Pola Tanam Kopi Robusta Tua dalam Satu Lahan

kopi robusta campuran. Untuk lebih jelas, kedua jenis pola variasi tanam kopi tersebut dibahas pada bab ini.

4.1 Variasi Pola Tanam Kopi Robusta Tunggal

4.1.1 Pola Tanam Kopi Robusta Tua dalam Satu Lahan

Berdasarkan usia kopi, pembagian kopi robusta di Desa Polling Anak-anak dibagi menjadi 2dua yaitu kopi bazar muda dan kopi matua tua. Diama kopi bazar berusia antara 0-10 tahun dan kopi matua berusia 10 tahun. Menurut Bapak M. Tambun, pohon kopi robusta di Desa Polling Anak-anak 98 merupakan kopi matua dan 2 kopi bazar. Petani hanya melihat dari segi umur tanaman kopi saja, karena bila dilihat dari segi ukuran batang dan tinggi pohon kopi, tidak bisa menjadi ukuran karena sebagian petani menenebang pohon kopinya yang sudah tinggi agar tidak susah untuk memanennya. Jenis pola tanam kopi robusta matua dalam satu lahan adalah yang terbanyak di desa ini yaitu 40 menurut Bapak M. Tambun. Petani memilih tidak mengganti ataupun mencampur tanaman kopi matua mereka karena tanaman kopi yang mereka miliki masih memproduksi biji kopi yang cukup banyak. Sehingga petani akan tetap mempertahankan pola tanam ini sampai hasil produksi tanaman kopi mereka merosot atau tanaman kopi itu mati. Alasan lain petani tetap mempertahankan pola tanam seperti ini adalah faktor ekonomi, diamana untuk mengganti tanaman kopi matua dengan tanaman lain membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Setidaknya petani harus menyediakan biaya untuk penebangan kopi matua, penyediaan bibit tanaman pengganti dan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA penyediaan pupuk 39 Pola tanam kopi robusta tua dalam satu areal lahan ini umumnya dipertahankan oleh petani, akan tetapi petani yang usianya diatas 50 tahunlah yang paling banyak mempertahankan pola tanam ini. Mereka hanya ingin mengambil hasil yang sudah ada, tidak berfikir untuk meningkatkan hasil . Selain itu, petani akan merasa rugi karena tanaman kopi matua mereka yang masih berproduksi harus ditebang. Kerugian yang dimaksud adalah jika dibandingkan dengan tanaman baru maka tanaman kopi yang baru akan berbuah setelah usia 2dua tahun. Selama masa sebelum 2dua tahun itu petani tidak akan mendapat apa-apa atau tidak ada penghasilan. Hal ini sesuai dengan penuturan Bapak K. Panjaitan; “Kopi diladang saya sudah tua semua, yang paling muda saja mungkin umur 25 tahun. Memang sebagian lahan kopi sudah saya konversi menjadi coklat, tetapi masih ada kira-kira 2 rante ladang kopi saya yang masih tetap saya pertahankan. Saya memilih tetap mempertahannkannya dan tidak menanam ulang karena banyak faktor yang menjadi pertimbangan. Faktor yang paling membuat saya tidak mau menanam ulang yaitu membutuhkan banyak biaya dan waktu. Kita harus sediakan biaya untuk pupuk, pestisida dan kita baru bisa mendapatkan hasilya setelah tiga tahun. Daripada kita harus mengutang untuk hidup karena harus menanam ulang kopi robusta, mendingan tidak usah.” Masalah produktivitas tanaman kopi menjadi salah satu faktor yang membuat petani masih tetap mempertahankan pohon kopi yang sudah tua. Meskipun hasil panen kopi pada saat ini tidak sebanyak pada tahun 1980an, sebagian petani merasa cukup puas dengan hasil panen mereka. Perbandingan produktivitas kopi pada tahun 1980an dengan sekarang memmang cukup berkurang, misalnya pada tahun 1980an satu rante ladang kopi bisa menghasilkan 4-5 karung buah kopi dalam sebulan, saat ini hanya menghasilkan 2-3 karung buah kopi dalam sebulan. 39 . Ujar bapak M. Tambun yang merupakan salah seorang petani yang masih mempertahankan pola tanam kopi robusta tua dalam satu areal. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA produksi kopi mereka seperti yang diungkapkan Bapak J.Sihaloho 57 tahun “kalau seperti kami yang sudah tua ini tidak berfikir lagi untuk menanam ulang atau mencapur ladang kopi kami, yang penting dari hasil kopi yang ada sekarang kami masih dapat bertahan hidup”. Petani akan tetap mempertahankan pola tanam ini sampai hasil produksi kopi benar-benar “merosot” ataupun sampai pohon kopi mereka mati. Petani menganggap hasil produksi kopi merosot ketika dalam satu rante ladang kopi sekarang, bisa menghasilkan 2-3 karung buah kopi sebulan dan apabila nantinya hasil kopi dalam satu rante hanya 1satu karung dalam sebulan, itulah saat kemerosotan pohon kopi menurut petani di Desa Polling Anak-anak. Hal ini ditegaskan oleh Bapak K. Panjaitan “ kalau memang hasil kopinya tidak ada lagi, barulah petani akan mau mengganti pohon kopi tua mereka dan ada juga sebagian petani yang tidak mengurusi ladangnya lagi apabila hasil kopinya sudah tinggal sedikit”. Kebanyakan dari petani yang menggunakan pola tanam seperti ini tidak memberikan pupuk kepada tanaman kopi mereka.Petani mengatakan, “tanpa diberi pupuk pun, kopi di desa ini sudah bagus dan hasil produksinyapun cukup baik” 40 40 . Seperti diungkapkan pada paragraf sebelumnya, tanaman kopi yang dirawat dengan baik dan masih berumur muda dalam satu rente bisa menghasilkan 4-5 karung buah kopi dalam sebulan, sedangkan kopi tua tampa perawatan bisa menghasilkan 2-3 karung buah kopi dalam sebulan. , sehingga hal itu menjadi salah satu penyebab petani tidak mengganti tanaman kopi mereka.Hal ini sesuai dengan ungkapan Bapak D. Marpaung “tarhona ni pupuk apala arga ni kopi pe so adong” yang secara harfiah berarti buat apa dipupuk sedangkang harga kopi pun tidak ada. Akan tetapi petani mengartikan ungkapan diatas adalah bagaimana mungkin pohon kopi dipupuk, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA karena harga jual kopi tidak begitu tinggi sedangkan harga pupuk mahal, sehingga tidak sebanding biaya yang dikeluarkan petani dengan hasil yang diperolehnya.Hal itulah yang menjadi dasar pemikiran banyak petani kopi di desa untuk mempertahankan pola seperti ini.Karena kopi yang sudah ada tetap dipertahankan biaya produksi kopi hanya sedikit, petani hanya mengeluarkan biaya untuk membayar upah pemetik biji kopi 41

4.1.2 Pola Tanam Kopi Robusta Tua dengan Tanaman Pelindung