Masa Kehancuran Kopi Robusta

secara harfiah artinya bir dipakai mencuci tangan. Hal ini karena harga kopi yang sangat tinggi sehingga untuk menunjukkan kemakmurannya mereka mencuci tangan tidak menggunakan air tetapi bir.

3.2.3. Masa Kehancuran Kopi Robusta

Masa kehancuran kopi robusta merupakan masa dimana harga kopi robusta “jatuh” hingga titik terendah yaitu Rp.400Kg, pada tahun 1987.Pada masa ini harga kopi Robusta benar-benar sangat rendah dan tidak sesuai dengan keadaan zaman pada masa itu.Harga barang-barang kebutuhan pokok tidak sebanding dengan harga kopi, karena petani cenderung membandingkan harga kopi dengan harga beras. Hal ini seperti diungkapkan Bapak K. Panjaitan; “Keluarga kami mulai melakukan konversi lahan kopi kami dengan tanaman lain pada tahun 1988 setelah setahun harga kopi anjlok. Keluarga saya sengaja tidak melakukan konversi pada tahun 1987 disaat harga paling anjlok yang mencapai harga Rp.400Kg, karena keluarga saya masih berharap harga kopi akan kembali naik sehingga keluarga saya menunggu hingga 1 tahun baru mulai mengganti tanaman kopi kami. Ternyata setelah menunggu selama 1 tahun harga kopi tidak kunjung naik dan akhirnya bapak saya memutuskan untuk mengganti kopi dengan jagung, padi darat dan kacang tanah.Saat awal mengganti kopi, ada ± 1 Ha lahan kami yang diganti untuk ketiga jenis tanaman tersebut. Kami hanya fokus untuk merawat ketiga tanaman tersebut untuk memperoleh hasil panen yang maksimal dari ketiga jenis tanaman itu. Selain bapak saya, kami tidak pernah lagi merawat kopi kami, hanya bapak sayalah yang sesekali memetik biji kopi lalu setelah dipetik dia menjemurnya karena Apabila kopi yang sudah dipetik lalu dijemur sampai kering akan dapat disimpan hingga 2 tahun dan kopi tidak busuk asalkan kopi yang disimpan berada di tempat yang kering.” Harga kopi pada tahun 1987 hanya sekitar Rp.400,- per kg dan hingga tahun 1988 juga tidak ada peningkatan yang signifikan, dimana harga kopi dalam kurun waktu 1987-1988 berkisar antara Rp.400-Rp.800 Kg. Anjloknya harga kopi pada masa itu membuat petani merasa shockdanwujud kekesalan petani ditunjukkan dengan penebangan pohon kopi sampai habis oleh beberapa petani dengan menggunakan gergaji mesin dirabas, sebagian petani melakukan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA penebangan tetapi menyisahkan batangnya ±30Cm manaba sambola dan sebagian lagi menelantarkan pohon kopinya.Petani kemudian lebih memilih beralih ke tanaman palawija. Warga sempat menanyakan kepada toke maupun agen yang menanmpung hasil kopi masyarakat di desa ini mengapa harga kopi bisa menurun dengan sangat drastis.Menurut penuturan Bapak K. Panjaitan, toke menjawab pertanyaan mengenai penurunan harga kopi robusta disebabkan pabrik kopi yang berada di Sidikalang tidak mau menerima biji kopi robusta yang berasal dari Sidikalang.Pabrik mau menampung kopi mereka dengan harga yang sangat rendah.Beberapa warga yang merasa tidak terima dengan harga kopi yang sangat rendah ini, pergi Kota Sidikalang untuk mencari tahu tentang harga kopi robusta.Setelah mendapatkan informasi dari pabrik kopi yang ada di Sidikalang barulah warga percaya bahwa harga kopi memang sedang turun.Hal ini seperti diungkapkan oleh Bapak M. Tambun “Warga yang yang pergi ke Kota Sidikalang mendapatkan informasi dari beberapa orang yang ditanyai mengenai harga kopi sidikalang saat ini.Orang ditanyai menjawab “memang harga kopi disini sedang merosot, ada yang mengatakan kalau kopi sidikalang tidak diterima lagi di pasaran karena sudah dicampur dengan semen”.Begitulah informasi yang diterima warga mengenai penyebab kemerosotan harga kopi robusta.Benar tidaknya warga tidak bisa memastikannya karena kabar itu beredar antara orang ke orang saja, tidak ada masuk dalam media cetak maupun media elektronik.” Pada masa ini distribusi kopi juga masih tetap melalui agen dan kemudian kepada toke yang datang ke agen.Hal ini karena agen masih tetap ada dan toke juga masih tetap datang ke desa walaupun harga kopi sedang anjlok.Dengan jatuhnya harga kopi, petani yang sebelumnya merasa bangga menjadi tidak bersemangat bekerja apalagi untuk merawat pohon kopinya dan yang biasanya UNIVERSITAS SUMATERA UTARA aktif berkomunikasi dengan sesama petani menjadi lebih banyak berdiam diri saja di rumah.

3.2.4. Masa Kopi Robusta Sekarang