commit to user 11
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian Alhuda 2004 yang berjudul “Analisis Usaha dan Efisiensi Agroindustri Kripik Ubi Jalar Studi Kasus di Agroindustri Kripik Ubi
Jalar Sehati Desa Kemiri Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto” yang telah dilakukan, agroindustri kripik ubi jalar Sehati dalam satu kali proses produksi
rata-rata mengeluarkan biaya tetap sebesar Rp 25.388,2 dan biaya variabel sebesar Rp 864.157,2. Dengan jumlah produksi sebanyak 3911 Kg dengan
harga perkilogramnya Rp 7.000,00 maka agroindustri ini mendapatkan total penerimaan rata-rata satu kali produksi sebesar Rp 1.244.409,1. Dalam
penelitian ini pada agroindustri kripik ubi jalar Sehati mendapatkan rata-rata keuntungannya adalah sebesar Rp 354.863,7. Nilai RC dalam penelitian ini
adalah sebesar 1,39 hal ini berarti jika agroindustri kripik ubi jalar Sehati mengeluarkan biaya sebesar Rp 10.000.000,00 maka agroindustri ini akan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 13.900.000,00. Dalam penelitian ini diperoleh nilai BEPq rata-rata sebesar 127,07 Kg dan nilai BEPr rata-rata
sebesar Rp 5003,5 Kg. Ningrum 2006, dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Nilai
Tambah dan Kelayakan Usaha Agroindustri Bakpao Telo Studi Kasus pada Home Industri Lestari Malang”, menyatakan bahwa dari penerimaan selama
1 bulan Rp 14.400.000,00 dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan selama 24x proses produksi Rp 5.783.083,00 maka akan didapatkan
keuntungan usaha sebesar Rp 8.616.917,00. Dilihat dari skala industri yang tergolong industri rumah tangga kecil, maka dapat dikatakan bahwa usaha
bakpao telo Lestari sangat menguntungkan. Hasil perbandingan total revenue dan total cost RC Ratio sebesar 2,59 1, yang berarti bahwa usaha
pembuatan bakpau telo Lestari efisien. Nilai tambah yang tercipta pada pengolahan ketela rambat menjadi bakapo telo adalah sebesar Rp 3.051,00
dengan imbalan tenaga kerja Rp 1.358,00 dan keuntungan sebesar Rp 1.693,00 dalam tiap satu kali proses produksi. Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha
11
commit to user 12
di home industri Lestari selama 23 triwulan menunjukkan bahwa usaha pengolahan bakpao telo layak untuk dikembangkan, ini dibuktikan dengan nilai
NPV sebesar Rp 251.256.483,00 IRR 32,008, dan Net BC Ratio 5,6 pada suku tingkat bunga 17 dan waktu pengembalian biaya investasi pada triwulan ke-2.
Berdasarkan dari penelitian Alhuda 2004 dan Ningrum 2006 di atas, menunjukan bahwa agroindustri dengan bahan baku ketela rambat mempunyai
prospek yang baik untuk dikembangkan. Demikian pula dengan agroindustri keripik ketela ungu yang ada di Kecamatan Tawangmangu, memiliki bahan baku
yang sama dengan kedua penelitian diatas, yaitu ketela rambat. Ketela rambat dapat diolah dengan cara yang mudah dan sederhana. Dengan diolah menjadi
berbagai macam produk olahan makanan, akan memberikan nilai tambah pada ketela rambat.
Dinarti 2009, dalam penelitian yang berjudul “Analisis Usaha Agroindustri Keripik Pisang di Kabupaten Karanganyar” menyatakan bahwa
dalam produksi keripik pisang rata-rata per bulan mengeluarkan biaya total sebesar Rp 4.107.934,90 dan dengan penerimaan sebesar Rp 5.613.252,80
sehingga diperoleh keuntungan Rp 1.505.317,82 tiap bulannya dengan profitabilitas usaha sebesar 36,64. Sehingga usaha agroindustri keripik
pisang ini menguntungkan. Nilai koefisien variasi sebesar 3,460 dengan batas bawah keuntungan -Rp 8.923.829,98 setiap pengolahan buah pisang
sebanyak 330,31 kg. Ini berarti bahwa ada peluang kerugian yang akan diterima oleh agroindustri keripik pisang sebesar Rp 8.923.829,98. Dengan
demikian usaha ini memiliki risiko yang tinggi. Tingkat efisiensi sebesar 1.37, artinya usaha agroindustri ini sudah efisien untuk dijalankan meskipun
memiliki risiko yang tinggi. Dan setiap satu kg bahan baku pisang memiliki nilai tambah produk senilai Rp 8.778,08.
Valentina 2009, dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku Keripik Singkong di Kabupaten
Karanganyar Kasus pada KUB Wanita Tani Makmur”, menunjukkan bahwa keuntungan yang diterima dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi keripik
commit to user 13
singkong dalam satu kali proses produksi pada anggota KUB Wanita Tani Makmur dari ubi kayu mentah sampai keripik singkong ½ jadi sebesar
Rp 10.375,61. Sedangkan pada KUB Wanita Tani Makmur keuntungan yang diterima dari keripik singkong ½ jadi sampai matang keripik singkong sebesar
Rp 1.610.418,99. Efisiensi usaha pengolahan ubi kayu mentah sampai keripik singkong ½ jadi di Kabupaten Karanganyar pada anggota KUB Wanita Tani
Makmur adalah sebesar 1,11. Sedangkan efisiensi usaha pengolahan keripik singkong ½ jadi sampai matang pada KUB Wanita Tani Makmur sebesar 1,68.
Pengolahan ubi kayu mentah menjadi keripik singkong ½ jadi yang dilakukan pada anggota KUB Wanita Tani Makmur memberikan nilai tambah bruto sebesar
Rp 52.043,74 nilai tambah netto sebesar Rp 50.558,25 nilai tambah per bahan baku sebesar Rp 979,55kg dan nilai tambah per tenaga kerja sebesar
Rp 3.097,84JKO. Sedangkan pengolahan keripik singkong ½ jadi menjadi matang pada KUB Wanita Tani Makmur memberikan nilai tambah bruto
sebesar Rp 1.690.750,00 nilai tambah netto sebesar Rp 1.686.461,45 nilai tambah per bahan baku sebesar Rp 7.773,56kg dan nilai tambah per tenaga
kerja sebesar Rp 37.572,22JKO. Berdasakan penelitian Dinarti 2009 dan Valentina 2009 tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa usaha agroindustri mampu memberikan keuntungan dan efisien untuk dijalankan meskipun terdapat peluang kerugian.
Dan mengacu pada kedua penelitian diatas, usaha agroindusti keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu juga menggunakan analisis usaha yang
sama. Analisis keuntungan dapat digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh. Dalam setiap usaha agroindustri terdapat resiko
usaha, oleh karena itu diperlukan analisis resiko untuk mengetahui tingkat resiko yang dihadapi. Dan juga diperlukan analisis efisiensi untuk mengetahui
tingkat efisiensi usaha, sehingga dapat diketahui apakah usaha tersebut sudah efisien atau belum untuk dijalankan.
commit to user 14
B. Tinjauan Pustaka