Mempunyai Kemampuan Syarat-syarat yang Harus Dimiliki Seorang Pemimpin

Orang-orang Arab selain suku Quraisy mengakui keistimewaan Quraisy tersebut. Kalau seandainya para pemimpin diangkat dari selain kaum Quraisy, maka hampir dipastikan akan muncul perpecahan karena suku Quraisy pasti menentang dan tidak mau tunduk kepadanya. Suku-suku lainnya yang masih dalam komunitas bani Mudhir juga tidak mampu menghalangi atau memaksa kaum Quraisy ini untuk menghentikan pembangkangan ini. Maka akan muncul banyak kelompok dan kekuatan akan terpecah belah. Padahal syara’ melarang hal itu dan sangat mengharapkan adanya persatuan.” Dari uraian Ibnu Khaldun, Sa ʻîd Hawwa menyimpulkan bahwa alasan disyaratkanya seorang khalifah atau pemimpin harus dari keturunan Quraisy adalah karena kaum Quraisy mempunyai kekuatan dan kekuasaan. Hak mereka untuk diprioritaskan menjadi khalifah hilang dengan sendirinya di saat kekuatan mereka melemah. 79 Sa ʻîd Hawwa mengingatkan untuk perlu diperhatikan bahwa kelompok yang masih tetap mensyaratkan khalifah harus dipegang oleh keturunan Quraisy, membolehkan kekhalifahan atau kepemimpinan tersebut dipegang oleh orang yang menang dalam perebutan kekuasaan, walaupun ia bukan orang Quraisy. Namun mereka membolehkan hal itu karena darurat. 80 Demikianlah delapan syarat menurut pandangan Sa ʻîd Hawwa yang harus dimiliki dan dipenuhi oleh seorang pemimpin. Kemudian Sa ʻîd Hawwa juga mengatakan, apabila kondisi menuntut ditambahnya beberapa syarat karena pertimbangan kemaslahatan umum, maka boleh menambahkan syarat-syarat tersebut. Seperti, persyaratan pemimpin harus dipegang oleh seseorang yang sudah mencapai umur tertentu, juga diperbolehkan. Boleh juga mensyaratkan pemimpin harus sudah mencapai tingkatan akademis tertentu. Al-hasil, syarat- syarat lain boleh ditetapkan apabila memang kondisi yang berubah dan 79 Sa ʻîd Hawwa. Al-Islâm, h. 490. 80 Sa ʻîd Hawwa. Al-Islâm, h. 490. kemaslahatan umat menuntut itu. Namun, semuanya harus ditetapkan melalui prosedur penetapan Dewan Tinggi Permusyawaratan Muslimin. 81

D. Pengangkatan Seorang Pemimpin

1. Mekanisme Pengangkatan Pemimpin yang Sesuai dengan Aturan

Agama Sa’îd Hawwa mengatakan bahwa hanya ada satu prosedur legal pengangkatan seorang khalifah atau pemimpin, yaitu dengan pemilihan yang dilakukan oleh para tokoh yang mewakili umat ahl al-halli wa al- ʻaqdi dan kesanggupan yang dinyatakan oleh orang yang dipilih menjadi pemimpin. 82 Pengangkatan seorang pemimpin harus dilakukan dengan mekanisme kontrak. Pihak pertama adalah orang yang dicalonkan untuk menjadi pemimpin dan pihak kedua adalah para tokoh yang mewakili umat Islam. Sebuah kontrak aqad tidak akan sempurna kecuali dengan al-ijâb, penyerahan tanggung jawab, dan al-qabûl, yaitu penerimaan tanggung jawab. Al-Ijâb dilakukan oleh ahl al- halli wa al- ‘aqdi atau ahl al-syura. Al-Ijâb pada hakikatnya adalah proses pemilihan pemimpin itu sendiri. Adapun al-qabûl datang dari pihak orang yang terpilih menjadi pemimpin. Mekanisme inilah yang dipraktikkan oleh para sahabat setelah meninggalnya Rasulullah Saw.. Khulafa al-Rasyidîn dipilih dan diangkat dengan mekanisme seperti ini. 83 Namun, jika dilihat dari realita yang ada, sebagian besar negara di dunia menggunakan sistem pemilu dengan multi-partai, atau hanya beberapa partai, yang boleh dikatakan tetap bisa menghasilkan seorang pemimpin yang berkualitas. 81 Sa ʻîd Hawwa. Al-Islâm, h. 490. 82 Sa ʻîd Hawwa. Al-Islâm, h. 491. 83 Sa ʻîd Hawwa. Al-Islâm, h. 490.