mudah pingsan, sering mengantuk, anemia karena kekurangan asupan zat gizi, kulit kasar, kering, bersisik dan dingin, jumlah sel darah putih yang rendah disebabkan karena
kurangnya asupan zat gizi, meningkatnya risiko untuk mengalami penyakit infeksi, tekanan darah rendah, hilangnya masa tulang, menurunnya massa otot, kerusakan pada
gigi, tidak teraturnya menstruasi dan yang terakhir dapat menyebabkan kematian. Dengan demikian, untuk mengantisipasi meningkatnya kejadian perilaku makan
menyimpang pada mahasiswa FKIK sebaiknya mahasiswa jangan menganggap bahwa penampilan fisik adalah yang utama mempengaruhi kepercayaaan diri.
6.3 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kecenderungan Perilaku Makan
Menyimpang
Pada saat mulai memasuki usia remaja, seseorang perempuan akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya semakin jauh dari bentuk ideal,
sedangkan remaja laki-laki yang mengalami peningkatan lemak tubuh tidak jauh berbeda dengan perempuan dan akan menjadi lebih puas ketika massa otot yang
meningkat. Perbedaan perubahan fisik ini akan menyebabkan remaja cenderung untuk mengidealkan bentuk tubuhnya dengan cara mengontrol berat badannya melalui diet.
Gibney, et all 2009 menyatakan bahwa perempuan lebih memberikan perhatiannya terhadap penurunan berat badan dibandingkan dengan laki-laki.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak ikut dalam penelitian ini sebesar 84,7 sementara laki-laki hanya 15,3. Hasil tabulasi silang
antara jenis kelamin dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang menunjukkan perempuan lebih tinggi memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang sebesar
56,1 dibandingkan dengan laki-laki sebesar 46,4. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kecenderungan perilaku makan
menyimpang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta tahun 2012 P value = 0,458.
Tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang dimungkinkan karena citra tubuh lebih mempengaruhi perilaku
makan menyimpang. Seperti yang diungkapkan oleh Gibney, et all 2009 bahwa perempuan lebih memperhatikan penurunan berat badannya, akibatnya perempuan lebih
peka terhadap citra tubuhnya daripada laki-laki. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan menghubungkan antara jenis kelamin dengan citra tubuh dimana didapatkan hasil bahwa
persentase perempuan yang merasa dirinya gemuk lebih tinggi yaitu sebesar 71,6 dibandingkan laki-laki sebesar 67,9. Bagi perempuan yang mengalami kecenderungan
perilaku makan menyimpang dampak yang akan ditimbulkan seperti adanya gangguan pada periode menstruasi dan gangguan kehamilan.
Hal ini sesuai dengan penelitian lain yang menyatakan bahwa perempuan lebih tinggi memiliki perilaku makan mnyimpang daripada laki-laki. Penelitian yang
dilakukan Hudson 2007 dalam Erdiantono 2009 didapatkan persentase wanita sebesar 0,9 dan 0,3 laki-laki. Hal ini terjadi karena adanya ketidakpuasan terhadap
tubuh yang biasa terjadi pada saat seseorang memasuki usia remaja.
6.4 Hubungan antara Pengetahuan dengan Kecenderungan Perilaku Makan