BAB III Kegiatan Pertanian di Desa Polling Anak-anak
3.1. Sejarah Pertanian di Desa Polling Anak-anak
3.1.1. Kondisi Pertanian Pada Awal Berdirinya Kampung
Kondisi pertanian pada awal terbentuknya kampung setelah tahun 1940- an masih didominasi oleh hutan primer dengan jenis tanaman seperti pohon
modang dan piangin. Hal ini berdasarkan cerita bapak P. Panjaitan
28
Pendapat Bapak P. Panjaitan diatas dipertegas oleh Bapak J. Tambun yakni:
“Orang tua saya ketika tahun 1951 datang ke desa ini, hampir seluruhnya hutan, hanya ada 8 delapan rumah yang ada di desa ini, 2 rumah diantaranya
ditempati orang pak-pak dan sisanya ditempati orang toba. Pertama datang ke desa ini orang tua saya masih menumpang kepada pak tua saya yang merupakan
salah seorang pemilik rumah pada tahun itu. Awalnya yang datang ke desa ini hanya bapak saya, setelah 4 bulan, ayah saya sudah membangun sebuah gubuk
untuk tempat tinggal, barulah ibu saya dan abang saya dijemput dari Porsea dan diajak tinggal di desa ini. Dari cerita bapak sayalah saya tau kalau daerah ini
dulunya masih hutan karena untuk membangun gubuk kami dulunya asli kayu dari hutan disini dan asal mau mengolah lahan, gampang tinggal minta sama
orang pak-pak yang ada disini. Tahun 1952 kata bapak saya, mereka sudah punya lahan yang dapat dipakai untuk berladang.Keluarga kami merasa cocok
tinggal disini dan kamipun mengolah lahan semakin luas.Hingga pada tahun 1958 bapak saya diangkat menjadi Kepala Desa yang pertama di desa ini.”
29
28
. P. Panjaitan merupakan anak tertua dari mantan Kepala Desa I di Desa Polling Anak-anak yang pada tahun 2011 sudah berumur 52 tahun. Ia merupakan salah seorang warga yang lahir dan besar
di kampung ini, sehingga Ia cukup banyak tau tentang desa ini dari orang tuanya yang sudah tinggal di desa ini sejak tahun 1951.
29
. J. Tambun merupakan warga desa Polling Anak-anak yang menjadi pendatang di tahun 1950. Bapak J. Tambun lahir tahun 1939 di Porsea saat ini sudah berumur 72 tahun. Bapak J.Tambun
merupakan salah seorang warga yang mendapat tanah ulayat yang cukup luas dari orang Pak-pak.
yang mengatakan “ ketika saya datang ke desa ini sekitar tahun 1950, kondisi desa ini hutan semuanya. Orang yang tinggal disinipun sangat sedikit, kalau tidak salah
ada 6KK sepertinya.Kemudian saya meminta tanah ulayat sama orang Pak-pak dan mulai mengelolanya menjadi pemukiman dan lahan pertanian.”
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penduduk kampung ini sebelum tahun 1950-an masih sangat sedikit, hanya ± 5 KK saja, yang terdiri dari 2 KK dari orang Pak-pak yang merupakan
penduduk awal,3 KKorang Toba yang merupakan pendatang. Kemudian pada tahun 1951 sudah bertambah menjadi 8 KK seperti diungkapkan Bapak
P.Panjaitan diatas dan akhirnya pada tahun 1958 jumlah wara di kampung ini menjadi 28KK hingga terbentuklah sebuah desa yang pada awalnya bernama
Desa Huta Ginjang dan kemudian berganti menjadi Desa Polling Anak-anak. Orang Pak-paklah penduduk pertama yang tinggal di desa ini. Orang pak-
pak dan pendatang Orang Toba pada awalnya hanya memanfaatkan hasil hutan yang sebelumnya sudah ada.Lama-kelamaan, mereka membuka lahan pertanian
yang sebelumnya adalah semak belukar yang berada disebelah utara hutan.Kondisi hutan pada masa itu masih merupakan hutan primer yang belum
dikelola oleh masyarakat.Penduduk desa saat itu memanfaatkan hutan untuk mencari kayu bakar, mengambil buah-buah untuk dikomsumsi dan mengambil
kayu yang keras untuk dijadikan bahan pembuat rumah. Orang Toba yang menjadi pendatang pertama pada tahun 1940-an ke
desa ini adalah Boni Tambunan dari Porsea. Ia mendapat tugas dari Belanda untuk membuka jalan hingga ke Aceh Singkil. Saat itu ia belum menikah
danmemutuskan untuk menetap serta mulai membuka lahan di desa ini. Ia kemudian mengajak pemuda dari kampung asalnya yang juga masih berstatus
lajang yaitu Matias Panjaitan dan Kostan Panjaitan untuk ikut mencoba membuka lahan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Setelah beberapa tahun Boni Tambunan dan temannya kembali ke kampung untuk menikah dan membawa istrinya untuk ikut tinggal di Desa Polling
Anak-anak.Bersama mereka turut juga beberapa warga Porsea lainnya sebagai pendatang di Desa Polling Anak-anak, karena lahan yang ada di Porsea tidak
cukup lagi untuk dikelola seluruh warga yang ada. Orang-orang Toba pendatang tersebut meminta lahan untuk diolah kepada
pemilik tanah ulayat di kampung tersebut yaitu marga Sambo.Lahan yang diberikan tersebut tidak menjadi hak milik sepenuhnya bagi orang-orang Toba
tersebut melainkan masih merupakan hak pakai saja.Sesuai dengan perjanjian, tanah yang dipakai tidak boleh dipinjamkan atau dikelola oleh orang lain sebelum
ada pohon yang tumbuh besar yang batangnya sudah tidak bisa lagi dipeluk oleh tiga orang.
Jenis tanaman yang ada di desa ini pada awal tahun 1940-anbelum begitu banyak, karena tumbuhan yang tumbuh masih alami. Selain itu, pendatang juga
belum banyak sehingga masih jarang ada tanaman baru dari luar. Untuk jelasnya, jenis tanaman yang tumbuh pada periode ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1.Jenis tanaman di Desa Polling Anak-anak pada awal tahun 1940-an. No
Nama lokalbahasa pak-paktoba
Bahasa Indonesia Bahasa Latin
1 Tepu Raga
Sejenis jeruk bali Citrus x paradisi
2 Ambacang
Kueni Mangifera indica
3 Durian
Durian Durio zibethinus
4 Hau Modang
Kayu modang -
5 Piangin
Meranti Shorea sp
6 Singgolom
Nilam Pogostemon cablin
7 Tusam
Pinus Casuarina equisetifolia
Sumber: Wawancara dengan warga, November 2011 dan hasil penelususan interne untuk bahasa latin.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.1.2. Periodesasi Pertanian Tahun 1949-1969