commit to user 73
G. Analisis Usaha
1. Biaya, Penerimaan, Keuntungan dan Profitabilitas
a. Biaya
Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan dalam proses produksi. Biaya dalam penelitian ini adalah keseluruhan biaya yang
dikeluarkan untuk proses pembuatan keripik ketela ungu sampai pemasaran keripik ketela ungu, yang terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel. 1 Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam industri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar yang besarnya tidah dipengaruhi oleh jumlah keripik ketela ungu yang dihasilkan. Biaya tetap dalam industri keripik
ketela ungu ini meliputi biaya penyusutan peralatan, biaya bunga modal investasi, cicilan pinjaman modal, dan biaya ijin
Departemen Kesehatan. Keseluruhan biaya tetap dalam penelitian ini timbul karena
penggunaan faktor produksi yang tetap, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membiayai faktor produksi juga tetap tidak
berubah walaupun jumlah keripik ketela ungu yang dihasilkan berubah-ubah. Rata-rata biaya tetap pada agroindustri keripik
ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 29 berikut :
Tabel 29. Rata-rata Biaya Tetap Agroindustri Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
No. Jenis Biaya Tetap
Rata-rata per Bulan Rp
Persentase
1. Penyusutan peralatan
291.124,39 20,69
2. Bunga modal investasi
880.496,95 62,59
3. Cicilan pinjaman
231.015,56 16,42
4. Ijin Departemen Kesehatan
4.166,67 0,30
Jumlah 1.406.803,56 100,00
Sumber : Diolah dari Data Primer Lampiran 3
commit to user 74
Tabel 29 menunjukkan bahwa jumlah rata-rata biaya tetap per bulan yang dikeluarkan oleh produsen agroindustri keripik
ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar adalah sebesar Rp 1.406.803,56, dengan sumber biaya tetap yang
berasal dari
biaya penyusutan
peralatan yaitu
sebesar Rp 291.124,39 atau 20,69 dari jumlah total biaya tetap
seluruhnya. Produsen menggunakan peralatan dalam pelaksanaan proses produksi keripik ketela ungu, yang mana peralatan tersebut
masih sederhana dan bahkan ada sebagian peralatan yang dibuat sendiri oleh produsen. Masih sederhananya peralatan yang
digunakan tersebut di satu sisi memang memperkecil biaya penyusutan peralatan, namun di sisi lain hal ini menyebabkan
proses produksi berjalan lambat dan membutuhkan curahan waktu kerja yang lebih banyak.
Menurut Hernanto 1993, besarnya biaya penyusutan peralatan dapat dihitung menggunakan metode garis lurus, dengan
pemikiran bahwa peralatan yang digunakan dalam status usaha akan menyusut dalam besaran yang sama. Metode garis lurus dapat
dirumuskan sebagai berikut : Penyusutan :
bulan ekonomis
umur akhir
nilai -
awal nilai
Biaya bunga modal investasi menempati proporsi pertama, yaitu sebesar Rp 880.496,95 per bulan atau 62,59 dari jumlah total
biaya tetap seluruhnya. Biaya ini merupakan nilai bunga atas modal yang dimiliki oleh produsen, walaupun modal tersebut adalah modal
sendiri, yang dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : B = Biaya Modal Sendiri x r Suratiyah, 2006
Dimana : r = i – f 1 – f
Gray, et al, 1993
commit to user 75
Keterangan : B = Bunga modal investasi Rp
r = Suku bunga riil bulan Oktober 2010 1,83 i = Suku bunga kredit investasi Bank BRI bulan Oktober 2010 2
f = Inflasi bulan Oktober 2010 0,06 Suku bunga yang digunakan dalam perhitungan sebesar
1,83, berdasarkan suku bunga kredit Bank BRI Britama sebesar 2 dan inflasi pada bulan Oktober 2010 sebesar 0,06, karena penelitian
dilakukan pada bulan tersebut. Suku bunga tersebut digunakan untuk menghitung bunga modal investasi bagi produsen yang tidak
mempunyai pinjaman di bank atau lembaga keuangan lainnya. Sedangkan bagi produsen yang mempunyai pinjaman di bank
dihitung berdasarkan suku bunga bank atau lembaga keuangan tempat minjaman, yaitu 0,5 untuk LIPI, 1,8 untuk Danamon, 1,1 untuk BNI
dan 1,05 untuk PNPM Mandiri Pedesaan. Cicilan pinjaman tiap bulan yaitu sebesar Rp 231.015,56.
Cicilan pinjaman adalah sejumlah uang yang dibayarkan produsen sebagai konsekuensi dari meminjam sejumlah modal kepada setiap
bank atau lembaga keuangan dalam batas waktu tertentu beserta bunganya. Sedangkan untuk biaya ijin dari Departemen Kesehatan
produsen rata-rata mengeluarkan sebesar Rp 4.166,67 atau 0,30 dari rata-rata biaya tetap. Pembayaran ini biasanya dilakukan oleh
produsen 5 tahun sekali, yaitu sebesar Rp 250.000,00, karena ijin dari Departemen Kesehatan ini diperbaharui setiap 5 tahun sekali.
2 Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang digunakan dalam
agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar yang besarnya berubah-ubah secara
proporsional sesuai dengan jumlah keripik ketela ungu yang dihasilkan. Biaya variabel dalam industri keripik ketela ungu meliputi
biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya bahan bakar, biaya
commit to user 76
pengemasan, biaya transportasi dan biaya tenaga kerja. Rata-rata biaya variabel pada agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Rata-rata Biaya Variabel pada Agroindustri Keripik Ketela
Ungu di
Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar
No. Jenis Biaya
Variabel Jumlah
Fisik Rata-rata
per Bulan Rp Persentase
1. Bahan baku
7.232 kg 12.911.157,89
48,38 2.
Bahan penolong
9.915.685,26 37,16
- Gula pasir 38,58 kg
384.657,89 - Pemanis buatan
90 pcs 90.946,67
- Garam 18 pcs
731,58 - Minyak goreng
1.032,32 kg 9.354.415,79
- Vanili 151 pcs
75.333,33 3.
Bahan bakar
1.365.236,84 5,12
- Kayu 185 ikat
829.342,11 - Serbuk gergaji
119 sak 535.894,74
4. Pengemasan
656.281,38 2,46
- Kemasan 2,5 kg 13,40 kg
269.468,75 - Kemasan 5 kg
17,88 kg 362.200,00
5. Tenaga kerja
885.137,11 3,32
- Luar 11 orang
705.612,18 - Dalam
3 orang 179.524,93
6. Transportasi
947.516,34 3,55
7. Listrik
4.863,51 0,02
Jumlah 26.685.878,34
100,00
Sumber : Diolah dari Data Primer Lampiran 4 Tabel 30 menunjukkan bahwa rata-rata biaya variabel yang
dikeluarkan oleh produsen keripik ketela ungu dalam satu bulan adalah sebesar Rp 26.685.878,34. Besarnya biaya variabel ini
dipengaruhi oleh volume produksi keripik ketela ungu yang dihasilkan, semakin besar volume produksi maka semakin besar pula
biaya variabel yang dikeluarkan, demikian pula sebaliknya. Biaya variabel dengan proporsi terbesar dalam industri keripik ketela ungu
di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar berasal dari biaya bahan baku. Rata-rata biaya untuk bahan baku yang dikeluarkan
commit to user 77
oleh produsen keripik ketela ungu dalam satu bulan adalah sebesar Rp 12.911.157,89 atau 48,38 dari jumlah total biaya variabel.
Dalam satu bulan, rata-rata produsen membutuhkan bahan baku sebesar 7.232 kg. Pengadaan bahan baku ini berasal dari petani
maupun pengepul, dengan harga rata-rata sebesar Rp 1.771,05kg. Biaya bahan penolong menempati urutan kedua, yaitu
37,16 atau sebesar Rp 9.915.685,26 per bulan. Bahan penolong yang digunakan dalam industri keripik ketela ungu ini adalah gula
pasir, pemanis buatan, garam, vanili dan minyak goreng. Biaya bahan bakar menempati urutan yang ke tiga setelah
bahan penolong, yaitu sebesar Rp 1.365.236,84 atau 5,12. Bahan bakar yang digunakan dalam industri keripik ketela ungu di
Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar adalah kayu bakar dan serbuk gergaji. Pada awalnya produsen menggunakan
minyak tanah, akan tetapi seiring dengan naiknya harga minyak tanah yang terus melambung mengakibatkan produsen keripik
ketela tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan akan minyak tanah. Sehingga produsen mencari alternatif lain yang fungsinya
sama, akan tetapi harganya lebih ekonomis yaitu serbuk gergaji. Tenaga kerja yang digunakan dalam industri keripik ketela
ungu ini adalah tenaga kerja keluarga dan luar keluarga. Biaya tenaga kerja ini diperhitungkan sesuai dengan tingkat upah yang
berlaku di daerah penelitian. Rata-rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan produsen setiap bulannya adalah Rp 885.137,11 atau
3,32 dari jumlah total biaya variabel. Biaya tenaga kerja keluarga adalah biaya yang tidak benar-benar dikeluarkan. Walaupun
demikian, sebagai kompensasi penggunaan tenaga kerja dalam proses produksi keripik ketela ungu tersebut dinilai menurut
penggunaannya setiap bulan dalam industri keripik ketela ungu sesuai dengan upah tenaga kerja luar di industri tersebut yaitu
sebesar Rp 1.713,45jam.
commit to user 78
Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh produsen keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
dalam satu bulan adalah sebesar Rp 947.516,34 atau 3,55 dari jumlah total biaya variabel. Biaya transportasi ini menempati
proporsi kelima dari total biaya variabel yang dikeluarkan oleh produsen keripik ketela ungu. Biaya transportasi yang dikeluarkan
produsen ini berupa biaya untuk pemasaran dengan menggunakan mobil pick up. Biaya transportasi ini berupa biaya bahan bakar
mobil dan supir. Tidak ada biaya sewa mobil karena masing- masing produsen sudah mempunyai mobil sendiri.
Urutan dari biaya variabel selanjutnya adalah biaya pengemasan, yang menempati proporsi keenam dari total biaya
variabel yang dikeluarkan oleh produsen keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Rata-rata
biaya pengemasan yang dikeluarkan selama satu bulan hanya sebesar Rp 518.417,89 atau 1,96 dari jumlah total biaya variabel.
Pengemasan keripik ketela ungu menggunakan plastik 2,5 kg dan 5 kg. Satuan plastik adalah kilogram, dimana untuk 1 kg plastik
ukuran 2,5 kg berisi 40 lembar dan 20 lembar untuk ukuran 5 kg. Biaya variabel terkecil yang dikeluarkan oleh produsen
keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar adalah biaya listrik. Rata-rata biaya listrik yang
dikeluarkan oleh produsen keripik ketela ungu selama satu bulan adalah sebesar Rp 4.863,51 atau 0,02 dari jumlah total biaya
variabel. Biaya listrik tersebut dihitung dengan rumus : R = Jam nyala x Daya tersambung x Biaya Pemakaian
Rumus diatas adalah rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya biaya tagihan listrik sesuai dengan
perhitungan PLN. Dimana R merupakan rekening yang dibebankan, jam nyala adalah lamanya alat listrik digunakan dalam
commit to user 79
satuan jam, daya tersambung adalah besarnya daya alat listrik yang digunakan dalam satuan kilo volt ampere kVA dan biaya
pemakaian adalah biaya tarif dasar listrik TDL untuk tiap kWA. Tarif Dasar Listrik yang digunakan adalah tarif dasar listrik untuk
keperluan rumah tangga dengan daya 900 VA, yaitu sebesar Rp 495,00. Biaya listrik yang dikeluarkan per bulan hanya sedikit,
hal ini karena industri keripik ketela ungu tidak menggunakan peralatan listrik yang banyak, yaitu hanya pompa air dan mesin
pemotong ketela bagi produsen yang menggunakan. 3 Biaya Total
Biaya total dalam industri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar merupakan
hasil dari penjumlahan seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan selama proses produksi keripik ketela ungu. Besarnya
rata-rata biaya total untuk proses produksi keripik ketela ungu selama satu bulan dapat dilihat pada Tabel 31 berikut :
Tabel 31. Rata-rata Biaya Total pada Agroindustri Keripik Ketela Ungu
di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar
No. Jenis Biaya
Rata-rata per Bulan Rp
Persentase
1. Biaya tetap
1.406.803,56 5,01
2. Biaya variabel
26.685.878,34 94,99
Jumlah 28.092.681,90
100,00
Sumber : Diolah dari Data Primer Lampiran 5 Berdasarkan Tabel 31 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya
total per bulan yang dikeluarkan oleh produsen keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar adalah
sebesar Rp 28.092.681,90. Biaya terbesar yang dikeluarkan dalam industri keripik ketela ungu berasal dari biaya variabel yaitu
sebesar Rp 26.685.878,34 atau 94,99 dari biaya total seluruhnya. Sedangkan rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh produsen
commit to user 80
keripik ketela ungu adalah sebesar Rp 1.406.803,56 atau 5,01 dari biaya total seluruhnya.
b. Penerimaan Penerimaan agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar merupakan perkalian antara total keripik ketela ungu yang diproduksi dengan harga keripik ketela
ungu per kilogram. Tabel 32 berikut menunjukkan penerimaan agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar : Tabel 32. Rata-rata Penerimaan Agroindustri Keripik Ketela Ungu di
Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
No. Kemasan
Jumlah kg
Hargakg Rp
Rata-rata Penerimaan
per Bulan Rp
Persentase
1. 2,5 kg
1.340 12.000,00 16.010.437,50
44,06 2.
5 kg 1.752
11.721,43 20.330.142,86 55,94
Jumlah 36.340.580,36 100,00
Sumber : Diolah dari Data Primer Lampiran 6 Tabel 32 menunjukkan bahwa rata-rata total penerimaan pada
agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar yaitu sebesar Rp 36.340.580,36 per bulan.
Penerimaan tersebut berasal dari dua kemasan yang berbeda. Kemasan yang paling banyak adalah kemasan 5 kg, dengan rata-rata penerimaan
per bulan sebesar Rp 20.330.142,86 atau 55,94. Sedangkan kemasan 2,5 kg sebesar Rp 16.010.437,50 atau 44,06. Lebih banyaknya
penerimaan dari kemasan 5 kg karena produsen lebih banyak menerima permintaan dari konsumen untuk kemasan tersebut. Harga
yang ditawarkan produsen keripik ketela ungu kepada konsumen lebih murah dari yang kemasan 2,5 kg jika dihitung per kilogramnya,
sehingga permintaan untuk kemasan 5 kg lebih banyak.
commit to user 81
c. Keuntungan Keuntungan yang diperoleh dari agroindustri keripik ketela
ungu di
Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar
merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total. Untuk mengetahui keuntungan industri keripik ketela ungu dapat dilihat dari
Tabel 33 di bawah ini : Tabel 33. Rata-rata Keuntungan pada Agroindustri Keripik Ketela Ungu
di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
No. Uraian
Rata-rata per Bulan Rp
1. Penerimaan
36.340.580,36 2.
Biaya total 28.092.681,90
Keuntungan 8.247.898,46
Sumber : Diolah dari Data Primer Lampiran 7 Tabel
33 menunjukkan
bahwa dengan
penerimaan Rp 36.340.580,36 dan biaya total yang dikeluarkan sebesar
Rp 28.092.681,90, maka keuntungan yang diterima produsen rata-rata per bulan sebesar Rp 8.247.898,46. Biaya yang benar-benar dikeluarkan
oleh produsen keripik ketela ungu secara nyata adalah biaya bahan baku, bahan penolong, bahan bakar, pengemasan, tenaga kerja luar, biaya
transportasi, listrik, Departemen Kesehatan dan cicilan pinjaman. Jika menggunakan pendekatan opportunity utilitas sumber daya manusia,
biaya tenaga kerja keluarga ditambahkan dalam rata-rata keuntungan, sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp 8.427.423,39. Sedangkan
biaya penyusutan peralatan, biaya bunga modal investasi, tenaga kerja keluarga dalam industri keripik ketela ungu ini tidak dikeluarkan secara
nyata oleh produsen. Sehingga jika dihitung menggunakan pendekatan pendapatan, maka pendapatan yang diperoleh produsen keripik ketela
ungu secara nyata adalah sebesar Rp 9.599.044,73 per bulan.
commit to user 82
d. Profitabilitas Berdasarkan keuntungan yang diperoleh, maka dapat diketahui
profitabilitas atau tingkat keuntungan dari agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Profitabilitas
merupakan hasil bagi antara keuntungan usaha dengan penerimaan yang dinyatakan dalam persen. Untuk mengetahui besarnya profitabilitas dari
agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 34 berikut ini :
Tabel 34. Profitabilitas pada Agroindustri Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
No. Uraian Rata-rata per Bulan Rp
1. Keuntungan
8.247.898,46 2.
Penerimaan 36.340.580,36
Profitabilitas 23,00
Sumber : Diolah dari Data Primer Lampiran 8 Tabel 34 menunjukkan bahwa profitabilitas atau tingkat
keuntungan dari agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar rata-rata sebesar 23,00. Hal
ini berarti agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar ini menguntungkan. Setiap
modal sebesar Rp 100,00 yang diinvestasikan akan diperoleh keuntungan sebesar Rp 23,00. Industri keripik ketela ungu ini termasuk
dalam kriteria menguntungkan karena memiliki nilai profitabilitas lebih dari nol.
2. Risiko Usaha