Masa Jabatan Seorang Pemimpin
Hal yang bisa menyebabkan keadilan seseorang rusak atau cacat adalah karena ia telah melakukan kefasikan. Kefasikan ada dua macam. Pertama,
kefasikan-kefasikan yang disebabkan menurut hawa nafsu. Kedua, kefasika- kefasikan yang termasuk kategori syubhat, yakni hal-hal yang belum jelas status
hukumnya.
92
Bentuk kefasikan yang pertama berhubungan dengan kerja anggota tubuh. Yaitu di saat anggota tubuh melakukan hal-hal yang diharamkan atau hal-hal yang
munkar karena menuruti syahwat dan hawa nafsu, seperti melakukan perzinaan, meminum khamr atau mengambil sesuatu tanpa izin. Apabila seseorang
melakukan bentuk kefasikan ini, maka ia tidak bisa diangkat menjadi pemimpin. Apabila seseorang sudah menjadi pemimpin dan ia melakukan kefasikan ini,
maka ia harus diberhentikan dari jabatannya. Apabila ia bertaubat dan keadilannya kembali lagi, maka tidak bisa menjadi pemimpin lagi secara otomatis, melainkan
harus dengan akad baru lagi, pendapat seperti ini dikemukakan oleh al-Mawardi dan sebagian ahli fiqih.
93
Adapun bentuk kefasikan yang kedua berhubungan erat dengan masalah keyakinan. Orang yang melakukan penakwilan-penakwilan dengan berdasarkan
hal-hal yang masih belum jelas syubhat akan terjerumus pada kesalahan. Orang yang melakukan jenis kefasikan ini dihukumi sebagaimana orang yang melakukan
kefasikan jenis pertama. Ia tidak bisa diangkat sebagai pemimpin dan harus dicegah untuk melakukan kefasikan itu lagi. Adapun sebagian ulama lain
berpendapat bahwa kefasikan yang berhubungan dengan keyakinan ini tidak sampi menyebabkan dicopotnya seorang pemimpin dari jabatannya. Bahkan ada
92
Sa ʻîd Hawwa. Al-Islâm, h. 499.
93
Sa ʻîd Hawwa. Al-Islâm, h. 499.
yang berpendapat bahwa dua jenis kefasikan tersebut sama sekali tidak berpengaruh apapun bagi jabatan pemimpin selagi tidak sampai pada tingkatan
kafir.
94
Di antara dalil yang digunakan oleh kelompok terakhir ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh ‘Ubadah bin al-Samit, ia berkata:
عس ْب ْ ْ ع كل ْ ع ثّح ْب ةد ع ْب ّ ل ْلا ْب ةد ع
ْخأ ل ق ّ ل ق ّج ْ ع بأ ْ ع ت ّلا
ع سو ْ ع لا ص لا ل سر ْع ب و ْ ْلاو طشْ ْلاو ْسعْلاو ْس ْلا ف ع ّلاو عْ سلا
ْھأ ْ أْلا ع ل ْنأ ئ ل ْ ل لا ف ف ل ك ْح ْل ب م ْوأ ل ْنأو
“Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Yahya bin Said berkata, telah mengabarkan kepadaku Ubadaah bin Al Walid bin Ubadah bin Ash-Shamit
dari Bapaknya dari Kakeknya ia berkata, Kami telah berbaiat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk selalu mendengar dan taat, baik pada waktu
mudah ataupun sulit, dalam keadaan semangat ataupun terpaksa, untuk tidak menentang pemerintahnya, serta selalu berkata atau menegakkan kebenaran di
mana pun kami berada, untuk tidak takut dalam menegakkan urusan karena Allah
meskipun mendapat celaan.”
95