Berdasarkan bentuk permukaannya, cermin dibedakan menjadi cermin datar dan cermin lengkung. Cermin lengkung dikelompokkan
menjadi dua, yaitu cermin cekung dan cermin cembung. a.
Cermin datar Cermin datar adalah cermin yang permukaan bidang pantulnya datar
dan tidak melengkung. Contohnya adalah cermin yang digunakan untuk berkaca. Pada saat bercermin, kita akan melihat bayangan di
cermin. Sifat bayangan yang terbentuk oleh cermin datar, yaitu: 1
Ukuran besar dan tinggi bayangan sama dengan ukuran benda. 2
Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin. 3
Kenampakan bayangan berlawanan dengan benda. 4
Bayangan tegak seperti bendanya. 5
Bayangan bersifat semu atau maya. Artinya bayangan dapat dilihat dalam cermin, tetapi tidak dapat ditangkap oleh layar.
Gambar 2.5 Sifat Bayangan pada Cermin Datar
40
b. Cermin cekung
Cermin cekung adalah cermin yang memiliki bidang pantulnya berupa cekungan. Salah satu contoh cermin cekung yaitu bagian
depan sendok makan, lampu mobil dan lampu senter.
40
Oksi Reka, Pengertian Optika Geometri, Optika Fisis dan Hukum Snellius, http:dc360.4shared.comdocnZnDofYnpreview.html, diakses pada 1 Februari 2014, pukul:
16:00 WIB.
Sifat bayangan pada cermin cekung bergantung dari letak benda. Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung, yaitu:
1 Jika benda berada dekat dengan cermin cekung, bayangan benda
bersifat tegak, diperbesar, dan semu maya. 2
Jika benda berada jauh dari cermin cekung, bayangan benda bersifat nyata sejati, terbalik, dan diperkecil.
Gambar 2.6. Sifat Bayangan pada Cermin Cekung
41
c. Cermin cembung
Cermin cembung adalah cermin yang memiliki bidang pantulnya berupa cembungan. Salah satu contoh cermin cembung yaitu bagian
belakang sendok makan, kaca spion pada mobil dan motor. Sifat bayangan pada cermin cembung adalah semu maya, tegak dan
diperkecil dari benda yang sesungguhnya.
Gambar 2.7. Sifat Bayangan pada Cermin Cembung
42
41
Muhammad Risal, Cermin Cekung dan Sifat Bayangan, http:www.rumus- fisika.com201303cermin-cekung-dan-sifat-bayangan.html, diakses pada 1 Februari 2014,
pukul: 16:20 WIB.
42
M. Rezki Rahman, Pemantulan Cahaya pada Cermin Cembung, http:rez- dwhitewolfz.blogspot.com201206fisika-pemantulan-cahay-pada-cermin.html, diakses pada 1
Februari 2014, pukul: 16:35 WIB.
Beberapa sifat-sifat cahaya lainnya adalah: 1
Cahaya dapat dibiaskan Salah satu sifat cahaya, yaitu cahaya dapat menembus benda bening,
misalnya kaca, air, udara, intan dan es. Cahaya merambat dengan kecepatan yang berbeda pada medium yang berbeda. Arah rambatan cahaya juga berubah
setelah melewati dua medium yang berbeda. Perubahan arah atau pembelokan arah rambatan cahaya disebut pembiasan cahaya. Apabila cahaya merambat dari
zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya, cahaya yang merambat dari udara ke air. Sebaliknya,
apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya, cahaya yang
merambat dari air ke udara. Garis normal adalah garis yang tegak lurus pada permukaan medium.
Pembiasan cahaya sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dasar kolam terlihat lebih dangkal daripada kedalaman sebenarnya.
Gejala pembiasan juga dapat dilihat pada pensil yang dimasukkan ke dalam gelas bening yang berisi air, pensil tersebut akan tampak patah.
Gambar 2.8. Contoh Peristiwa Pembiasan Cahaya
43
43
Dwi Junianto, Modul Belajar Ipa Kelas V SD Cahaya dan Alat Optik, http:dwijunianto.wordpress.commodul-belajar-ipa-kelas-v-sd-cahaya-dan-alat-optik, diakses
pada 2 Februari 2014, pukul: 17.23 WIB.
2 Dispersi cahaya
Cahaya matahari tampak seperti cahaya yang berwarna putih. Sebenarnya cahaya matahari merupakan perpaduan dari bermacam-macam warna. Kita dapat
mengetahui hal itu dengan mengamati pelangi di udara. Pelangi biasanya muncul saat hujan gerimis yang disertai dengan cahaya matahari. Pelangi memiliki
bermacam-macam warna. Sebenarnya, warna pelangi yang kita lihat merupakan cahaya putih matahari yang dibiaskan oleh titik-titik air.
Cahaya putih merupakan gabungan dari beberapa cahaya warna dengan panjang gelombang yang berbeda. Jika cahaya putih datang dari udara ke prisma
kaca, cahaya tersebut akan dibiaskan oleh prisma kaca hingga terurai menjadi cahaya berwarna, seperti merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Peristiwa ini disebut dispersi cahaya. Cakram warna yang diputar dengan cepat akan terlihat berwarna putih. Hal
ini membuktikan bahwa cahaya putih tersusun oleh warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Cahaya-cahaya berwarna yang membentuk cahaya
putih disebut spektrum cahaya.
Gambar 2.9. Contoh Peristiwa Dispersi Cahaya
44
44
Elearning Physics, Hukum Pembiasan Cahaya, http:4.bp.blogspot.comEdbL8rA6tTATZWLtuAqj6IAAAAAAAAAEY7aUzcsw3xh8s400r
ainbow.jpg, diakses pada tanggal 2 Februari 2014, pukul: 17.40 WIB.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Sri Mulyanih, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah PGMI Dual Mode System, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan FITK, Universitas Islam Negeri, Jakarta 2012, dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Cahaya Melalui Metode
Eksperimen, menyimpulkan bahwa penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa melampaui ketuntasan nilai
KKM, yaitu pada siklus I sebesar 68,58, sedangkan pada siklus II sebesar 77,14, dan terjadi peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan metode eksperimen sebesar 83,6. Penelitian dilaksanakan di kelas V MI Darul Muttaqien Jakarta Selatan, semester genap tahun
Pembelajaran 20112012.
45
Ira Kania Pramitha, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan FITK,
Universitas Islam Negeri UIN Jakarta 2012, dengan judul Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep
Getaran dan Gelombang, menyimpulkan bahwa keterampilan proses sains KPS siswa pada konsep getaran dan gelombang setelah diterapkan metode eksperimen
dinilai sangat baik dengan pencapaian ketuntasan belajar siswa di siklus I sebesar 65 meningkat menjadi 90 di siklus II. Peningkatan juga terjadi pada
penguasaan aspek KPS pada kegiatan siswa, yaitu di siklus I masih terdapat dua aspek KPS yang tergolong cukup, sedangkan di siklus II semua aspek KPS
mengalami peningkatan yang sangat baik.
46
Sumbang Saul, Program Studi Pendidikan Guru Dalam Jabatan, Jurusan Pendidikan Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Tanjungpura Pontianak 2013, dengan judul artikel Penerapan Metode Eksperimen
45
Sri Mulyanih, “Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Konsep Cahaya Melalui Metode Eksperimen
”, Skripsi pada
Sarjana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: 2012, h.77, tidak dipublikasikan.
46
Ira Kania Pramitha, “ Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Getaran dan Gelombang”, Skripsi pada Sarjana Fakultas Iilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah , Jakarta 2012, h. 61, tidak
dipublikasikan.
untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 20 Sungai Keli, Kabupaten Landak,
menyimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA ternyata dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 20
Sungai Keli kecamatan Ngabang Kabupaten Landak. Hal ini dapat dilihat pada lembar observasi, rata-rata persentase untuk aktivitas siswa 8,33, sedangkan
pada siklus I 65,89 ke siklus II 93,88 terdapat selisih yaitu 27,99.
47
Teresia Paulina Juminarti, Rustiyarso dan Rosnita, Program Studi PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak 2013, dengan judul Jurnal Penerapan
Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dalam Pembelajaran IPA Kelas IV menyimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen dalam
pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan persentase keaktifan siswa pada siklus I sebesar 57,5 meningkat menjadi 78 pada siklus
II. Hasil belajar siswa juga meningkat dengan persentase rata-rata hasil belajar pada pra tindakan sebesar 36 meningkat menjadi 90 pada siklus I dan 93
pada siklus II.
48
C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan
Faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa salah satunya adalah metode ceramah yang sering guru gunakan dalam proses pembelajaran membuat
siswa bosan dan kesulitan untuk memahami dan mempelajari suatu konsep. Dengan ceramah siswa hanya aktif mendengarkan dan tidak mengalami langsung.
Salah satu mata pelajaran yang hasil belajarnya rendah adalah IPA. IPA atau Natural Sciences adalah ilmu tentang alam, beserta peristiwa yang
terjadi di dalamnya. IPA membahas gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis, didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan
manusia. Salah satu gejala-gejala alam dan peristiwa yang terjadi di alam adalah adanya cahaya. Cahaya merupakan sumber kehidupan di bumi. Tanpa adanya
47
Sumbang Saul, “Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa
dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 20 Sungai Keli, Kabupaten Landak”, Artikel Penelitian, 2013, h. 12.
48
Teresia Paulina Juminarti, dkk, “Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan
Aktivitas Belajar dalam Pembelajaran IPA Kelas IV”, Jurnal Penelitian, 2013, h. 10.
cahaya makhluk hidup di bumi akan mati, dunia gelap bahkan tidak akan ada kehidupan di dalamnya.
Cahaya memiliki sifat-sifat yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari. Di antara sifat-sifat cahaya yaitu dapat merambat lurus, dapat menembus benda
bening, dapat dipantulkan, dapat dibiaskan, dan dapat diuraikan menjadi berbagai warna spektrum cahaya. Sifat-sifat cahaya merupakan salah satu materi IPA d
kelas V Madrasah Ibtidaiyah. Untuk mengenal dan mengetahui sifat-sifat cahaya diperlukan suatu proses pembelajaran yang menekankan pada kegiatan proses
belajar dengan segala kreativitas dan aktivitas siswa secara langsung melalui pengalaman sehingga dapat membantu siswa untuk memahami dan mengetahui
sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan utama pembelajaran IPA di MI adalah membantu siswa memperoleh
ide, pemahaman dan keterampilan yang perlu dimiliki siswa seperti menggunakan alat tertentu, kemampuan mengamati benda dan lingkungan sekitarnya,
kemampuan mendengarkan, kemampuan berkomunikasi secara efektif dan memecahkan masalah secara efektif. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, diperlukan proses pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, salah satunya dengan metode
eksperimen. Dengan metode eksperimen pada pembelajaran IPA, dapat memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep pada materi pelajaran melalui percobaan, mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan
menarik kesimpulan. Sedangkan guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator saja.
Selama ini, proses pembelajaran IPA di kelas V MI Al-Mukhlisin masih berorientasi pada guru dengan metode ceramah dan demonstrasi serta penugasan
saja, sehingga hasil belajar siswa rendah. Dengan metode eksperimen pada pembelajaran IPA pada konsep cahaya, dapat meningkatkan hasil belajar siswa
karena kegiatan proses pembelajaran yang menekankan segala kreativitas dan aktivitas siswa secara langsung melalui pengalaman.
Gambar 2.10 Bagan Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan D.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan acuan teori area dan pengajuan konseptual di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: “ Penerapan metode eksperimen dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V pada Konsep Cahaya ”.