responden menganggap dirinya gemuk dan hal ini yang kemungkinan dapat menjadi alasan responden yang merasa gemuk memiliki tingkat kepercayaan diri rendah. Hasil
penyilangan antara variabel percaya diri dengan citra tubuh membuktikan bahwa 73,5 responden yang dengan tingkat percaya diri rendah merasa dirinya gemuk.
Kemungkinan lain ada tekanan dari luar seperti teman sebaya yang secara tidak langsung mempengaruhi mereka sehingga mereka merasa tidak percaya diri. Ketika
dibuktikan dengan penyilangan antara variabel percaya diri dengan pengaruh teman sebaya maka didapatkan hasil adanya hubungan antara kedua variabel tersebut. Dengan
demikian sesuai dengan pendapat Wardlaw 2002 dalam Putra 2008 yang menyatakan bahwa di usia remaja meupakan usia dimana pengakuan sosial sangat dibutuhkan. Hal
tersebut dapat memperburuk rasa percaya diri mereka dan sebagai jalan pintas mereka bisa saja mengadopsi cara-cara yang ekstrim untuk dapat segera mengikuti tren yang
ada. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan rasa percaya diri dalam diri responden yang merasa dirinya rendah diri sehingga dengan demikian responden tidak akan
terpengaruh oleh tekanan dari luar atau dari dalam dirinya sendiri.
6.6 Hubungan antara Citra Tubuh dengan Kecenderungan Perilaku Makan
Menyimpang
Citra tubuh yang buruk dapat berkontribusi pada kesehatan mental dan fisik, fungsi sosial yang lebih rendah dan pilihan gaya hidup yang buruk. Ketidakpuasan
terhadap bentuh tubuh dapat menyebabkan seseorang melakukan perilaku untuk mengendalikan berat badan dengan cara ekstrim. Ketidakpuasan bentuk tubuh juga
dikaitkan dengan depresi dan rendah diri dan hal ini ditemukan pada remaja putri di Australia NEDC, 2012.
Seperti yang telah dikemukakakn oleh NEDC 2012 dapat disimpulkan bahwa citra tubuh merupakan sebuah persepsi seseorang mengenai tampilan fisik tubuhnya
seperti ukuran tubuhnya, bentuk dan beratnya. Field 2001 mengemukakan bahwa terdapat dua karakteristik psikologi individual yang memiliki potensi kuat dalam
membangun citra tubuh yang sah yaitu internalisasi nilai “kurus adalah ideal” dan perbandingan bentuk tubuh. Thompson 2004 juga membuktikan bahwa internalisasi
nilai “kurus adalah ideal” berhubungan dengan ketidakpuasaan penampilan jangka pendek pada remaja putri dan mahasiswa terkait media.
Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan 71,0 mahasiswa merasa gemuk dan 29,0 mahasiswa tidak merasa gemuk. Jelas terlihat mahasiswa yang
menyebutkan dirinya gemuk lebih banyak daripada yang tidak merasa gemuk. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara persepsi citra tubuh dengan kecenderungan
perilaku makan menyimpang diketahui 61,5 mahasiswa merasa dirinya gemuk yang mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang.
Ketika dilakukan uji Chi-Square didapatkan hasil uji statistik memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara persepsi citra tubuh dengan kecenderungan
perilaku makan menyimpang dengan p-value sebesar 0,006 dan didapatkan nilai OR = 2,640 95 CI ; 1,367-5,099 yang artinya responden yang merasa gemuk memiliki
peluang 2,640 kali lebih besar untuk memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang dibandingkan dengan responden yang tidak merasa dirinya gemuk.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aini 2009 yang menyebutkan bahwa adanya hubungan antara persepsi citra tubuh dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Aini 2009 menyatakan responden yang merasa dirinya gemuk akan memiliki peluang
sebesar 7,8 kali lebih besar untuk mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang dibandingkan dengan responden yang tidak merasa dirinya gemuk. Hal ini
juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari 2009 yang menyatakan proporsi yang mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang lebih banyak
pada responden yang mengalami distorsi citra tubuh. Serta sesuai pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Fairburn, et al 1998 yang menyatakan bahwa evaluasi diri yang
negatif berhubungan dengan kejadian perilaku makan menyimpang. Adanya hubungan antara persepsi citra tubuh dengan kecenderungan perilaku
makan menyimpang kemungkinan disebabkan oleh adanya tingkat kepercayaan diri yang rendah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh NEDC 2012 bahwa orang
yang merasa dirinya gemuk memiliki rasa percaya diri yang rendah. Hal tersebut dapat dibuktikan pada hasil penelitian ini ternyata orang yang merasa dirinya gemuk lebih
tinggi memiliki kepercayaan diri rendah sebesar 64,5. Selain itu kemungkinan teman sebaya dan media ikut berperan dalam penyebarluasan tren gaya hidup seperti yang
diungkapkan oleh Thompson 2004, dapat dibuktikan dengan menyilangkan antara pengaruh teman sebaya dengan citra tubuh dan hasilnya membuktikan bahwa ada
hubungan antara kedua variabel tersebut p-value= 0,000. Ketika media massa dihubungkan dengan citra tubuh hasilnya juga membuktikan adanya hubungan antara
media massa dengan citra tubuh p-value= 0,041.
Oleh karena itu, responden perlu meningkatkan penilaian positif pada dirinya dan rasa kepercayaan dirinya agar tidak memiliki persepsi yang rendah terhadap dirinya
sendiri sehingga tidak akan memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang.
6.7 Hubungan antara Pengaruh Keluarga dengan Kecenderungan Perilaku Makan