9
1.5. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Polling Anak-anak, Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kabupaten Dairi.Alasan pemilih lokasi tersebut karena di desa
tersebut merupakan daerah yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, dan di desa tersebut masih banyak masyarakat yang mengelola
kopi robusta sebagai sumber mata pencaharian serta melihat adanya keragaman pola penanaman kopi robusta di Desa Polling Anak-anak.
1.6. Tinjauan Pustaka
Pertanian hingga kini masih merupakan mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia.Sekalipun di berbagai daerah ekosistem wilayahnya ada
yang sudah berubah menjadi daerah perkotaan dan perindustrian, namun pertanian masih tetap merupakan andalan utama bagi kehidupan masyarakat.Menurut
Supriyati Hermanto 1995, sumbangan sektor pertanian terhadap Pendapatan Domestik BrutoPDB sekitar 21,55 Adimihardja, 1999: 4
Konsep petani dalam masyarakat pedesaan cukup beragam dan bervariasi tergantung bagaimana masyarakat desa mengelola lahan pertaniannya.Petani tidak
mencakup seluruh penduduk pedesaan, tetapi hanya merujuk kepada penduduk pedesaan yang bekerja sebagai petani saja.Artinya, petani adalah orang yang
bercocok tanam melakukan budidaya di lahan pertaniannya Scott,1994. Masyarakat petani juga tidak terlepas dari kota-kota sekitarnya, mereka saling
berhubungan dan mereka merupakan sampalan dari budaya kota Kroeber dalam Marzali, 1998: 91
10 Wolf 1983:9 juga mendukung pendapat di atas, bahwa sekalipun orang-
orang pada umumnya sudah sangat memenuhi sendiri kebutuhan-kebutuhan mereka akan pangan dan barang, mereka harus menyelenggarakan hubungan-
hubungan sosial dengan sesama mereka. Karena pada umumnya masyarakat tidak bisa dipisahkan dengan lingkungannya dan hal ini juga sesuai dengan hakikat
manusia sebagai mahluk sosial, yang tidak bisa hidup tanpa ada bantuan dari orang lain.
Konsep petani yang dimaksud dalam penelitiaan ini yaitu yang sesuai dengan pendapat scott diatas yaitu petani ialah orang yang bercocok tanam di
lahan pertaniannya. Alasan menggunakan konsep petani tersebut, karena di Desa Poling Anak-anak mayoritas petani hanya mengolah lahan pertanian milik mereka
sendiri. Goodenough dalam Nur Syam, 2007 menjelaskan bahwa dalam meneliti
sebuah masyarakat, peneliti harus melihat aktivitas-aktivitas sosial, kelompok sosial juga bahasa yang digunakan dalam oleh masyarakat yang diteliti. Untuk
memperoleh semua itu, peneliti harus bisa mengerti bahasa setempat sehingga dapat berkomunikasi dengan para informan untuk “mengorek” isi kepala mereka
tentang permasalahan yang sedang diteliti, baik itu tentang konsep masyarakat, pola pikir maupun mitos-mitosnya.
Hal diatas memang sngat penting, khususnya untuk kajian cognitive anthropologyyang menjelaskan bahwa “Kebudayaan bukanlah fenomena material,
tidak terdiri atas benda-benda, perilaku dan emosi, melainkan ia lebih merupakan suatu pengaturan hal-hal tersebut. Dimana yang ada dalam pikiran orang adalah
11 bentuk benda-benda dan hal-hal, model-model untuk mempersepsi, menghubung-
hubungkan dan selebihnya menafsirkan” Goodenough dalam Spradley,1997 Konsep kebudayaan menurut Spradley 1997:5 yaitu pengetahuan yang
diperoleh, yang digunakan orang untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial.Kemudian lebihjelasnya lagi Spradley
menjelaskannya dalam Kognitif Antropologi yang menjelaskan bahwa kebudayaan merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam
memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Hal serupa yang akan dilihat oleh peneliti pada petani kopi yang ada di Desa Poling Anak-anak mengenai bagaimana
pengetahuan masyarakat tersebut dalam melakukan variasi tanaman dalam satu areal lahan. Selanjutnya, dengan menggunakan metode pengklasifikasian folk
taxonomy Spradley akan diklasifikasi jenis-jenis tanaman yang ada dalam satu lahan pertanian pada masyarakat desa tersebut.
Spradley1997mendefenisikan kebudayaan “sebagai sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar yang kemudian mereka gunakan
untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka dan sekaligus untuk menyusun strategiperilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka
12
Lebih lanjut Spredley1997 menjelaskan bahwa kebudayaan berada dalam pikiran manusia yang didapatkan dengan proses belajar dan menggunakan budaya
tersebut dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Proses belajar tersebut menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang berasal dari pengalaman-
pengalaman individu atau masyarakat. Tugas seorang Antropolog adalah .
12
Defenisi tersebut ditulis ulang oleh Marzali dalam pengantar pada buku Metode Etnografi oleh James P. Spredley. Dalam pengantar ini, Marzali menjelaskan secara singkat tentang apa itu
etnografi sampai perkembangan metode dalam etnografi.
12 ’mengorek’ isi pikiran masyarakat untuk menjelaskan konsep mereka tentang
bertani kopi robusta dengan cara menggunakan metode folk taxonomy. Dimana, peneliti akan melakukan pengklasifikasian terhadap jenis-jenis tanaman yang
bervariasi pada satu areal pertanian. Dengan demikian maka dapat dilihat gambaran yang terjadi pada masyarakat Desa Polling Anak-anak yang hanya
mengandalkan pengetahuannya sendiri dalam mengelola lahan pertanian kopi robustanya. Sehingga dari pengetahuan yang mereka dapat dari sistem pertanian
yang turun-temurun, menyebabkan mereka masih mempertahankan kopi robusta, walaupunsaat ini penghasilan dari pertanian kopi robusta bukan menjadi
pendapatan utama dari penduduk Desa Polling Anak-anak. Dengan menggunakan metode klasifikasi Folk Taksonomi akan
mengklasifikasi pengetahuan masyarakat desa tentang kopi robusta, apa kaitannya dengan nilai-nilai historis, variasi tanam, alternatif tanaman pengganti dan hal-hal
lainnya yang berkaitan dengan pertanian kopi robusta yang dilakukan oleh masyarakat Desa Polling anak-anak.
Masyarakat Desa Polling Anak-anak yang mayoritas adalah petani mungkin saja mempunyai konsep atau ide tersendiri dalam hal pengelolaan kopi
robusta, yang secara tidak langsung menjadi acuan dalam tindakan mereka untuk mengelola pertanian, baik kopi robusta maupun tanaman alternatif pengganti kopi
lainnya. Disini peneliti mengharapkan dapat memperoleh gambaran apa saja yang dilakukan masyarakat terhadap pertanian saat ini yang berkaitan dengan tujuan-
tujuan pertanian mereka. Kemudian melihat apa-apa saja tanaman yang ada
13 diladang para petani dan bagaimana masyarakat melakukan variasi pola tanaman
campuran. Pengetahuan masyarakat tentang pertanian sangat berguna untuk
mempertahankan hasil panen mereka. Hal ini juga dikemukakan oleh Yunita bahwa pengetahuan lokal local knowledge selalu berada didalam proses adaptasi
dalam lingkungan dunia yang terus berubah. Perubahan-perubahan ekologi, sosial dan ekonomi merupakan hal yang wajar, bahkan kini berlangsung dalam dinamika
yang meningkat secara cepat” selanjutnya Yunita menegaskan , maka dibutuhkan kemampuan para petani untuk dapat beradaptasi sesuai dengan perkembangan
dunia maupun perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitar Adimihardja,1999:182.
Masalah variasi pola tanam sudah mulai banyak diteliti oleh para peneliti.Yunita termasuk salah satu yang meneliti variasi pola tanam campur pada
pertanian padi sawah.Selain itu ada juga variasi pola tanam campur pada tanaman kentang
13
“Sembiring
. Selain Yunita, salah seorang peneliti yang meneliti tentang variasi pola
tanam yaitu Sembiring, yang berpendapat:
14
13
Balai Peneliti Sayuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Dalam
http:www.scribd.comdoc15249535Profil-komoditas-kentang
14
. Seorang Dosen Departemen Antropologi FISIP USU yang melakukan penelitian tentang “Periodesasi Waktu Berdasarkan Pengalaman Petani ; Kajian Antropologi Mengenai Periode
Perkembangan Budidaya Holtikultura di Berastagi Kab. Karo
2002 menjelaskan bahwa bentuk percampuran tanaman yang sangat beragam seperti yang dilakukan masyarakat Desa Gurusinga,
dengan diberengi kemampuan petani dalam mengelola sumber daya alam dan mengembangkan strategi-strategi baru dan percobaan-percobaan dalam
bidang percampuran tanaman atau pola tanam.Aumeeruddy menyebutkan bentuk percampuran tanaman yang sangat beragam ini dapat terlihat seperti
pada hutan dan kebun”.
14 Masyarakat Desa Poling Anak-anak melakukan pola tanam yang
bervariasi, untuk jenis tanaman kopi robusta.Variasi yang dilakukan berupa perbedaan luas areal tanam serta variasi campuran tanaman dalam satu areal
kebun.Hal ini mungkin dipengaruhi oleh beberapa alasan yang terdapat pada masyarakat Desa Poling Anak-anak.alasan dan pandangan masyarakat desa
merupakan hal yang ingin diketahui oleh peneliti. Sistem pengolahan lahan pertanian kopi dapat dipengaruhi beberapa
hal.Sistem klasifikasi mungkin juga dapat mempengaruhi variasi pola tanam yang terjadi pada masyarakat Desa Poling Anak-anak. Hal ini juga dikemukakan oleh
Sembiring2005 bahwa klasifikasi tanaman berdasarkan perawatan tanaman di Desa Gurusing ada tiga yakni; tingkat kerumitan perawatan, modal perawatan,
keahlian perawatan tanaman. Hal ini bias saja ditemukan dalam permasalahan yang ada pada masyarakat petani kopi robusta di Desa Poling Anak-anak ataupun
akan ada temuan klasifikasi yang lain yang berbeda dengan temuan di Desa Gurusinga.
Melalui pengamatan yang terfokus pada rangkaian peristiwa dalam rentang waktu tertentu dengan perhatian pada hubungan yang saling terkait antar
satu peristiwa dengan peristiwa lainnya, peneliti berharap dapat menjawab masalah penelitian dan memahami bagaimana perubahan dalam fenomena yang
diamatiitu berlangsung.
15
1.7. Metode Penelitian