96
Redesain Permukiman Relokasi Masyarakat Gunung Sinabung
Selain  itu,  area  ini  sebenarnya  juga  dapat  menampung  korban  bencana  sinabung yang  masih  belum  memiliki tempat  mengungsi ataupun tempat pengungsian  yang penuh,
karena  pada  area  ini  terdapat  banyak  ruang-ruang  multifungsi  yang  dapat  dijadikan  area pengungsian.
Gambar 5. 12. Area Evakuasi Skala Antar-Desa
5.1.4.  Konsep Street Furniture Permukiman
Street  funiture  atau  peralatanperabot  jalan  desa  merupakan  elemen  penting  yang sangat  terkait  dengan  aktivitas  masyarakat  bahkan  sangat  penting  kaitannya  terhadap
konsep mitigasi bencana pada sebuah permukiman. Rancangan street furniture pada permukiman relokasi masyarakat gunung sinabung
ini  terdapat  penerangan  jalan  dengan  menggunakan  solar  panel,  sehingga  menghasilkan energi listrik secara mandiri, kemudian terdapat irigasi sekunder berupa parit. Namun yang
terpenting dalam street furniture disini adalah terdapat elemen pengarah ke area evakuasi berupa  tanaman  pengarah  dan  juga  pola  pavingblock  pengarah  ke  area  evakuasi.  Pada
umumnya  perencanaan  permukiman  mitigasi  bencana  hanya  memberikan  signage  untuk jalur evakuasi, namun menurut penulis signage umumnya tidak efektif.
Gambar 5. 13. Konsep Street Furniture
Universitas Sumatera Utara
97
Redesain Permukiman Relokasi Masyarakat Gunung Sinabung
5.1.5.  Konsep Manajemen Sampah
Sampah  merupakan  hal  yang  sangat  kecil  namun  memiliki  dampak  negatif  yang sangat  besar  terhadap  sebuah  permukiman  bila  tidak  dimanajemen  dengan  baik.
Manajemen secara makro dilakukan dengan pemilahan sampah berdasarkan sampah basah 70  dari  keseluruhan  sampah  per-harinya  dan  sampah  kering  30,  dimana  sampah
basah akan diproses dengan  menggunakan komposter sederhana dan  sampah kering akan diproses ke TPS sebelum dibuang ke TPA.
Gambar 5. 14. Diagram Manajemen Sampah secara Makro
Sampah  basah  yang  akan  diproses  dengan  komposter  akan  menghasilkan  pupuk kompos untuk keperluan perkebunan. Sampah basah terdiri dari sampah basah dari rumah,
panen,  dan  pasar  yang  kemudian  dikumpulkan  dan  akan  ditimbun  kedalam  komposter selama 4-6 bulan untuk  menghasilkan pupuk kompos. Namun untuk sampah kering tidak
terlalu banyak proses karena langsung dikumpul dari tiap rumah dan akan dibawa ke TPS sebelum dibawa ke TPA.
Gambar 5. 15. Proses Manajemen Sampah Basah
Gambar 5. 16. Proses Manajemen Sampah Kering
Universitas Sumatera Utara
98
Redesain Permukiman Relokasi Masyarakat Gunung Sinabung
Selain  membahas  sampah,  perancang  juga  mengintegrasikan  sistem  sampah  dan limbah yang akan diproses dengan biodigester komunal. Biodigester komunal ditempatkan
pada  hunian  yang  dekat  dengan  kandang  ternak  komunal,  sehingga  mobilisasi  limbah kotoran sapi lebih mudah. Sedangkan untuk hunian biasa, penggunaan septic tank komunal
lebih efektif dibandingkan dengan septictank komunal.
Gambar 5. 17. Manajemen Limbah Hunian dan Kotoran Sapi
Untuk  aliran  limbah  cair,  perancang  membagi  menjadi  dua  saluran,  yaitu  saluran Utama  dan  Sekunder,  saluran  utama  ditujukan  untuk  menghimpun  semua  limbah  dari
saluran  sekunder.  Saluran  Utama  akan  berpangkal  ke  wetland  irrigation  yang  ditujukan untuk  memproses  limbah  sehingga  kadar  polutannya  semakin  berkurang  dan  baik  untuk
pengairan  kebun.  Sedangkan  saluran  sekunder  ditujukan  untuk  menghimpun  limbah  dari tiap rumah.
Gambar 5. 18.Aliran imbah Cair berupa saluran
Universitas Sumatera Utara
99
Redesain Permukiman Relokasi Masyarakat Gunung Sinabung
Gambar 5. 19. Skema Wetland Irrigation
5.1.6.  Konsep Agraria