kecenderungan perilaku makan menyimpang dibandingkan dengan responden yang tidak terpengaruh oleh keluarga.
Hal tersebut telah sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan oleh NAMED 2011 yang menyatakan bahwa keluarga memiliki peranan penting dalam memicu
terjadinya perilaku makan menyimpang. Hal ini sesuai dengan Tiemeyer 2007 dalam Hapsari 2009 yang juga menyatakan bahwa komentar dari orang tua atau anggota
keluarga lain seputar berat badan atau bentuk tubuh juga memiliki efek yang besar dalam perannya sebagai pemicu perilaku makan menyimpang. Oleh karena itu,
responden tidak perlu memperhatikan apa yang dikatakan oleh anggota keluarga terhadap bentuk tubuhnya. Dalam hal ini berarti responden perlu meningkatkan rasa
percaya diri agar tidak terpengaruh oleh keluarga mengenai bentuk tubuh dan berat badan. Sehingga kecenderungan perilaku makan menyimpang dapat dihindari.
6.8 Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Kecenderungan Perilaku
Makan Menyimpang
Remaja dan dewasa muda sangat rentan terhadap gangguan perilaku makan, karena mereka berusaha untuk menemukan identitas mereka ketika mereka beranjak dari
masa kanak-kanak menjadi dewasa. Mereka membandingkan diri mereka dengan orang lain dan lebih sensitif atas pandangan orang lain terhadap mereka. Mereka ingin
menyesuaikan diri dan dikagumi oleh teman-teman mereka. Mereka sangat menghargai pendapat rekan-rekan mereka. Akibatnya, remaja sangat ingin di nilai keren oleh
orang-orang disekitar mereka NAMED, 2011.
Dalam penelitian ini, hasil univariat menunjukkan 46,6 pernah terpengaruh oleh teman sebaya dan 53,6 tidak pernah terpengaruh oleh teman sebaya. Hal tersebut
tidak beda jauh dengan penelitian Hapsari 2009 karena tidak lebih dari 50 responden pernah mengalami kritik dari teman sebaya. Sedangkan hasil tabulasi silang antara
pengaruh teman sebaya dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang diketahui responden yang terpengaruh oleh teman sebaya yang mengalami kecenderungan
perilaku makan menyimpang yaitu sebanyak 27 orang responden 31,8. Ketika dilakukan uji Chi-Square didapatkan hasil uji statistik memperlihatkan
adanya hubungan yang bermakna antara pengaruh teman sebaya dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan p-value sebesar 0,000 dan didapatkan nilai OR =
0,159 95 CI ; 0,084-0,304 yang artinya responden yang terpengaruh oleh teman sebaya memiliki peluang 0,159 kali lebih besar untuk memiliki kecenderungan perilaku
makan menyimpang dibandingkan dengan responden yang tidak terpengaruh oleh teman sebaya. Penelitian yang dilakukan oleh Hapsari 2009 juga mengemukakan adanya
hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang.
Adanya hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang telah sesuai dengan yang dikemukakan oleh NAMED 2011 yang
menyatakan bahwa remaja ingin sekali terlihat keren diantara teman-temannya. Selain itu, hal ini sesuai dengan teori Peer Cluster yang memandang pentingnya pengaruh
lingkungan dalam
membentuk perilaku
seseorang. Dalam
perkembangan kepribadiannya, remaja sangat mendambakan penerimaan dari teman sebayanya.
Penerimaan dari kelompok ini merupakan suatu bagian dari upaya mencari identitas diri
Sarwono, 2000. Oleh karena itu, responden tidak perlu selalu ingin terlihat sama dengan teman sebaya. Dalam hal ini berarti responden perlu meningkatkan rasa percaya
diri agar tidak terpengaruh. Sehingga kecenderungan perilaku makan menyimpang dapat dihindari.
6.9 Hubungan antara Riwayat Pelecehan Seksual dengan Kecenderungan Perilaku