua warga memiliki parabola untuk menangkap sinyal televisi,
dan tentunya juga televisi dan juga kendaraan pribadi seperti sepeda motor. Sehingga warga desa ini dapat dikatakan sudah cukup maju, meskipun ada juga
warga yang tergolong kaya dan memiliki mobil. Meskipun ada warga yang tergolong kaya di desa ini, namun rumahnya tidak bertingkat dan cenderung sama
dengan bangunan rumah warga lain, tetapi bangunan rumahnya sudah dibuat permanen dari batu.
Gambar 2.2: Foto pemukiman di Dusun I.
Gambar 2.3: Foto pemukiman di Dusun II
Gambar 2.4: Foto pemukiman di Dusun III
2.3 Sampah dan Drainase