Risiko Usaha Analisis Usaha

commit to user 82 d. Profitabilitas Berdasarkan keuntungan yang diperoleh, maka dapat diketahui profitabilitas atau tingkat keuntungan dari agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan usaha dengan penerimaan yang dinyatakan dalam persen. Untuk mengetahui besarnya profitabilitas dari agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 34 berikut ini : Tabel 34. Profitabilitas pada Agroindustri Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar No. Uraian Rata-rata per Bulan Rp 1. Keuntungan 8.247.898,46 2. Penerimaan 36.340.580,36 Profitabilitas 23,00 Sumber : Diolah dari Data Primer Lampiran 8 Tabel 34 menunjukkan bahwa profitabilitas atau tingkat keuntungan dari agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar rata-rata sebesar 23,00. Hal ini berarti agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar ini menguntungkan. Setiap modal sebesar Rp 100,00 yang diinvestasikan akan diperoleh keuntungan sebesar Rp 23,00. Industri keripik ketela ungu ini termasuk dalam kriteria menguntungkan karena memiliki nilai profitabilitas lebih dari nol.

2. Risiko Usaha

Risiko adalah kemungkinan terjadinya kondisi merugi sebagai suatu hasil atau akibat yang dapat diketahui kemungkinannya. Saat ini dunia usaha menghadapi masa-masa yang penuh dengan risiko dan ketidakpastian, begitu pula dengan agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Untuk itu, sangat penting bagi produsen keripik ketela ungu untuk mengetahui sejauh mana commit to user 83 modal yang ditanam akan memberikan keuntungan dan bagaimana risiko yang harus ditanggung produsen keripik ketela ungu dalam menjalankan usahanya. Hubungan antara risiko dan keuntungan dapat diukur dengan koefisien variasi CV dan batas bawah keuntungan L. Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung dengan jumlah keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung semakin besar dibanding dengan keuntungannya. Sedangkan batas bawah keutungan L menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima oleh pengusaha Hernanto, 1993. Untuk mengetahui besarnya risiko usaha dan batas bawah keuntungan dapat dilihat pada Tabel 35 berikut ini : Tabel 35. Risiko Usaha dan Batas Bawah Keuntungan pada Agroindustri Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar No. Uraian Rata-rata 1. Keuntungan Rp 8.247.898,46 2. Simpangan baku Rp 7.647.470,03 3. Koefisien variasi 0,93 4. Batas bawah keuntungan Rp -7.047.041,60 Sumber : Diolah dari Data Primer Lampiran 8 Berdasarkan Tabel 35 dapat diketahui keuntungan rata-rata yang diterima oleh produsen agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dalam satu bulan adalah sebesar Rp 8.247.898,46. Dari perhitungan keuntungan tersebut, maka dapat diketahui besarnya simpangan baku industri keripik ketela ungu, yaitu sebesar Rp 7.647.470,03. Simpangan baku merupakan besarnya fluktuasi keuntungan yang diperoleh, sehingga dapat dikatakan bahwa fluktuasi keuntungan industri keripik ketela ungu berkisar Rp 7.647.470,03. commit to user 84 Besarnya koefisien variasi sebesar 0,93 dan batas bawah keuntungan sebesar Rp. -7.047.041,60. Dari nilai koefisien variasi dan nilai batas bawah keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar sebesar 0,93 atau lebih besar dari 0,5 dan batas bawah keuntungan bernilai negatif L 0, maka dapat dinyatakan bahwa usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar memiliki peluang untuk mengalami kerugian. Hal ini berarti usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar menanggung beberapa risiko. Risiko usaha yang dihadapi oleh usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dalam menjalankan usahanya yaitu kenaikan harga bahan penolong berupa minyak goreng dan gula risiko harga, ketersediaan dan kualitas bahan baku serta tenaga kerja risiko produksi, dan persaingan harga output risiko pasar. a. Risiko Harga Kenaikan harga bahan minyak goreng dan gula yang tidak diikuti kenaikan harga jual keripik ketela ungu harga output menyebabkan penerimaan usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar berkurang. Kenaikan harga bahan penolong berupa minyak goreng yaitu dari harga Rp 8.500,00kg naik menjadi Rp 8.900,00kg – Rp 9.200,00kg dan gula yang naik dari harga Rp 8.500,00kg menjadi Rp 9.000,00kg – Rp 10.500,00kg. Terjadinya kenaikan harga ini dapat mempengaruhi tingkat keuntungan yang diterima produsen. b. Risiko Produksi Risiko kedua yang harus dihadapi oleh usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar adalah risiko produksi, di mana risiko ini terjadi dalam proses produksi. Banyaknya produsen keripik ketela ungu yang terdapat di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, menyebabkan banyaknya permintaan akan bahan baku ketela ungu tersebut. Meskipun commit to user 85 Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu sentra produksi ketela ungu di Jawa Tengah, akan tetapi ketersediaan ketela ungu untuk agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar belum tercukupi. Dalam memilih bahan baku, produsen juga harus memperhatikan kualitas, jika kualitas bahan baku yang digunakan dalam produksi keripik ketela ungu kurang baik maka kualitas keripik yang dihasilkan juga kurang memuaskan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada menurunnya permintaan konsumen akan keripik ketela ungu. Tenaga kerja yang menjadi risiko dalam usaha ini adalah tenaga kerja luar. Hubungan kekeluargaan yang terjalin antara tenaga kerja dan pemilik industri keripik ketela ungu tersebut mengakibatkan kurang adanya profesionalitas para tenaga kerja. Sebagian besar tenaga kerja luar yang bekerja pada industri keripik ketela ungu tersebut berasal dari desa setempat maupun desa tetangga. Pada saat musim hajatan, beberapa tenaga kerja meminta libur dengan alasan membantu tetangga yang sedang hajatan tersebut, bahkan beberapa produsen sampai menghentikan proses produksinya karena semua tenaga kerja meminta libur dengan alasan yang sama. Akibatnya proses produksi keripik ketela ungu menjadi terhambat. c. Risiko Pasar Risiko pasar terjadi karena adanya persaingan harga keripik ketela ungu dari produsen keripik ketela ungu lain. Para konsumen lebih memilih keripik ketela ungu dengan harga yang lebih murah dengan kualitas yang sama. Adanya risiko-risiko diatas akan dapat mempengaruhi tingkat keuntungan yang diterima produsen keripik ketela ungu, maka untuk mengantisipasi hal tersebut, produsen melakukan beberapa tindakan atau langkah antisipasi untuk mengatasi atau setidaknya meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko-risiko yang telah disebutkan diatas. commit to user 86 Langkah-langkah antisipasi yang dilakukan produsen berkaitan dengan adanya risiko-risiko di atas antara lain : a. Risiko Harga Langkah antisipasi yang dilakukan produsen keripik ketela ungu untuk mengantisipasi kenaikan harga gula pasir ini adalah dengan menambahkan pemanis buatan. Akan tetapi untuk mengantisipasi kenaikan harga minyak goreng, sampai saat ini produsen hanya bisa pasrah, karena fungsi minyak goreng tidak dapat digantikan dengan produk lain. Dan penggunaan minyak goreng tersebut juga tidak dapat dikurangi, ukuran minyak goreng yang digunakan untuk setiap kali produksi sudah disesuaikan dengan banyaknya bahan baku ketela ungu. Selain itu minyak goreng tersebut juga tidak digunakan berulang-ulang, karena jika itu dilakukan maka akan mengakibatkan keripik ketela ungu yang dihasilkan terasa “lekak”. b. Risiko Produksi Kualitas bahan baku ketela ungu yang kurang baik akan mengakibatkan keripik ketela ungu yang dihasilkan juga kurang baik. Untuk mengatasi risiko tersebut, produsen harus benar-benar memperhatikan kondisi fisik ketela ungu. Produsen lebih mengutamakan bahan baku yang berasal dari Kabupaten Karanganyar, karena kualitasnya lebih baik dibandingkan ketela ungu yang berasal dari luar Kabupaten Karanganyar. Dalam upaya menghadapi terbatasnya ketersediaan bahan baku ketela ungu dari Kabupaten Karanganyar, produsen mencari ketela ungu hingga ke luar Kabupaten Karanganyar, seperti ke daerah Magetan, Ngawi, hingga Bandung. Sedangkan untuk mengatasi kendala tenaga kerja, produsen hanya memaksimalkan penggunaan tenaga kerja yang tersisa dan tenaga kerja keluarga, sehingga proses produksi keripik ketela ungu tetap berjalan. commit to user 87 c. Risiko Pasar Banyaknya produsen keripik ketela ungu yang terdapat di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, mengakibatkan persaingan harga keripik ketela ungu di pasaran. Untuk mengatasi risiko tersebut, produsen harus pintar-pintar mencari lokasi pemasaran yang belum dijamah produsen lain. Dengan memasarkan ke luar kota hingga ke luar pulau seperti Kalimantan, akan memperkecil risiko persaingan harga yang dihadapi produsen.

3. Efisiensi Usaha