Studi Pustaka Konsep kepemimpinan menurut saʻîd hawwa dalam kitab al-asâs fî al-tafsîr dan al-islâm

kitab suci al- Qur’an. Maka dari itu penulis menilai hal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

E. Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan Library Research. Secara operasional, kajian ini menggunakan dua langkah penelitian: 1. Metode pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari informasi yang diperlukan melalui perujukan ke referensi primer dan referensi sekunder. Referensi primer adalah kitab tafsir al-Asâs fî al-Tafsîr 1999 dan al-Islâm 1993 karya Sa ʻîd Hawwa, serta buku-buku yang berkaitan dengan Saʻîd Hawwa. Sementara referensi sekunder adalah buku-buku yang di dalamnya membicarakan tentang kepemimpinan dan hal-hal yang diperlukan didalam membahas penelitian ini, buku-buku tersebut antara lain, Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik 2012, Kementrian Agama RI. Kepemimpinan Menurut Ajaran Islam 1997, karya Mochtar Effendy. Wawasan Al-Quran Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat 2013, karya M. Quraish Shihab. Kepemimpinan dalam Manajemen 2006, karya Miftah Thoha. Islam dan Tata Negara 1993 karya Munawir Sjadzali. Teori Politik Islam 2001 karya M. Dhiauddin Rais. Leadhership 2006 karya Andrew J. Dubrin. Etika Politik Qur’ani: Penafsiran M. Quraish Shihab terhadap Ayat-ayat Kekuasaan 2010 karya Muhammad Iqbal. 2. Metode pembahasan Adapun dalam pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan metode Deskriptif Analisis Isi, yaitu mendeskripsikan data yang ada, kemudian menganalisanya secara proporsional sehingga akan didapat rincian jawaban atas persoalan yang berhubungan dengan pokok pembahasan. Secara teknis, skripsi ini merujuk kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Desertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010-2011. ”

F. Sistematika Penulisan

Penulisan laporan penelitian dalam skripsi ini akan disusun dalam beberapa bab, dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub-bab yang sesuai dengan keperluan kajian. Bab pertama akan memberikan informasi kenapa pembahasan tentang kepemimpinan penulis angkat, serta apa saja tujuan serta manfaat dari pembahasan skripsi ini. Bab pertama terdiri dari pendahuluan, terbagi menjadi enam sub bahasan, yaitu: pertama, latar belakang masalah. Kedua, pembatasan dan perumusan masalah. Ketiga, tujuan dan manfaat penelitian. Keempat, studi pustaka. Kelima, metodologi penelitian. Keenam, sistematika penulisan. Bab kedua akan menjelaskan bagaimana profil Sa ʻîd Hawwa serta kitab tafsir al-Asâs fî al-Tafsîr, dengan membaca bab yang kedua ini, penulis berharap pembaca dapat mendapatkan informasi yang jelas mengenai sosok Sa ʻîd Hawwa sehingga dapat lebih memahami kenapa tokoh tersebut yang penulis angkat. Bab kedua berisi tentang profil Sa’îd Ḥawwa dan tafsirnya. Pembahasannya meliputi: pertama, biografi dan karya-karya dari Sa ʻîd Ḥawwa. Kedua, metode, corak, sistematika penulisan, referensi penulisan, serta kelebihan dan kekurangan dari kitab tafsir al-Asâs fî al-Tafsîr. Bab ketiga merupakan bab yang akan membahas pandangan serta pemikiran Sa ʻîd Hawwa terhadap masalah kepemimpinan. Bab ketiga ini membahas kepemimpinan perspektif Sa ʻîd Ḥawwa. Pembahasannya meliputi tentang khilafah atau kepemimpinan, al-Khilafah al-Uzma Kepemimpinan tertinggi, Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang imam atau pemimpin, pengangkatan seorang khalifah, serta pemilihan imam atau khalifah. Bab keempat, terdiri dari kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah dan penelitian ini dan saran. 17 BAB II PROFIL SA ʻÎD HAWWA DAN TAFSIRNYA

A. Saʻîd Hawwa

1. Biografi Saʻîd Hawwa

Sa ʻîd Hawwa memiliki nama lengkap Saʻîd bin Muhammad bin Dib Hawwa. Beliau merupakan seorang tokoh yang berasal dari Hamah, Suriah yang lahir pada tahun 1935 M. Sa ʻîd Hawwa lahir ketika kondisi politik Suriah di bawah kekuasaan Prancis. Ibunya meninggal ketika Sa ʻîd Hawwa berusia dua tahun. Kemudian Sa ʻîd Hawwa pindah ke rumah neneknya dengan bimbingan dari ayahnya yang seorang pejuang pemberani yang berjihad melawan Prancis. 1 Darah pejuang dalam dirinya mengalir dari ayahnya ditambah situsasi kota Suriah yang berada di bawah kekuasan Prancis, membuat ia tumbuh menjadi seorang pemuda yang tegar dan pemberani. 2 Di masa kecil, keluarga Sa ʻîd Hawwa hidup dalam kesederhanaan. Ketika ia masih duduk di bangku sekolah dasar, ayahnya terpaksa mengeluarkannya dari sekolah, karena biaya. Waktu itu usia Sa ʻîd Hawwa baru berusia 8 tahun. 3 Pada masa muda Sa ʻîd Hawwa, berkembang beberapa pemikiran, seperti pemikiran Nasionalis, Ba ʻats, dan Ikhwân al-Muslimîn. Tahun 1952, ketika masih berada di bangku ‘Aliyah, Saʻîd Hawwa memilih untuk bergabung dengan barisan jamâ ʻah Ikhwân al-Muslimîn. Beberapa tahun setelah itu, ia mengikuti kuliah di 1 Al-Mustasyar ʻ Abdullah Al-‘Aqil, Mereka yang Telah Pergi; Tokoh-tokoh Pembangunan Pergerakan Islam Kontemporer. Penerjemah Fachruddin Jakarta: al- I’tisham Cahaya Umat, 2003, h. 400. 2 Sa ʻ îd Hawwa, Mensucikan Jiwa – Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu, terjemahan Jakarta: Robbani Press, 1995, h. IX. 3 Herry Mohammad, dkk., Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20 Jakarta: Gema Insani, 2006, h. 25