kemaslahatan umat menuntut itu. Namun, semuanya harus ditetapkan melalui prosedur penetapan Dewan Tinggi Permusyawaratan Muslimin.
81
D. Pengangkatan Seorang Pemimpin
1. Mekanisme Pengangkatan Pemimpin yang Sesuai dengan Aturan
Agama
Sa’îd Hawwa mengatakan bahwa hanya ada satu prosedur legal pengangkatan seorang khalifah atau pemimpin, yaitu dengan pemilihan yang
dilakukan oleh para tokoh yang mewakili umat ahl al-halli wa al- ʻaqdi dan
kesanggupan yang dinyatakan oleh orang yang dipilih menjadi pemimpin.
82
Pengangkatan seorang pemimpin harus dilakukan dengan mekanisme kontrak. Pihak pertama adalah orang yang dicalonkan untuk menjadi pemimpin
dan pihak kedua adalah para tokoh yang mewakili umat Islam. Sebuah kontrak aqad tidak akan sempurna kecuali dengan al-ijâb, penyerahan tanggung jawab,
dan al-qabûl, yaitu penerimaan tanggung jawab. Al-Ijâb dilakukan oleh ahl al- halli wa al-
‘aqdi atau ahl al-syura. Al-Ijâb pada hakikatnya adalah proses pemilihan pemimpin itu sendiri. Adapun al-qabûl datang dari pihak orang yang
terpilih menjadi pemimpin. Mekanisme inilah yang dipraktikkan oleh para sahabat setelah meninggalnya Rasulullah Saw.. Khulafa al-Rasyidîn dipilih dan diangkat
dengan mekanisme seperti ini.
83
Namun, jika dilihat dari realita yang ada, sebagian besar negara di dunia menggunakan sistem pemilu dengan multi-partai,
atau hanya beberapa partai, yang boleh dikatakan tetap bisa menghasilkan seorang pemimpin yang berkualitas.
81
Sa ʻîd Hawwa. Al-Islâm, h. 490.
82
Sa ʻîd Hawwa. Al-Islâm, h. 491.
83
Sa ʻîd Hawwa. Al-Islâm, h. 490.
Inti dari mekanisme yang dijelaskan oleh Sa ʻîd Hawwa adalah
pengangkatan seorang pemimpin dengan cara musyawarah. Sa ʻîd Hawwa
mengangkat surah al-Syûra42: 38 untuk menjelaskan hal ini. Berikut bunyi surah al-Syûra42: 38:
“Dan bagi orang-orang yang menerima mematuhi seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka.”
84
Sa ʻîd Hawwa menjelaskan bahwa masalah pemerintahan adalah masalah
umat yang penting yang harus diselesaikan lewat mekanisme musyawarah. Umat Islam harus memilih orang yang akan memegang kepemimpinan yang bertugas
menangani urusan-urusan mereka dan melaksanakan perintah-perintah Allâh Swt. agar mereka memang betul-betul sesuai dengan sifat yang diberikan oleh Allâh
Swt. kepada mereka, yaitu urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka.
85
2. Masa Jabatan Seorang Pemimpin
Menurut syara’ seorang khalifah atau pemimpin adalah wakil resmi umat dalam menjalankan perintah-perintah Allâh dan mengatur urusan-urusan umat
dengan pedoman aturan-aturan Allâh. Kedua tugas ini merupakan tugas permanen umat Islam. Khalifah atau pemimpin sebagai wakil umat tidak dibatasi dengan
84
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya, h. 487.
85
Sa ʻîd Hawwa. Al-Islâm, h. 492.