101
Redesain Permukiman Relokasi Masyarakat Gunung Sinabung
Untuk pemilik tanah yang berada di desa Simacem, Bekerah, dan Sukameriah, pemerintah masih memperbolehkan pemilik tanah untuk mengolah tanah tersebut, namun
aktivitas bercocok tanam dan lainnya hanya boleh dilakukan ketika gunung sudah tidak menyemburkan awan panas. Sehingga skema secara keseluruhan adalah sebagai berikut.
Gambar 5. 23. Skema manajemen perkebunan
5.2. Konsep Kelompok Hunian Rumah
Konsep hunian lama banyak mengalami penambahan konsep baru. Konsep baru yang ditambahkan dari konsep hunian yang lama adalah adanya pengelompokan hunian
berupa klaster-klaster hasil dari eksplorasi ruang-ruang lama dari Rumah Siwaluh Jabu yang sangat identik dengan kekerabatan dan kebersamaan yang kental, yang kemudian
ditransfromasikan menjadi wajah yang baru dan mengikuti konteks ‘sekarang’ dan juga permasalahan yang ada.
5.2.1. Tranformation Of The Past To The Present
Siwaluh Jabu merupakan sebuah cerminan kekerabatan dan kedekatan satu garis keluarga yang dihuni dalam satu atap. Siwaluh Jabu saat ini sudah menjadi ciri khas dari
masyarakat Karo bahkan tidak terlepas satu sama lain. Namun saat ini, sudah banyak masyarakat meninggalkan rumah Siwaluh Jabu dengan alasan privasi, kenyamanan dan
kesehatan, sehingga tidak heran beberapa keluarga dalam rumah Siwaluh Jabu lebih memilih untuk menggunakan uang mereka untuk membangun rumah pribadi mereka
masing-masing dibanding dengan tinggal di Siwaluh Jabu, meski tidak membayar sepeserpun.
Dalam perancangan permukiman relokasi masyarakat gunung Sinabung ini perancang ingin mengangkat kembali beberapa aspek Siwaluh Jabu secara esensial dan
fundamental yang akan dirancangan dengan pendekatan yang baru, sehingga rancangan
Universitas Sumatera Utara
102
Redesain Permukiman Relokasi Masyarakat Gunung Sinabung
yang dibentuk akan tetap dengan esensi lama namun dengan wajah yang baru dan kontekstual terhadap isu terkini.
Menerapkan konsep secara keseluruhan dari sebuah siwaluh jabu ke aspek “saat ini” merupakan kekeliruan dan bukan alasan yang tepat untuk mempertahankan budaya
mereka yang lalu. Beberapa aspek “dahulu” yang ingin diterapkan pada masa ”sekarang” tidak harus
diterapkan secara mentah- mentah seperti “dahulu”, namun kita dapat mentransfomasinya
sedemikian rupa sehingga sangat konteks terhadap “saat ini” dengan mempertahankan hal- hal yang bersifat esensial dan fundamental, sehingga approach yang baru tidak begitu
nampak naif dan aneh.
1. From 8 Cells To 8 Organism
Pada zaman dahulu, Siwaluh Jabu dihuni sampai 8 keluarga yang menyimbolkan kekerabatan dan kebersamaan antarkeluarga yang sangat kental. Tiap keluarga memiliki
Ruang kamar tidur di setiap bilik mereka masing-masing. Tingkat kekerabatan dan kebersamaan ini harus tetap di jalin dalam hunian yang akan dirancang.
Akan tetapi, jika kita kaitkan dengan aspek pada saat ini dimana masyarakat semakin memiliki privasi yang tinggi, hunian seperti ini sangatlah tidak nyaman, dimana
ada 8 keluarga dalam 1 rumah yang sama. Oleh karena itu, disini perancang mencoba mentransformasi ruang untuk keluarga yang “dulu” berupa “ruang” sel, yang “sekarang”
akan ditransformasi berupa kelompok “rumah tinggal” organisme penuh seperti dalam
kluster rumah. Dalam 1 kelompok hunian ini tidak harus diisi oleh satu garis keluarga, namun hanya saja pengelompokkan ini ditujukan agar kekerabatan dalam 1 kelompok
hunian dapat terjalin dengan kuat
Universitas Sumatera Utara
103
Redesain Permukiman Relokasi Masyarakat Gunung Sinabung
Gambar 5. 24. 8 Ruang menjadi 8 Hunian Tunggal
2. Transforming Cell to Organism
Dalam Siwaluh jabu yang dahulu 1 bilik hanya dapat ditempati oleh 1 keluarga, secara ruang hal ini sangat tidak nyaman, dimana anak-anak pun mungkin tidak dapat
tempat untuk tidur dengan nyaman. Selain itu, seperti pada bagian awal yaitu masalah privasi keluarga, ini bukanlah permasalahan sosial, melainkan ini adalah perubahan sosial
yang terjadi secara alami dan tak bisa diindahkan begitu saja. Oleh karena itu, ruang tidur yang dahulu hanya untuk 1 keluarga akan
ditranformasi ke aspek “sekarang” dengan mentransformasi ruang menjadi sebuah hunian yang utuh, dengan berbagai ruang-ruang sesuai dengan kebutuhan saat ini.
Gambar 5. 25. Skema Transformasi ruang sel menjadi hunian tunggal organisme
Universitas Sumatera Utara
104
Redesain Permukiman Relokasi Masyarakat Gunung Sinabung
3. Communal Space and Shared Space
Kekerabatan yang erat pada zaman dahulu tidak terlepas dari peran ruang-ruang yang dipakai secara bersama-sama, seperti dapur yang dibagi 2 untuk 2 keluarga. Dapur di
siwaluh jabu hanya berupa tungku yang terletak diantara 2 kamar tidur. Selain itu ruang bersama yang terletak di tengah, sehingga ketika ada diskusi keluarga, semua kepala
keluarga dapat bersama-sama untuk diskusi bersama. Oleh karena itu, beberapa ruang yang dibagi bersama-sama, perancang coba
menerapkan kembali ke hunian yang baru. Konsepnya adalah menggabungkan 2 hunian yang berdekatan kemudian ditempatkan area untuk berbagai seperti dapur bersama dapur
dulu dan sekarang diletakkan di depan dan juga teras depan rumah yang menyatu dengan tetangga sehingga mereka dapat berbagi satu sama lain di dalam kondisi yang susah seperti
yang saat ini mereka alami. Selain itu juga ada fasilitas bersama seperti water tank. Untuk area sirkulasi dapat digunakan sebagai communal open space, karena
beberapa gang-gang desa juga digunakan sebagai area sosial terbuka.
Gambar 5. 26. Transformasi ruang bersama
5.2.2. Penambahan Ruang